INDONESIA DI UJUNG TANDUK (Art.Refleksi Hikmah)

Bumi Indonesia seakan berguncang, hawanya memanas oleh sulutan api kemarahan jutaan kaum muslimin. Sebabnya adalah  sepenggal kalimat yang terlontar dari mulut seorang Gubernur nonmuslim yang jelas-jelas memojokkan serta melecehkan kitab suci umat Islam.

 Hal ini tentu menimbulkan reaksi keras dari umat Islam sendiri, sebab mereka adalah etnis mayoritas di negeri ini. Aksi protes dan tuntutan tidak hanya di daerah ibu kota, namun telah menjalar ke seluruh pelosok nusantara.

Para pemimpin dan tokoh kaum muslimin beramai-ramai angkat suara, di berbagai kota  terjadi demonstrasi besar-besaran, menunjukkan bahwa umat Islam negeri ini tidak terima dan menolak keras peristiwa tersebut.

 Di tengah kemelut ini, tersebar pula sesuatu yang menimbulkan kecemasan luar biasa pada sebagian kaum muslimin. Yaitu adanya prediksi dari sebagian kalangan berkenaan dengan masa depan Indonesia. Disebutkan bahwa peristiwa ini adalah campur tangan pihak asing (Cina, Amerika, dan sekutunya) yang merupakan langkah awal dari strategi mereka untuk menancapkan kuku di  negeri ini.

Sekarang Indonesia di ujung tanduk, kelak jika telah sampai waktunya negeri ini akan dicaplok dan dijajah seperti yang terjadi pada beberapa negara Islam lain atau paling tidak bernasib sama dengan negara tetangga; Singapura. Pribumi  jadi babu di rumah sendiri. Bahkan lebih dari itu, tersiar pula kabar tentang usaha pelenyapan Islam dari negeri tercinta ini.

Namun sebagai seorang muslim, kita tentu tidak semudah itu terbawa oleh arus kecemasan yang sedang bergejolak ini. Sebab, kita memiliki pegangan kuat dalam meniti kehidupan, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Selama kita berpegang teguh dengan keduanya, niscaya kita akan selamat dari berbagai fitnah (cobaan) dunia.

SEMUA ADALAH SUNNATULLAH

Apa yang terjadi dewasa ini, jika dicermati lebih dalam tidak lain adalah sebuah sunnatullah (ketetapan takdir) yang pasti terjadi. Jauh-jauh hari Allah dan Rasul-Nya telah mengabarkan. Allah berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. al-Baqarah: 120)

Rasulullah bersabda:

« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا »

“Hampir saja umat-umat itu (musuh-musuh kalian) mengerumuni kalian seperti orang-orang yang makan mengerumuni nampannya.” (HR. Abu Dawud: 4299 Dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah no. 958)

Sekarang hal itu menjadi nyata, kita percaya bahwa yang menjadi dalang dari semua yang terjadi belakangan ini adalah musuh-musuh Islam, baik dari luar seperti Yahudi, Nasrani, dan yang lainnya, maupun musuh dari tubuh Islam sendiri yaitu orang-orang bermuka dua yang senang menggunting dalam lipatan (munafik).

 Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran dengan apa yang terjadi. Kita harus menyakini semua ini adalah takdir Allah sebagai ujian agar  kita tidak terkukung dalam ketakutan yang tak berujung. Yang perlu kita lakukan adalah usaha untuk menghadapi serta mengatasi ujian-ujian tersebut.

MENAMBAH KEIMANAN

Ketakutan adalah sifat yang manusiawi. Sebab, sifat inilah yang nantinya menimbulkan kewaspadaan. Namun apabila melebihi batas kewajaran maka ia menjadi sifat yang tercela. Seorang muslim boleh saja merasa takut tapi jangan sampai ketakutan tersebut menyeretnya ke dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat.

Bahkan semestinya di saat seperti ini (desas-desus berkumpulnya musuh untuk menghancurkan negeri ini), seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya justru hendaknya semakin bertambah keimanannya, berbeda dengan orang-orang munafik.

Allah berfirman menghikayatkan sifat orang-orang yang beriman tatkala mendengar berita tentang berkumpulnya musuh yang akan menyerang:

 الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

MENGGUGAH SEMANGAT JUANG

Jika melihat sisi lain dari peristiwa ini, justru semestinya menjadi pembuka mata serta penggugah semangat kita (kaum muslimin) dalam membela Islam, bukan malah membuat kita lemah dengan senantiasa berkutat dalam kecemasan.

Di hadapan kita musuh siap menyerang, apakah kita akan bergeming?! Padahal apa yang kita takutkan itu adalah sebuah misteri yang belum tentu terjadi. Sebab, ia adalah masa depan, sedangkan hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi pada masa itu.

Sekarang yang terpenting adalah mengesampingkan kecemasan lantas menyingsingkan lengan baju untuk menolong agama ini. Jangan takut karena sesungguhnya Allah bersama kita, Allah akan menolong dan memberikan kekuatan kepada siapa saja yang menolong agama-Nya. Allah q berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kaki-kakimu (kedudukanmu). (QS. Muhammad: 7)

SAAT USAHA TELAH KANDAS

Kita tidak menyangsikan lagi kebenaran agama Islam ini. Meski dirundung berbagai cobaan, tapi kita percaya bahwa agama ini tidak akan sirna. Saat usaha telah kandas, tidak ada manusia yang sanggup membela, maka saat itulah Allah sendiri yang akan membela Agama ini.

Inilah Ka’bah yang dahulu ingin dihancurkan oleh Abrahah dan tentara bergajahnya. Tidak satu pun manusia yang sanggup menghalanginya termasuk kaum Quraisy. Lihatlah apa yang dikatakan oleh Abdul Muththalib ketika ia mendatangi Abrahah untuk meminta unta-untanya:

“Aku adalah pemilik unta-unta ini, sedangkan rumah ini (Ka’bah) ada pemiliknya (Allah) yang akan menahan (menghalangi) orang-orang yang bermaksud jahat terhadapnya.” (Ma’alim at-Tanzil 5/306)

Dan benar, Allah sendiri yang menghancurkan Abrahah dan bala tentaranya dengan mengirim sekawanan burung, sebagaimana yang  termaktub dalam surat al-Fil.

Oleh karena itu, jangan berlebihan dalam kecemasan, dan jangan pula meremehkan (menganggap kecil permasalahan) akan tetapi berada di antara keduanya (waspada) sembari berusaha dan berdo’a kepada Allah supaya Allah senantiasa menjaga negeri ini dari musuh-musuh Islam serta menjadikan Islam kuat dan jaya. Wallahul Muwaffiq.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !