HAK DAN KEWAJIBAN

Ada yang bilang, “Terkadang kesedihan itu datang karena kita terlalu banyak berharap pada seseorang.” Padahal, kita sadar bahwa tidak ada makhluk yang sempurna. Siapa pun, selama ia masih berstatus “manusia” selama itu pula ia tidak akan pernah mampu memewujudkan semua harapan kita. Karena memang manusia itu lemah, papa dan tak punya apa-apa.

Ingat selalu, setan itu lihai. Betapa seringnya kita bersedih saat kita telah menunaikan kewajiban namun hak tidak kunjung juga kita terima. Bak memancing di air keruh, kesempatan itulah yang dimanfaatkan oleh setan-setan itu untuk membesar-besarkan kesedihan kita. “Kasihan, engkau telah letih menunaikan kewajiban tapi hakmu mana??”

Namun, inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengajarkan pada kita cara untuk hidup bahagia. Menepis bisikan setan yang akan membuat kita bersedih. Beliau bersabda:

تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ

“Kalian tunaikan hak-hak (orang lain) yang menjadi kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian.” (HR. Bukhari: 3603, Muslim: 1834)

Begitulah, tunaikan saja apa yang menjadi kewajiban. Adapun hak, seandainya memang tidak mampu kita dapatkan di dunia maka biarlah Allah yang akan membalasnya.

Sebagai rakyat, tunaikan saja apa yang telah diwajibkan, jika ada hak kita yang masih kurang minta saja kepada Allah. Sebagai suami atau istri, tunaikan saja kewajiban masing-masing, jika memang hak tidak ditunaikan oleh pasangan minta saja kepada Allah.

Allah tempat meminta dan bergantung. Berharaplah kepada Allah niscaya kita tidak akan sedih dan kecewa. Cukuplah Allah tempat kita memanjatkan segala harapan. Bukanlah Allah telah berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ

Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. al-ikhlas: 1-2)

Biarlah hak kita tidak ditunaikan, tidak perlu sedih, itu hanyalah dunia. Apa yang di sisi Allah jauh lebih besar dan berharga.  Oleh sebab itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan do’a agar kita meminta kepada Allah:

 وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

“(Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.” (HR. Tirmidzi: 3424)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

2 Comments

  1. assalamu alaikum. UST, ABU ZAID, ana saiful, singkat aja, alhamdulillah majalah alwaan 2 pekan lagi siap cetak insyaAllah, kebetulan masih ada halaman cover yang kosong, mungkin sangat cocok buat ngiklanin web maribaraja antum, kalau berminat hubungi ya bu,,,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !