Bolehkah Takut Terhadap Masa Depan dan Dicabutnya Nikmat?

Soal: Bolehkah kita takut jika Allah mencabut nikmat-Nya dari kita? Bolehkah kita mengkhawatirkan masa depan kita?

Jawab:

Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah amma ba’du.

Rasa takut memang salah satu pilar ibadah. Karena ibadah itu dalam keyakinan Ahlussunnah waljamaah dibangun di atas tiga pilar yaitu cinta, harap dan takut. Allah berfirman ketika menyebutkan ciri orang-orang yang bertakwa:

الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ وَهُم مِّنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ

Yaitu orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (QS. Al-Anbiya’: 49)

Baca juga:

CINTA, TAKUT DAN HARAP DALAM BERIBADAH

Rasa takut terhadap hilangnya nikmat Allah, atau terhadap masa depan dalam artian yang baik, misal orang takut dari tidak bisa menuntut ilmu, takut su’ul khatimah, tidak bisa menjawab pertanyaan di alam kubur, di lemparkan ke dalam neraka, dst, maka ini takut yang di syari’atkan. Karenanya kita diperintahkan untuk berlindung dari itu semua. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdo’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal. (HR. Muslim: 588)

Namun yang perlu diperhatikan adalah:

1. Takut yang terpuji adalah takut yang semakin mendekatkan kita kepada Allah sehingga seorang itu semakin semakin bersemangat beribadah. Jika ketakutan itu malah membuat jauh dari Allah maka itu tercela. Sehingga kalau takutnya kita terhadap hilangnya nikmat Allah dari diri kita justru menyebabkan kita semakin bersyukur maka ini adalah takut yang terpuji. Allah berfirman:

 لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

2. Ibadah harus dibangun dari tiga hal sebagaimana yang telah kita sebutkan yaitu cinta, harap dan takut. Seorang mukmin wajib menggabungkan ketiga hal ini dalam dirinya ketika beribadah. Tidak dengan salah satunya saja. Jika seorang itu hanya beribadah berdasarkan rasa takut maka dia akan menjadi kaum Khawarij yang tersesat. Dahulu sebagian salafush shalih mengatakan:

مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِالْحُبِّ وَحْدَهُ فَهُوَ زِنْدِيقٌ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالْخَوْفِ وَحْدَهُ فَهُوَ حَرُوْرِيٌّ، وَمَنْ عَبَدَهُ بِالرَّجَاءِ وَحْدَهُ فَهُوَ مُرْجِيءٌ

“Siapa yang mengibadahi Allah dengan perasaan cinta saja maka ia adalah seorang zindiq. Siapa yang mengibadahi-Nya dengan perasaan takut saja maka dia adalah seorang Haruri (Khawarij). Dan siapa yang mengibadahi-Nya dengan perasaan harap saja maka dia adalah seorang Murjiah.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil Aqidah: 13)

Wallahu a’lam #bantu jawab
Sabtu, 20 Shafar 1441/19 Okt 2019

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

bolehkah takut terhadap masadepan
Ayo belanja kitab arab di maribaraja store
Belanja sambil beramal. Dengan belanja di maribaraja store maka anda akan ikut andil dalam kegiatan dakwah dan pendidikan islam. Karena keuntungan dari penjualan 100% akan digunakan untuk operasional dakwah dan pendidikan di Maribaraja.com

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !