Cara Menghidupkan 10 Malam Akhir Ramadhan

Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha, ia mengatakan:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dengan ber’ibadah dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari: 2024)

Pada dasarnya cara menghidupkan malam Ramadhan adalah dengan shalat malam, berdasarkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:

مَنْ قامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim: 759)

Dan pernah seorang bertanya kepada Hasan Al-Bashri: “Wahai Abu Sa’id, apa amalan yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah?” Hasan Al-Bashri menjawab:

مَا أَعْلَمُ شَيْئًا يَتَقَرَّبُ بِهِ المُتَقَرَّبُونَ إِلَى اللهِ أَفْضَلَ مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ

“Tidaklah aku mengetahui satu amalan pun yang dilakukan oleh orang-orang untuk mendekatkan diri kepada Allah yang lebih afdhal dari shalat malam.”

Beliau menggangap bahwa asal dalam menghidupkan malam adalah dengan shalat. Hanya saja, sebagian ulama berpendapat bahwa menghidupkan malam Ramadhan mencakup semua jenis ketaatan. Al-Hafizh mengatakan:

وَأَحْيَا لَيْلَهُ أَيِّ سَهَرَهُ بِالطَّاعَةِ

“Menghidupkan malamnya maksudnya bergadang dengan mengerjakan amalan ketaatan.”

Imam Nawawi mengatakan: “Beliau menghabiskan malamnya dengan bergadang untuk shalat dan yang lainnya.”

Disebutkan dalam kitab Aunul Ma’bud:

أَيْ بِالصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ وَتِلَاوَةِ القُرْآنِ

Yaitu dengan shalat, dzikir, dan membaca al-Qur’an.

Lihat: http://iswy.co/e254h6

Oleh sebab itu, cara menghidupkan malam-malam Ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhir adalah dengan semua macam ketaatan; shalat, dzikir, do’a, baca al-Qur’an, dll. Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan ini.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !