HANYA UNTUK HATI YANG SUCI

Tidak ada keraguan sedikit pun tentang kebenaran al-Qur’an. Kita yakin dan percaya bahwa ia adalah petunjuk bagi kita yang tengah berjalan pulang ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. (QS. Al-Baqarah: 185)

Namun kenyataannya kerap kali kita tidak merasakan apa-apa. Sering kali kita bertanya-tanya mengapa ada orang-orang yang tersesat padahal ia secara kasat mata berkawan baik dengan al-Qur’an. Khawarij yang membunuh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, menebaskan pedangnya seraya membaca ayat al-Qur’an.

Jawabannya adalah terletak pada diri kita sendiri. Al-Qur’an itu selamanya adalah petunjuk, namun tidak semua orang dan tidak semua muslim yang akan mendapatkan pentunjuk dengannya. Al-Qur’an itu teramat suci maka ia tidak akan masuk memberikan petunjuk melainkan ke dalam hati yang suci pula. Allah berfirman:

لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS. Al-Waqi’ah: 79)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan sebuah faidah yang menawan berkaitan dengan hal ini. Setelah beliau menyebutkan ayat tadi, beliau berkata:

‏فَإِذَا كَانَ وَرَقُهُ لَا يَمَسُّهُ إِلَّا المُطَهَّرُوْنَ فَمَعَانِيْهِ لَا يَهْتَدِي بِهَا إِلَّا القُلُوْبُ الطَاهِرَةُ، وَإِذَا كَانَ المَلَكُ لَا يَدْخُلُ بيتًا فِيْهِ كَلْبٌ، فَالمَعَانِي الَّتِي تُحِبُّهَا المَلاَئِكَةُ لَا تَدْخُلُ قَلْبًا فِيْهِ أَخْلَاقُ الكِلَابِ المَذْمُومَةُ

Apabila lembarannya tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci, maka maknanya pun tidak akan bisa dijadikan petunjuk kecuali oleh hati-hati yang suci. Dan apabila malaikat tidak masuk ke rumah yang ada anjingnya, maka makna-makna al-Qur’an yang dicintai oleh para malaikat tidak akan masuk pula pada hati yang di dalamnya terdapat akhlak anjing yang tercela. (Majmu’ah Fatawa li Syaikhul Islam: 5/328)

Oleh karena itu, kuncinya adalah ada pada hati kita semua. Membersihkannya dari segala kotoran dosa adalah sebuah keniscayaan bagi kita yang ingin mendapatkan petunjuk al-Qur’an serta merasakan kelezatan berinteraksi dengannya. Ingat, Al-Qur’an hanya untuk hati yang suci.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !