Empat Manusia Merugi Yang Tidak Akan Dilihat Allah – Khutbah Jum’at

KHUTBAH PERTAMA

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِّﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺂﺀً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗَﺴَﺂﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ. ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ.

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ صَلَّى ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ.

Kaum muslimin jama’ah Jum’at yang berbahagia…

Marilah kita meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah serta memperbanyak amal kebaikan. Sebab, dengan itulah kita kelak akan memperoleh kebahagiaan, berupa surga serta melihat wajah-Nya. Allah berfirman:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (QS. Yunus: 26)

Dan yang dimaksud dengan tambahan dalam ayat ini puncaknya adalah melihat wajah Allah. (lihat Tafsir Ibnu Katsir 4/262)

Kaum muslimin yang berbahagia….

Bagaimana bila ternyata orang yang kita kagumi serta kita harapkan perhatiannya tidak mau berbicara atau bahkan tidak mau memandang ke arah kita, bukankah itu adalah sebuah siksaan? Jika seandainya dalam sebuah pertemuan penting semua yang hadir mendapat penghormatan dan pemuliaan yang pantas, hanya kita yang tidak mendapatkannya, bukankah itu adalah sebuah penderitaan?

Jika hal itu kita rasakan berat di dunia, lantas bagaimana jika seandainya hal itu terjadi di akhirat? Apabila kita tersiksa karena tidak dilihat oleh orang yang kita kagumi di dunia padahal ia hanyalah manusia seperti kita, lantas bagaimana jika yang tidak melihat kita itu adalah Allah, pencipta sekalian manusia?

Kaum muslimin yang berbahagia….

Memandang wajah Allah dan sekaligus dipandang oleh-Nya adalah puncak kenikmatan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits pernah bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ – قَالَ – يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ – قَالَ – فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

Apabila penduduk surga telah masuk ke surga, Allah berkata: “Apakah kalian menginginkan tambahan sesuatu dari-Ku?” Mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan Engkau selamatkan kami dari neraka?” Lalu Allah membuka hijab-Nya, maka tidak ada satu pun pemberian yang lebih mereka cintai dari melihat wajah Allah. (HR. Muslim: 181)

Allah berfirman menghikayatkan kebahagiaan orang-orang yang memandang wajah-Nya nanti di akhirat:

 وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (QS. al-Qiyamah: 22-23)

Sungguh kebahagiaan di atas kebahagiaan, akan tetapi jama’ah kaum muslimin yang berbahagia…

Di sana ada orang-orang yang tidak dapat mengecap kebahagiaan karena mereka tidak akan melihat Allah dan Allah pun tidak sudi melihatnya (dengan pandangan rahmat), tidak di ajak bicara dan bahkan bagi mereka adzab yang pedih. Di antara mereka:

1 – Orang-orang yang menyembunyikan kebenaran dan menjualnya dengan harga yang murah. Allah berfirman:

 إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (QS. al-Baqarah: 174)

Ayat ini meski menceritakan keadaan pemuka-pemuka agama ahli kitab, namun apabila kita mencermati, apa yang terjadi pada ahli kitab juga terjadi pada umat Islam. Karena Rasulullah bersabda:

 لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sampai pun nanti mereka masuk kedalam lubang dhab kalian akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya: “Apakah mereka adalah Yahudi dan Nasrani?” beliau menjawab: “Siapa lagi” (HR. Bukhari: 7320)

Ada sebagian tokoh-tokoh agama yang sengaja menyembunyikan kebenaran, sengaja membodoh-bodohi umat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan berupa harta dan kenikmatan dunia.

Kaum muslimin yang berbahagia….

Di antara juga orang-orang yang tidak akan diajak bicara dan tidak dilihat Allah nanti di hari kiamat adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ، قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثَلاَثَ مِرَارٍ. قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ؛ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dilihat, tidak disucikan dan baginya adzab yang pedih.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Abu Dzar bertanya: “Siapakah orang-orang yang celaka dan merugi itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Orang yang menjulurkan pakaiannya hingga di bawah mata kaki, orang yang mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim: 106)

Kaum muslimin yang berbahagia….

2,3,4 – Musbil, Mannan, penjual dengan sumpah palsu

Cermatilah hadits yang mulia ini, tiga golongan yang disebutkan oleh Rasulullah ini sepertinya tidak jauh dari  kita.

– Orang yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki.

Bukankah banyak kita melihat orang-orang yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki? Baik karena ketidaktahuan tentang hukumnya maupun karena kesombongannya.

– Orang yang mengungkit-ungkit pemberian

Yang ini pun tak kalah banyak dari sebelumnya. Dan sering kali apabila terjadi perselisihan antara orang yang memberi dengan yang diberi. Kemudian setan datang ke si pemberi lantas membisikkan agar ia menyebut-nyebut pemberiannya sebagai bentuk penghinaan kepada sipenerima karena ia tak pandai membalas jasa.

– Orang yang menjual barang dengan sumpah palsu

Yang ini pun tidak jauh-jauh dari kita. Di zaman ini, saat harga melambung tinggi, kebutuhan pokok sulit terpenuhi, banyak di antara pedagang yang menempuh segala cara agar dapat melariskan barang dagangannya termasuk di antaranya dengan sumpah palsu.   Jika tidak percaya, silakan saja berkunjung ke pasar-pasar atau pusat perbelanjaan.

Inilah mereka, orang-orang yang nantinya tidak akan dilihat oleh Allah dengan pandangan rahmat, tidak diajak bicara. Ini hanyalah permulaan dari penderitaan mereka. Setelah itu, barulah mereka akan dicampakkan ke dalam neraka ke tempat penderitaan mereka yang sesungguhnya. Kita berlindung kepada Allah jangan sampai masuk ke dalam golongan tersebut.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Kaum muslimin jama’ah Jum’at yang berbahagia…

Satu hal yang harus kita sadari bahwa kehidupan kita di dunia ini hanyalah sementara, kita tengah berada dalam perjalanan menuju kampung halaman. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا لِي وَ لِلدُّنْيَا ! مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اِسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا

“Apa peduliku pada dunia. Tidaklah aku di dunia ini melainkan seperti seorang pengembara yang sedang berteduh di bawah pohon untuk beristirahat sejenak kemudian ia akan pergi meninggalkannya.” (Dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 5668)

Kampung halaman kita adalah surga dan tujuan kita adalah masuk ke dalamnya serta dapat melihat wajah Allah. Oleh sebab itu, jangan sampai kehidupan dunia ini melalaikan kita dari itu semua.

Sebagai seorang yang berilmu yang mengetahui kebenaran, tidak pantas kita menyembunyikannya apalagi sampai menjadikan kebenaran barang murah hanya untuk mendapatkan harta. Sampaikan kebenaran. Abu  Dzar al-Ghifari pernah menuturkan:

وَ أَمَرَنِي أَنْ أَقُوْلَ بِالْحَقِّ وَ إِنْ كَانَ مُرًّا

“Dan beliau (Rasulullah n) memerintahkanku untuk mengatakan kebenaran meski pahit akibatnya.” (HR. Ahmad 5/159 dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah: 5/200)

Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita tunduk dan patuh kepada Agama kita. Islam melarang kita; kaum laki-laki dari menjulurkan pakaian melebihi mata kaki, maka jauhilah larangan itu.

Sebagai seorang penderma, tidak layak kita menghapus pahala pemberian kita tersebut dengan mengungkit serta menyebut-nyebutnya.

Sebagai seorang pedagang, jangan sampai keuntungan besar membuat kita menerjang yang haram dengan bersumpah palsu. Sesungguhnya nikmat harta tidak terletak pada banyaknya akan tetapi ada pada keberkahannya.

Kita berharap semoga kelak kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapat kebahagiaan abadi; masuk surga dan bisa melihat wajah Allah sekaligus dilihat dan diajak bicara oleh-Nya. Amiin.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ    الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja untuk dapatkan artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

One Comment

  1. Masih belum paham trntang orang yg menjulurkan pakaiannya dibawah mata kaki. Mohon pencerahan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !