Beberapa Tuntunan Islam Ketika Turun Hujan

KHUTBAH PERTAMA

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِّﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺂﺀً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗَﺴَﺂﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ. ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ.

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan mengerjakan perintah-perintah Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Kala hujan turun, manusia terpecah menjadi dua golongan. Ada di antara mereka yang menjadi orang beriman dan ada juga yang menjadi kafir. Ada yang mendapat pahala berlimpah ada juga yang mendapat dosa.

Agama Islam adalah agama yang paling sempurna. Mengatur dan memberikan tuntunan dalam segala aspek kehidupan manusia. Termasuk tuntunan ketika hujan turun. Oleh sebab itu, agar kita menjadi orang yang beriman dan mendapat pahala yang berlimpah ketika turun hujan, ada beberapa hal yang harus kita ketahui, yaitu:

1. Mengimani bahwa hujan turun karena rahmat Allah

Allah-lah yang menurunkan hujan. Bukan karena musim atau gugusan bintang-bintang. Allah berfirman:

وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا

”Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.” (QS. An Naba’: 14)

Oleh sebab itu, sebagai seorang yang beriman wajib bagi kita untuk menyakini bahwa bahwa hujan ini berasal dari Allah sebagai rahmat dan keutamaan dari-Nya. Jika ada yang berkeyakinan hujan hanya semata turun disebabkan karena Bintang atau musim maka ia telah jatuh pada hal besar yang mencelakakan. Dari sahabat Zaid bin Khalid  al-Juhani Radhiallahu ‘anhu ia mengatakan:

صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالحُدَيْبِيَّةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاء كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ . فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى الْنَّاسِ فَقَالَ : هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا : اللَّهُ وَرَسُوْلُهُ أعْلَمُ . قَالَ : قَالَ : أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ . فَأَمَّا مَنْ قَالَ : مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ . وَأَمَّا مَنْ قَالَ : مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami ketika shalat subuh di Hudaibiyyah setelah turunnya hujan tadi malam. Tatkala selesai salam beliau menghadap ke arah para sahabat kemudian bersabda: “Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan Rabb kalian?” Para shahabat mengatakan: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”  Nabi bersabda: “Allah berfirman: Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang-orang yang mengatakan: Kami diberi hujan dengan sebab keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya, maka dia telah beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan: Kami diberikan hujan dengan sebab bintang ini dan bintang itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”‘ (HR. Bukhari: 810)

2. Jangan mencela hujan

Kerap kali kita gusar dan tidak suka kala hujan turun menyirami bumi. Tidak sedikit yang malah menggerutu karena beranggapan banyak aktivitas yang terganggu karena hujan. “Aduh, hujan lagi, hujan lagi… “ Padahal ucapan seperti ini meski terlihat remeh namun sangat membahayakan. Mengapa? Karena secara tidak langsung ucapan ini adalah mencela dan tidak ridha akan takdir Allah.

Hujan, angin, waktu semuanya adalah makhluk ciptaan Allah. Barangsiapa yang mencelanya berarti ia telah mencela Allah subhanahu wata’ala. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Allah berfirman: ’Anak Adam telah menyakiti-Ku. Ia mencela masa padahal Akulah (yang menciptakan) masa. di tangan-Ku segala urusan, Akulah yang membolak-balikan malam dan siang.’” (HR. Bukhari 4826, Muslim 2246)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ

”Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi: 2252)

3. Mengambil berkah dari air hujan

Hujan itu adalah keberkahan yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmat bagi makhluk-Nya. Allah berfirman:

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam (QS. Qaaf : 9)

Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat gembira dengan turunnya hujan. Sehingga beliau mengambil berkah dengan air hujan. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan:

أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى

Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya, lalu beliau guyurkan badannya dengan hujan. Kami pun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda melakukan demikian?” Beliau menjawab: “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim: 898)

Demikian pula yang dilakukan oleh para sahabat. Mereka hujan-hujanan dalam rangka ngalap berkah. Di antaranya sahabat yang mulia Dzun Nurain, disebutkan dari Bunanah:

أَنَّ عُثْمَانَ كَانَ يَتَمَطَّرُ فِي أَوَّلِ مَطْرَةٍ

Bahwa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu hujan-hujanan di awal turunnya hujan. (Al-Mushannaf: 26699)

Demikian juga dengan Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, diriwayatkan bahwa:

أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ : يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ : وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً

”Apabila turun hujan, beliau mengatakan, ”Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku”.” Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], ”Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya).” (QS. Qaaf [50] : 9)” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Demikian pula halnya dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu,

أَنَّهُ كَانَ إذَا رأى الْمَطَرَ خَلَعَ ثِيَابَهُ وَجَلَسَ ، وَيَقُولُ : حدِيثُ عَهْدٍ بِالْعَرْشِ

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa apabila beliau melihat hujan, beliau melepas bajunya lalu duduk, sambil mengatakan, “Baru saja datang dari Arsy.” (Al-Mushannaf: 26702)

Oleh sebab itu, mulai hari ini ubahlah cara pandang kita pada air hujan. Ia bukanlah sesuatu yang harus dibenci namun justru sesuatu yang patut selalu disyukuri karena ia adalah keberkahan yang diturunkan Allah ke bumi. Tidak ada salahnya justru kita sengaja berhujan-hujanan untuk mencari berkah dari hujan yang turun, bukan malah menggerutu tidak suka.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

4. Ketika Hujan Semakin Lebat

Ketika hujan semakin lebat dan telah lama, maka dianjurkan mengucapkan do’a sebagaimana do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari (Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).”

Bukan malah semakin menggerutu dan jengkel, namun berdo’a. Inilah tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

5. Memperbanyak do’a

Saat turun hujan adalah kesempatan emas untuk berdo’a karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ

“Dua kondisi dimana do’a tidak akan tertolak: do’a ketika adzan dan do’a ketika turun hujan.”(HR. Hakim: 2534, Shahihul Jami’: 3078)

Di antara do’a yang diucapkan ketika turun hujan pertama sekali adalah meminta hujan yang bermanfaat. Aisyah radhiyallahu anha menuturkan:

إِنَّ النَّبِىَّ ﷺ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila melihat hujan beliau berdo’a: Allahumma shayyiban nafi’annafi’an (Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat).”(HR. Bukhari: 1032)

Oleh sebab itu, kala hujan turun perbanyaklah do’a untuk kebaikan dunia dan akhirat kita. Minta semuanya kepada Allah, yakin dan percaya jika tidak ada penghalang terkabulnya do’a maka pasti Allah akan mengabulkan seluruh do’a kita.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !