ABU AL-‘ALIYAH – Shalat Adalah Tolak Ukur Baik Buruknya Seseorang

Shalat adalah salah satu tolak ukur untuk menilai baik atau tidaknya seseorang. Karena shalat merupakan kewajiban utama bagi setiap muslim dan muslimah. Bagaimana mungkin ia akan baik menunaikan hak yang lain, sedang hak Allah yang paling utama setelah syahadatain saja tidak ia tunaikan dengan baik.

Abu al-‘Aliyah Rufai’ bin Mihran rahimahullah, seorang ulama dan orang shalih dari generasi tabi’in. Jika ia mendengar ada seorang yang alim, maka dia akan mencari dan menemuinya kemudian shalat di belakangnya. Apabila ia melihat orang tersebut tidak sempurna dalam mengerjakan shalat, maka dia akan meninggalkannya seraya berkata dalam hatinya:

إِنَّ الَّذِي يَتَهَاوَنُ فِي صَلَاتِهِ يَكُونُ أَشَدُّ تَهَاوُنًا فِي غَيرِهَا

“Sesungguhnya orang yang meremehkan shalatnya, maka dia akan lebih meremehkan perkara yang lain.” (Suwar Min Hayatit Tabi’in: 448)

Memang demikian, shalat adalah tolak ukur kebaikan seseorang, bahkan tolak ukur keselamatan di akhirat kelak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Hal pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka sungguh ia telah sukses dan selamat. Sebaliknya, apabila rusak maka sungguh ia telah gagal dan merugi.” (HR. Abu Dawud: 864, Tirmidzi: 413, an Nasa’i: 465)

Oleh sebab itu, perhatikanlah shalat setiap hari, terutama shalat wajib dan berjama’ah bagi laki-laki. Karena inilah barometer baik buruknya kita. Kita tentu tidak ingin di anggap buruk oleh manusia, terlebih oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka dari itu, jika kita telah sadar bahwa selama ini kita sering lalai, lalu kita ingin memperbaiki diri, maka mulailah dengan memperbaiki shalat kita sehari-hari.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !