CARA MEMAAFKAN ORANG LAIN

Memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Karena, urusannya urusan hati yang tersakiti. Bagaimana menjahit kembali luka itu tanpa menyisakan bekas sedikit pun. Sukar??? Betul. Tapi, tiada yang mustahil jika Allah berkehendak.

Sebuah faidah yang ditulis oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab beliau Bada’iul Fawa’id, tentang hal-hal yang akan memudahkan seorang untuk memaafkan orang lain.

Berangkat dari kisah hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Di hari-hari kesedihan, setelah beberapa saat ditinggal oleh orang-orang yang beliau cintai, dua orang yang selama ini mengukuhkan telapak kaki hingga beliau menjadi tegar yaitu Khadijah dan Abu Thalib.

Saat kesedihan merasuki setiap jengkal perasaan, kegundahan memenuhi celah-celah jiwa. Beliau berjalan menuju Thaif dengan harapan dakwah akan diterima oleh penduduknya. Namun apa hendak dikata, bukannya permata yang didapat tapi pecahan kaca tajam yang melukai tangan.

Beliau ditolak, dengan cara yang menyakitkan. Bahkan, beliau harus mengusap darah dari wajah. Terusir dari sana dalam keadaan remuk redam dan dilempari batu. Akan tetapi, beliau justru mengatakan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak tahu.” (baca: HR. Bukhari: 3477, Muslim: 1792)

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan:

Perhatikan dan renungkanlah, bagaimana beliau menggabungkan empat kebaikan dalam ucapan ini:

Pertama, memaafkan mereka
Kedua, memintakan ampunan untuk mereka
Ketiga, memberikan udzur kepada mereka, bahwa mereka tidak tahu
Keempat, menyandarkan mereka kepada diri beliau dengan mengatakan, “kaumku”. (Lihat: Bada’iul Fawa’id: 1/773 cet. Darul Alam Fawa’id)

Dari sini kita tahu, bahwa cara mudah memaafkan orang lain. Ternyata tidak cukup dengan memaafkan saja. Tapi dengan cara memberikan tempat kepada mereka yang bersalah di hati kita dengan mengatakan, dia  adalah “ayahku“, “ibuku“, anakku“, “suamiku“, “istriku“, kakakku“, “adikku“, “sahabatku“, dst. Lantas kemudian mintakan ampunan kepada Allah dengan menyebutkan udzur mereka.

Anggaplah jika memang ibu sendiri menyakiti kita, maka maafkanlah katakan: “Ya Allah, ampunilah ibuku karena ia sungguh tidak tahu.” Jika itu adalah saudara maka maafkanlah dan katakan: “Ya Allah, ampunilah kakak/adikku, karena ia benar-benar tidak tahu.”

Begitu seterusnya. Jangan biarkan setan terus membesarkan luka hati. Jangan biarkan ia menebar pupuk kebencian. Hilangkanlah dengan maaf dan segera lupakan yang terjadi, biarkan tenggelam bersama tenggelamnya mentari.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !