Jadilah Pribadi Yang Komitmen

Pada tahun ke 6 H, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan perjanjian dengan Quraisy di Hudaibiyah. Salah satu pointnya, siapa saja yang mendatangi beliau dari pihak Quraisy tanpa seizin walinya maka harus dikembalikan, akan tetapi jika ada yang mendatangi mereka dari pihak beliau maka tidak dikembalikan lagi kepada beliau shallallahu alaihi wasallam.

Abu Jandal adalah salah seorang yang harus dikembalikan kepada kaumnya. Padahal dia datang melarikan diri dari Makkah dalam keadaan kaki diborgol, kondisi sangat memprihatinkan, menempuh perjalanan yang sulit demi menyelamatkan agamanya. Namun apa hendak dikata, perjanjian adalah perjanjian, karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menolaknya seraya bersabda:

يَا أَبَا جَنْدَل, اِصْبِرْ وَاحْتَسِبْ, فَإِنَّ اللهَ جاعلٌ لَكَ وَلِمَنْ مَعَكَ مِنْ المُسْتَضْعَفِينَ فَرَجًا وَمَخْرَجًا, إِنَّ قَدْ عَقَدْنَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ القَوْمِ صُلْحًا, وَأَعْطَيْنَاهُمْ عَلَى ذَلِكَ, وَأَعْطُونَا عَهْدَ اللهِ فَلَا نَغْدِرُ بِهِمْ

“Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan mohonlah pahala kepada Allah, sesungguhnya Allah akan memberikan kepadamu dan orang-orang lemah selainmu jalan keluarnya, karena kita telah membuat perjanjian damai dengan orang-orang musyrik dan kita telah memberikannya demikian pula mereka telah memberi kita janji Allah. Karena itu, kita tidak akan menghianati mereka.” (Ar-Rahiqu al-Makhtum: 299)

Di antara pelajaran penting dari kisah itu adalah sikap komitmen Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Padahal perjanjian itu secara sepintas merugikan kaum muslimin. Namun, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap melakukannya karena beliau ingin menunjukkan bahwa Islam dan pemeluknya adalah agama dan orang-orang yang komitmen.

Kisah ini dan kisah-kisah yang semisal seyogyanya dibaca dan diulang-ulang oleh kita yang hidup sekarang. Bukan karena apa-apa, tapi karena sikap inilah yang sudah mulai hilang dari kebanyakan kita. Dan maaf, bahkan dari kita yang sudah mengenal dakwah dan manhaj, telah lama duduk di majelis taklim, bahkan sering mendengar sabda Nabi:

الْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

“Orang-orang Muslim terikat di atas syarat-syarat mereka.” (HR. Abu Dawud: 3594)

Diberikan tanggung jawab bilangnya sanggup, diminta bantuan katanya dengan senang hati, namun dalam perjalanannya ia entah kemana tanggung jawabnya dibiarkan begitu saja, kemudian berdalih baru ini mampunya. Padahal, kalau jujur sebenarnya komitmen yang tidak ada.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah suri tauladan kita. Beliau adalah pribadi yang komitmen, jika beliau telah berjanji beliau akan tepati meskipun perjanjian itu dengan orang kafir. Oleh sebab itu, bagi kita umatnya, tumbuhkanlah sikap ini dalam diri. Jadilah pribadi yang komitmen kapan pun, di mana pun dan dengan siapapun kita berjanji.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !