Bersama Keluarga

Bagi sebagian besar orang, keluarga adalah segalanya. Kebahagiaan mereka adalah ketika berkumpul bersama. Untuk itulah mereka tak segan berdesak-desakan di arus mudik lebaran, harapan membuncah dapat berkumpul bersama dalam ranjutan kasih sayang keluarga besar.

Wajar, itu adalah tabiat manusia. Hanya orang-orang yang berhati batu saja yang justru tidak suka berkumpul dengan keluarganya. Oleh sebab itulah, ketika Allah menceritakan tentang kebahagiaan nanti di hari kiamat, salah satunya tatkala seorang dapat kembali pada keluarganya. Allah berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ، فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ، وَيَنقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (QS. Al-Insyiqaq: 7-9)

Maka dari itu, sebagai seorang manusia biasa, apabila masih terbuka kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga, ambillah. Meski harus hidup sederhana, meski harus tinggal di gubuk berdinding papan.

Jika masih bisa bekerja mencari nafkah tanpa merantau; berpisah meninggalkan keluarga, lakukanlah. Meski harus pas-pasan, walau gaji tak sebesar di pulau seberang. Karena apa? Karena berkumpul bersama keluarga adalah kebahagiaan. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan:

مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَامَ أَوْ مِنْ سَعَادَةِ المَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً، وَ أَوْلَادُهُ أَبْرَارًا، وَ إِخْوَانُهُ صَالِحِيْنَ، وَ رِزْقُهُ فِيْ بَلَدِهِ الَّذِيْ فِيْهِ أَهْلُهُ

“Di antara kebahagian anak Adam; istrinya shalihah, anak-anaknya baik, kawan-kawannya shalih dan rezekinya berada di negeri tempat keluarganya berada.” (Al Adabusy Syar’iyyah 3/267 cet. Muassasah ar Risalah, 1419H)

Akan tetapi, jika seandainya takdir berkata lain. Sawah ada di seberang lautan. Apa boleh buat, jalani. Tapi, tetap jangan lupakan keluarga. Kalau memang kita tak bisa bersama di dunia, mintalah kepada Allah agar kita dipertemukan di surga-Nya. Keluarga, semoga kita dapat tetap bersama, baik di dunia maupun di akhirat.  Aamiin.

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !