Mendahulukan Wahyu Daripada Hawa Nafsu – Hadits Arba’in 41

Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

 لَا يُؤْمِن أَحَدكُمْ حَتَّى يَكُون هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْت بِهِ

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (HR. Bukhari dalam Qurratul ‘Ainaini: 45)
_________________________

Beberapa pelajaran dan faidah yang berkaitan dengan hadits ini:

1. Mencintai dan mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Mencintai dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim mukmin. Hal itu karena beberapa sebab, di antaranya:

– Konsekuensi cinta Allah, Allah berfirman memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:

  قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)

– Konsekuensi syahadat rasul. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Dan konsekuensi dari syahadat ini adalah engkau membenarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terhadap apa yang ia kabarkan, melaksanakan perintahnya, menjauhi apa yang ia larang serta engkau tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang ia syari’atkan.” (Syarh Tsalatsatul Ushul: 75)

– Syarat sahnya iman, sebagaimana dalam hadist di atas.

2. Mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melebihi diri sendiri, orang tua, dst. Allah berfirman:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Hisyam radhiyallahu anhu, ia menuturkan:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْآنَ يَا عُمَرُ

“Kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau memegang tangan Umar bin al-Khaththab. Lalu Umar berkata kepada beliau; ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segalanya kecuali diriku sendiri.’ Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, hingga aku menjadi lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.’ Maka Umar pun mengatakan: ‘Sungguh sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Sekarang wahai Umar.'” (HR. Bukhari: 6170)

3. Cinta Rasul adalah dengan ittiba’. Yaitu mengikuti semua yang beliau tuntunkan serta menjauhi dari membuat sesuatu yang menyelisihi tuntunan beliau. Abu Hurairah radhiyallahu anhu mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

 كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْأَبَى

“Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasullullah, siapa orang yang enggan?” Beliau menjawab: “Barang siapa yang menaatiku akan pasti masuk surga dan siapa yang memaksiatiku sungguh ia telah enggan.” (HR. Bukhari: 6889)

4. Di antara kisah ittiba’nya para sahabat

– Kisah cincin emas. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ia mengatakan:

أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِصْطَنَعَ خَاتَمًا مِن ذَهَبٍ، وَكَانَ يَلْبَسُهُ فَيَجْعَلُ فَصَّهُ فِي كَفِّه، فَصَنَعَ النَّاسُ خَوَاتِيْمَ، ثُمَّ إِنَّهُ جَلَسَ عَلَى المِنْبَرِ فَنَزَعَهُ، فَقَالَ: إِنِّيْ كُنْتُ أَلْبَسُ هَذَا الخَاتَمَ وَأَجْعَلُ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ، فَرَمَى بِهِ ثُمَّ قَالَ: وَاللَّهِ لَا أَلْبَسُهُ أَبَدًا. فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيْمَهُمْ

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membuat sebuah cincin dari emas. Beliau memakainya dan menjadikan mata cincinnya di bagian dalam telapak tangan, maka para sahabat pun membuat cincin. Kemudian beliau duduk di atas mimbar lalu mencopot cincinnya itu dan bersabda: “Sebelumnya aku memakai cincin ini dan menjadikan matanya di bagian dalam.” Beliau lantas melempar cincin tersebut lalu bersabda kembali: “Demi Allah Aku tidak akan memakainya lagi untuk selamanya.” Para sahabat pun sontak membuang cincin-cincin mereka. (HR. Bukhari: 6651)

– Kisah sandal. Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu, ia menceritakan:

بَيْنَمَا رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ إِذْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عَلَى يَسَارِهِ، فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ القَوْمُ أَلْقَوْا نِعَالَهُمْ، فَلَمَّا قَضَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ، قَالَ: مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالَكُمْ؟ قَالُوْا: رَأَيْنَاكَ أَلْقَيْتَ نَعْلَيْكَ فَأَلْقَيْنَا نِعَالَنَا، فَقَالَ: إِنَّ جِبْرِيْلَ عَلْيْهِ السَّلاَمُ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فَيْهَا قَذَرًا

“Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau menanggalkan kedua sandalnya kemudian meletakkannya di samping kiri beliau. Tatkala para sahabat melihat hal itu, mereka pun melepaskan sandal-sandal mereka. Pada saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selesai shalat, beliau bersabda: ‘Apa yang menyebabkan kalian melepaskan sandal?’ Mereka menjawab: ‘Kami melihat engkau melepas sandalmu, maka kami pun melepas sandal kami.’ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya tadi Jibril alaihis salam mendatangiku lalu mengabarkan bahwa pada sandalku itu ada kotoran.'” (HR. Abu Dawud: 650)

Kisah Umar dan Hajar Aswad. Umar bin Khaththab pernah mengatakan ketika mencium Hajar Aswad:

وَاللَّهِ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه وَسَلَّم قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Demi Allah aku menciummu padahal aku sangat tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu yang tidak bisa memberi manfaat atau mudharat. Kalaulah bukan karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menciummu, aku tidak akan menciummu.” (HR Bukhari: 1532, Muslim: 1270)

5. Dahulukan dalil, mencari dalil dulu baru beramal.

Demikianlah pembahasan singkat mengenai hadits ini, semoga bermanfaat. Wallahul muwaffiq. /Art0286

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !