Bersama Kita Jaga Nikmat Keamanan

KHUTBAH PERTAMA

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِّﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺂﺀً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗَﺴَﺂﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ. ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ صَلَّى ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Nikmat Keamanan

Nikmat keamanan adalah diantara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada sebuah negeri. Tidak mungkin suatu umat atau sebuah bangsa dapat hidup dengan baik jika keamanan tidak ada.

Bagaimana kita mau bekerja dan beraktivitas sedang keamanan tidak ada. Bagaimana kita bisa beribadah dengan tenang sedang rasa takut selalu membayangi. Bagaimana anak-anak bisa bersekolah sedang negara dalam keadaan genting. Kita punya rumah, uang, namun negeri dalam keadaan huru-hara, kekacauan di mana-mana, apa gunanya semuanya.

Begitu pentingnya nikmat aman ini, sampai-sampai Nabi Ibrahim alaihissalam mendahulukannya dalam do’a yang beliau panjatkan daripada nikmat makanan. Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Demikian juga dengan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengatakan bahwa inti kenikmatan hidup itu hanya ada pada tiga perkara. Yang pertama adalah nikmat aman. Beliau shallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barang siapa di antara kamu yang di paginya dalam keadaan aman, sehat tubuhnya dan cukup makanan pokoknya untuk hari itu, maka seakan-akan telah dikumpulkan semua kenikmatan dunia untuknya.” (HR. Tirmidzi: 2346, ash-Shahihah: 2318)

Pentingnya rasa aman adalah untuk merealisasikan keimanan kita sebagai seorang hamba, agar kita dapat beribadah kepada Allah dengan sepenuhnya. Karenanya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebagian do’anya, memohon agar dikaruniai keamanan dan keimanan. Sebagaimana do’a yang beliau panjatkan saat melihat rembulan (hilal) di awal bulan:

و اللَّهُ اَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بالأمْن والإيْمَانِ ، وَالسَّلامَةِ وَالإسلام ، والتَوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضى

“Allahu Akbar! Ya Allah , jadikanlah bulan ini penuh dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman, serta taufiq kepada hal-hal yang dicintai Rabb kami dan diridhai-Nya.” (HR. ad-Darimi, Zhilal al-Jannah: 1/165)

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Nikmat Yang Harus Dijaga

Alhamdulillah, puji syukur sebesar-besarnya kepada Allah, negeri kita adalah negeri yang Allah karuniakan nikmat aman. Sehingga kita bisa beribadah dan beraktifitas dengan tenang. Coba lihat negeri-negeri kaum muslimin di luar sana, kekacauan dan huru hara yang berkepanjangan. Sehingga jangankan untuk shalat berjama’ah, mengaji, belajar agama, bekerja, bercengkrama dengan keluarga dengan tenang, makan, minum dan tidur saja mereka susah.

Oleh sebab itu, nikmat aman ini harus senantiasa kita jaga dan kita syukuri, agar Allah tidak mencabutnya. Jangan biarkan nikmat besar ini kita gadaikan hanya karena hawa nafsu dan kepentingan dunia. Demi kekuasaan dan harta kekayaan, atau karena kemarahan dan rasa ketidakpuasan yang hanya menuruti perasaan, tidak dibimbing oleh wahyu ilahi.

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Menyingkapi keadaan yang sama-sama kita rasakan hari ini. Kondisi politik yang semakin panas, keadaan ekonomi yang kian sulit ketimpangan sosial, kecurangan, penghianatan, kezaliman, masalah demi masalah. Gerah memang dengan kondisi ini, namun kita harus berhati-hati, tidak boleh salah pijak, agar nikmat aman yang telah Allah berikan tidak hilang. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus kita pahami agar kita tidak salah langkah.

1. Bertakwa serta bertaubat kepada Allah

Takwa adalah solusi dari segala bentuk permasalahan. Allah berfirman:

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. ath-Thalaq: 2)

Pada saat terjadi fitnah Ibnu al-Asy’ats yang memberontak di zaman khilafah Umawiyyah tahun 81H. Suasana menjadi ricuh, terjadi huru-hara, banyak orang yang terseret dalam fitnah ini. Ketika itu Thalq bin Habib seorang ulama besar di zaman tersebut mengatakan: “Hadapilah (cegahlah fitnah ini) dengan takwa.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 8/175)

Jalan keluar dari kezaliman adalah dengan meninggalkan kezaliman. Sebab Allah berfirman:

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka perbuat. (QS. Al-An’am: 129)

Imam Ibnu Abil Izz rahimahullah mengatakan:

فَإِذَا أَرَادَ الرَّعِيَّةُ أَنْ يَتَخَلَّصُوا مِنْ ظُلْمِ الأَمِيرِ الظَّالِمِ فَلْيَتْرُكُوا الظُّلْمَ

“Apabila rakyat ingin keluar dari kezaliman penguasa yang zalim maka mereka harus meninggalkan kezaliman.” (Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah: 2/579)

2. Menuntut ilmu, mendekat kepada ulama, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.

Ilmu adalah lentera yang akan membimbing seorang agar dapat berjalan di atas kebenaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang diinginkan Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia dengan agamanya.” (HR. Bukhari: 71, Muslim: 1037)

Syaikh Husain al-Awaisyah mengatakan: “Allah memberikannya taufik untuk menjauh dari jalan-jalan kesesatan dan  (makar) setan.” (Fiqh ad-Da’wah wa Tazkiyatu an-Nafs hal. 113)

Dengan ilmu seorang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan mendekat kepada para ulama seorang akan terbimbing di jalan yang benar. Sebab, para ulama seperti rembulan dan bintang-bintang yang akan menerangi jalan, serta memberi petunjuk kepada orang yang sedang berjalan. Para ulama mengetahui fitnah bahkan jauh sebelum fitnah itu terjadi sedangkan orang-orang biasa (awam) baru menyadarinya setelah fitnah itu berlalu.

Dengan mendekat kepada ulama kita tidak akan gegabah dalam mengambil tindakan. Kita tenang dan tidak tergesa-gesa. Dan inilah sikap inilah yang kita butuhkan. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu pernah mengatakan:

تَكُونُ أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ فَعَلَيْكُمْ بِالتَّؤَدَةِ , فَإِنَّ أَحَدَكُمْ أَنْ يَكُونَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُونَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ

“Akan terjadi perkara-perkara yang syubhat (samar), maka hendaknya kalian bersikap hati-hati. Karena sesungguhnya jika seorang dari kalian menjadi pengikut dalam kebaikan jauh lebih baik dari pada menjadi pemimpin (gembong) dalam kesesatan.” (Syu’ab al-Iman 13/15)

3. Berpegang teguh dengan syariat Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun ia seorang budak Habsyi. Sebab, barang siapa yang hidup setelahku (berumur panjang) niscaya akan melihat (mendapati) perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan juga sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan geraham dan hati-hatilah dengan perkara yang baru. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud: 4609 Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah no. 42)

Selama kita berpegang teguh dengan syariat Islam, maka kita tidak akan tersesat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dalam Muaththa’no. 3338)

Menyibukkan diri dengan ibadah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الْعَمَلُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Beribadah di zaman fitnah sebagaimana berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim: 2948)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

4. Bersabar dan menjaga lisan

Setiap perkara genting harus dihadapi dengan kepala dingin. Amarah tidak akan menyelesaikan, bahkan semakin menambah kusut permasalahan.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya sebuah hadits dari Zubair bin Adi, ia menuturkan: “Kami mendatangi Anas bin Malik mengadukan apa yang kami dapati dari Al-Hajjaj, maka Anas mengatakan:

اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

‘Bersabarlah, karena sesungguhnya tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya (sebelumnya), (bersabarlah) sampai kalian berjumpa dengan Rabb kalian. Demikianlah yang aku dengar dari Nabi kalian Shallallaahu alaihi wa sallam.’” (HR. Bukhari: 7068)

Uqbah bin Amir radliyallaahu anhu mengatakan, “Aku pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa kunci keselamatan?’ Maka beliau menjawab:

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

“Jagalah lisanmu, perbanyaklah dirumah, dan tangisi dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi: 2406)

5. Berlindung kepada Allah

Apa yang terjadi dalam kehidupan ini; yang baik ataupun yang buruk semuanya adalah takdir Allah. Sebagaimana Allah yang menakdirkan terjadinya fitnah, maka Allah pula yang akan menakdirkan orang-orang yang dikehendaki-Nya terhindar dari fitnah. Oleh karena itu memohon kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah adalah keharusan bagi setiap mukmin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindunglah kepada Allah dari segala bentuk fitnah yang tampak maupun yang tidak tampak.” (HR. Muslim: 7392)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa berlindung dari fitnah di setiap shalat. Dari Abu Hurairah, ia mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, adzab neraka, fitnah kehidupan dan kematian serta fitnah al-Masih ad-Dajjal.’” (HR. Bukhari: 1377) 

إن اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !