Ajarkan Ibadah Pada Anak Semenjak Kecil – Riyadush Shalihin

Bab 38 – Kewajiban Memerintah Keluarga, Anak-anak yang sudah Tamyiz, dan Semua Orang yang Dalam Penjagaannya, Supaya Ta’at Kepada Allah. Dan Melarang Mereka Dari Pelanggaran, Mendidik Serta Menghalangi Mereka dari Menerjang Larangan

1/298 – Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata, “Hasan bin Ali (cucu Rasulullah) pernah mengambil sebiji kurma yang berasal dari kurma zakat, lalu dia menelannya, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

كِخْ كِخْ ارْمِ بِهَا أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ

Kikh! Kikh! Muntahkanlah! Tidakkah kamu ketahui bahwa sesungguhnya kita tidak diperbolehkan memakan harta zakat?!’” (HR. Muslim: 3/117 no. 518)

2/299 – Dari Umar bin Abu Salamah radliyallaahu anhu, anak tiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata; Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

Wahai anak, bacalah bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (QS. Bukhari: 5376, Muslim: 2022)

Faidah hadits:

1. Ibadah bukan hanya shalat atau mengerjakan rukun Islam saja, tetapi makna ibadah yang luas ialah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, seperti yang dijelaskan oleh ahli tafsir semisal al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 6/108)

Dan yang lebih jelas lagi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, bahwa ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. (Lihat Iqtidha Sirath al-Mustaqim)

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisan dan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah fisik dan hati.

Dengan dasar makna ibadah di atas anak hendaknya dibimbing dalam ibadah semenjak dia punya perhatian atau mengerti, walaupun belum sempurna akalnya. Karena ibadah bukan hanya gerakan anggota badan, tetapi perkataan dan keyakinan dalam hati.

Disadur dari tulisan Ustadz Aunur Rofiq dengan judul Kapan Mulai Mengenalkan Ibadah Kepada Anak?

2. Wajib mengajari anak-anak, tidak boleh membiarkan mereka dengan alasan masih kecil. Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Anak kecil diperlakukan seperti orang tua, apabila dia salah, tidak boleh dibiarkan, akan tetapi hendaknya orang tua atau walinya yang menasihati mereka.” (Syarh Shahih Muslim: 4/33)

3. Anak harus dididik semenjak kecil. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat. Rubayi’ binti Muawidz radhiyallahu anha menuturkan, Rasulullah ﷺ mengutus sahabat di pagi hari Asyura untuk mengumumkan:

مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ

Barang siapa yang sejak pagi sudah puasa, hendaklah dia lanjutkan puasanya. Barang siapa yang sudah makan, hendaknya ia puasa di sisa harinya.”

Maka setelah itu, kami pun puasa dan menyuruh anak-anak kami untuk puasa. Kami pergi ke masjid dan kami buatkan mainan dari bulu. Jika mereka menangis karena minta makan, kami beri mainan itu hingga bisa bertahan sampai waktu berbuka. (HR. Bukhari: 1960, Muslim: 1136)

Begitulah potret sahabat dalam mendidik anak-anak mereka. Mengajari ibadah yang agung yaitu puasa dari anak mereka masih kecil. Agar anak-anak itu tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.

Mereka juga paham betul bahwa anak butuh bermain, makanya mereka membuatkan mainan untuk anak-anak mereka. Akan tetapi, itulah bedanya mereka dengan kita. Mainan mereka adalah untuk membantu anak-anak mereka dalam melaksanakan ibadah sedangkan mainan kita justru untuk menjauhkan dan melalaikan anak-anak dari ibadah.

Oleh sebab itu, ambillah teladan dari generasi yang mulia ini. Jadikan akhirat sebagai tujuan. Pampangkan di depan mata, ajari dan ajak anak-anak kita juga. Agar kita mendapatkan aliran pahala dari mereka karena mereka tumbuh menjadi anak-anak yang shalih.

Baca juga Artikel:

Perintahkan Keluarga Agar Ta’at Kepada Allah – Riyadush Shalihin

Agar Anak Masuk Surga Bersama Keluarga

Keluarga Lebih Berhak Merasakan Kedermawanan Kita

Selesai disusun di Masjid Al-Barkah Cileungsi Radio Rodja, Sebelum Kajian Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhailiy, Rabu 20 Jumadal Ula 1441H/ 15 Januari 2020M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja untuk dapatkan artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK

Ajarkan ibadah pada anak

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !