INSAAN DAN NISYAAN

Manusia dan lupa adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dalam bahasa Arab, manusia disebut “Insaan” sedangkan lupa “Nisyaan”. Ada kalimat menarik dalam hal ini. Kata mereka, “Laa yusammal insaanu insaanan illaa li katsratin nisyaan” Artinya, manusia itu tidak dinamai manusia, melainkan karena sering lupa. Perhatikan firman Allah ﷻ berikut:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Sekarang pertanyaannya, ‘Kenapa hanya manusia dan jin saja yang disebutkan dalam ayat ini? Bukankah semua makhluk beribadah kepada Allah?!’ Jawabnya, karena dua makhluk inilah yang sering bermasalah; mudah lupa dan sering membangkang.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah ﷺ memberitakan tentang kejadian akhirat yang menunjukkan benarnya apa yang kita katakan di atas. Beliau ﷺ bersabda:

“Allah bertanya kepada seorang penghuni neraka yang paling ringan adzabnya: ‘Jika seandainya engkau memiliki dunia dan segala isinya, apakah engkau mau menjadikan semua itu sebagai tebusan dirimu?’ Orang itu menjawab: ‘Tentu’ Kemudian Allah ﷻ berkata: ‘Sungguh dahulu Aku menginginkan darimu sesuatu yang lebih ringan dari hal itu tatkala engkau masih di shulbi Adam yaitu, jangan engkau mempersekutukanku. Tetapi engkau enggan, engkau tetap mempersekutukanku.’” (HR. Muslim: 2805)

Oleh sebab itu, luangkanlah sejenak waktu untuk mengingat hal ini. Kita, makhluk pelupa dan terkadang keras kepala. Sering-seringlah mengatakan kepada diri, “Engkau diciptakan untuk beribadah, jangan lupa, jangan ngeyel, nanti engkau menyesal, sesal kemudian tiada berguna.” Rutinlah beribadah, rajinlah pergi mengaji (belajar) agar kita senantiasa ingat dengan tujuan penciptaan kita di dunia ini, yakni mentauhidkan Allah ﷻ dan tidak mempersekutukan-Nya.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !