Ciri Penduduk Surga dan Neraka

Mengenai ciri penduduk surga dan neraka telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam banyak hadits, di antaranya:

Hadits pertama

Dari Haritsah bin Wahb radhiyallahu anhu, beliau berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَاعِفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ

“Maukah kalian aku beritahu penduduk surga? Yaitu setiap orang yang lemah dan diremehkan. Sekiranya ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah akan mengabulkannya, Maukah kalian aku beritahu penghuni neraka? Yaitu Setiap orang yang keras (hati), jawwazh dan sombong.” (HR. Bukhari: 6071, Muslim: 2853)

Keterangan:
– Lemah maksudnya jiwanya lemah karena kerendahan hati dan lemahnya keadaannya di dunia.
– Mutadha’af yakni dianggap lemah, diremehkan dan direndahkan oleh orang-orang.
– ‘Utull artinya keras dan kasar
– Jawwazh artinya orang yang suka menumpuk harta dan kikir. Ada juga yang berpendapat artinya adalah orang yang berbadan besar yang sombong cara berjalannya.

Hadits kedua

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

احْتَجَّتْ النَّارُ وَالْجَنَّةُ فَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِي الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ وَقَالَتْ هَذِهِ يَدْخُلُنِي الضُّعَفَاءُ وَالْمَسَاكِينُ فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِهَذِهِ أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَرُبَّمَا قَالَ أُصِيبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَقَالَ لِهَذِهِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْكُمَا مِلْؤُهَا

“Surga dan neraka berbantah-bantahan. neraka berkata: Orang-orang congkak dan sombong memasukiku. Surga berkata: ‘Orang-orang lemah dan orang-orang miskin memasukiku.’ Lalu Allah berfirman kepada neraka: ‘Kau adalah siksaKu, denganmu Aku menyiksa siapa pun yang Aku kehendaki.’ -mungkin beliau bersabda: ‘Denganmu, Aku menimpakan (adzab) pada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan Allah berfirman kepada surga: ‘Kau adalah rahmatKu, denganmu Aku merahmati siapa saja yang Aku kehendaki dan masing-masing dari kalian berdua berisi penuh.” (HR. Muslim: 2846)

Hadits ketiga

Dari Usamah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينُ وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ

“Aku berdiri di pintu surga, maka aku pun menyaksikan bahwa kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang memiliki kekayaaan tertahan. Selain penduduk neraka telah diperintahkan untuk dimasukkan dalam neraka. Aku berdiri di pintu neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari: 5196, Muslim: 2736)

Keterangan:
– Al-Jadd artinya bagian dan kekayaan
– Mahbusun artinya tertahan maksudnya mereka belum diizinkan masuk surga.

Pelajaran yang dapat diambil dari tiga hadits di atas:

1. Ciri penduduk surga adalah mereka yang di dunia lemah, rendah hati, diremehkan, dihinakan, dan mayoritas penduduk surga adalah orang-orang miskin. Sedangkan ciri penduduk neraka adalah mereka yang di dunia sombong, keras hati, kikir, tamak terhadap dunia, dan mayoritas penduduk neraka adalah wanita wanita.

2. Tidak terlalu peduli dengan apa pun yang terluput dari kenikmatan dunia; jika ada diterima serta disyukuri dan jika terluput maka biarkan saja, tidak perlu memaksakan diri untuk menggapainya, inilah sifat penduduk surga.

3. Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain adalah salah satu sebab terbesar masuk neraka. Orang-orang kaya, berkedudukan, dan memiliki kekuasaan adalah mereka yang sangat rentan terjangkit penyakit ini karena pemicunya itu ada pada diri mereka. Dari sini pula kita dapat memahami bahwa mengapa kebanyakan penduduk surga adalah orang-orang miskin dan lemah? Karena mereka adalah orang-orang yang lebih selamat dari sifat sombong karena pemicunya tidak ada atau mungkin kecil.

Referensi:
1. Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi
2. Rauh wa Rayyahin Syarh Riyadhish Shalihin, Abdul Hadi bin Sa’id dan Ziyad bin Muhammad, cet. Ar-Risalah Al-‘Alamiyah, 1434 H

 

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Penduduk surga
Ayo belanja kitab arab di maribaraja store
Belanja sambil beramal. Dengan belanja di maribaraja store maka anda akan ikut andil dalam kegiatan dakwah dan pendidikan islam. Karena keuntungan dari penjualan 100% akan digunakan untuk operasional dakwah dan pendidikan di Maribaraja.com

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !