Isti’anah

Isti’anah, yaitu meminta pertolongan kepada Allah adalah sebuah syariat yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Pentingnya kedudukan isti’anah hingga Allah pun mewajibkan untuk menyatakannya minimal tujuh belas kali dalam sehari semalam, dalam ucapan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Mu kami beristi’anah (meminta pertolongan).” (QS. Al Fatihah: 5)

Mengapa??  Karena manusia adalah makhluk lemah dan tak berdaya. Allah berfirman:

وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا

Dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah. (QS. An Nisa’: 28)

Oleh sebab itu disyari’atkan memperbanyak ucapan yang menunjukkan ketidakberdayaan kita itu kepada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada Abdullah bin Qais:

يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ، قُلْ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوْزِ الجَنَّةِ

“Wahai Abdullah bin Qais, ucapkanlah laa haula wala quwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena ucapan itu adalah satu dari perbendaharaan surga.” (HR. Bukhari: 6384, Muslim: 2704)

Para ulama dan salafush shalih senantiasa memulai amalan dan pekerjaan mereka dengan isti’anah kepada Allah. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari pernah mengatakan:

اِسْتَخَرْتُ اللَّهَ وَسَأَلْتُهُ العَوْنَ عَلَى مَا نَوَيْتُ مِنْ تَصْنِيْفِ التَّفْسِيْرِ قَبْلَ أَنْ أَعْمَلَهُ ثَلَاثَ سِنِيْنَ، فَأَعَانَنِي

“Aku beristikharah dan meminta pertolongan kepada Allah terhadap apa yang telah aku niatkan yaitu menulis tafsir, tiga tahun sebelum aku mulai mengerjakannya dan Allah pun menolongku.” (Siyar a’lamin Nubala’: 14/274)

Begitulah para ulama, lihat bagaimana mereka beristikharah dan beristi’anah jauh sebelum memulai, sehingga tiada heran Allah pun memberikan pertolongan dan memberkahi waktu mereka. Al-Khatib pernah mengatakan:

سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ اللُّغَوِيّ يَحْكِيْ: أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جَرير مَكَثَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً يَكْتُبُ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا أَرْبَعِيْنَ وَرَقَةً

“Aku mendengar Ali bin Ubaidillah al Lughawi menceritakan: bahwasanya Muhammad ibn Jarir tinggal selama empat puluh tahun, ia menulis setiap hari sebanyak empat puluh halaman.” (Siyar a’lamin nubala’ : 14/272)

Empat puluh halaman, setiap hari dan selama empat puluh tahun? Subhanallah. Kalau bukan karena pertolongan Allah dan keberkahan waktu maka tidak akan mungkin.

Oleh sebab itu, marilah memulai mengerjakan apapun dengan beristi’anah kepada Allah dengan membaca basmalah,  niscaya akan mendapatkan berkah yang melimpah ruah.

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !