Antara Bahasa Inggris dan Bahasa Arab

Jujur saja, sebenarnya sebagai seorang muslim kita sudah tahu manfaat puncak dari kedua bahasa ini. Bahasa Inggris kita tahu manfaatnya; dengan bahasa ini kita bisa belajar, bekerja dimana saja dan pergi ke negara apa saja diseluruh dunia, kita juga tidak akan ketinggalan teknologi. Dengan bahasa ini juga, status sosial kita akan meningkat, kita akan dikatakan intelektual, bisa berkomunikasi dengan semua manusia dari berbagai negara.

Dan yang paling penting, dengan bahasa ini kita punya kesempatan mendapatkan duit yang banyak sebab kita bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar di negara-negara maju, sehingga kita akan digaji dengan Dollar bukan Rupiah. Karenanya, kita sering mendengar ucapan; “Jika ingin menguasai dunia, maka kuasailah bahasanya.”

Di sisi lain, terhadap bahasa Arab pun kita tahu manfaatnya. Dengan bahasa ini, kita akan mengerti makna al-Qur’an dan hadits nabi. Kita pun akan dapat khusyuk melaksanakan shalat, karena kita paham terhadap apa yang dibaca. Dengan bahasa ini, kita bisa mengenal agama dengan sesungguhnya. Sehingga bisa beramal sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena memang agama Islam ini berbasis bahasa Arab. Itu artinya, bahasa Arab adalah sarana penting menuju surga.

Tetapi jujur juga, kita -kalaupun tidak dapat dikatakan semua, maka bisa dikatakan sebagian besarnya- ternyata lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris ketimbang bahasa Arab. Bahasa Arab selalu kita pandang sulit. Padahal saat kita belajar bahasa Inggris pun kita merasa sulit. Namun, “kesulitan” itu selalu hanya kita jadikan dalih untuk meninggalkan belajar bahasa Arab, tidak untuk bahasa Inggris.

Bahkan, beberapa waktu yang lalu sebelum masa karantina, ada seorang anak TK yang bercerita kalau dia harus pulang petang karena pulang sekolah harus les bahasa Inggris dahulu. Sebegitunyakah orang tua zaman ini, dengan dalih masa depan anaknya, padahal mereka adalah muslim?!

Berarti kita harus mengakui, selama ini ternyata dunia masih besar di hati kita ketimbang akhirat, kita rela berkorban dan berjuang keras demi dunia. Kita prioritaskan bahasa Inggris, padahal kita tahu ujungnya adalah demi manfaat dunia. Kita nomor sekiankan bahasa Arab, padahal kita sebenarnya pun tahu ujungnya adalah untuk agama dan akhirat.

Dan lebih dari itu semua, padahal kita sendiri tahu bahwa dunia fana sedangkan akhirat kekal selamanya. Jangan-jangan betul berlaku firman Allah berikut pada diri kita:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ، وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Tetapi kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)

Demikian pula dengan firman-Nya yang menyebutkan tentang manusia-manusia yang menguasai ilmu dunia tetapi lalai dari ilmu akhirat. Allah berfirman:

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar-Rum: 7)

Oleh sebab itu, intropeksi buat kita bersama. Mengapa kita harus menjauh dari bahasa Arab, padahal itu adalah bahasa al-Qur’an, bahasa Nabi dan agama kita. Mari mencintai bahasa Arab dan menanamkan kecintaan itu kepada anak cucu kita. Prioritaskanlah bahasa Arab ini dari bahasa-bahasa yang lainnya. Sebab kita tahu ujung dari bahasa ini yaitu sebagai wasilah untuk mengantarkan kita ke surga Allah subhanahu wata’ala.

Baca juga Artikel:

Pondok Jatimurni BB 3 Bekasi, Sabtu, 16 Ramadhan 1441H/ 9 Mei 2020 M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !