KALAU BUKAN (Art.Salayok78)


Dalam hal kebaikan, kita butuh untuk sering dipanas-panasi. Sebab, terkadang hati melemah, semangat memudar, jiwa bisa saja menjadi dingin meski matahari sedang terik.

Membaca kisah-kisah sahabat Rasulullah dalam berlomba dan semangat menggapai kebaikan adalah salah satu yang bisa memanasi jiwa.

Dari sekian banyak kisah mereka, terseliplah sebuah kisah yang menawan. Sa’ad bin Khaitsamah bersama ayahnya Khaitsamah bin Harits, ingatkanlah dua nama itu.

Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dari Sulaiman bin Bilal ia menuturkan: “Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar menuju Badar, Sa’ad dan ayahnya ingin ikut bersama beliau. Lalu Sa’ad pun menyampaikan hal itu kepada Nabi. Ternyata Rasulullah memerintahkan agar yang ikut serta salah seorang saja.

Maka mereka pun melakukan undian. Ayahnya (Khaitsamah) mengatakan kepada anaknya (Sa’ad):

إِنَّهُ لَابُدَّ لِأَحَدِنَا مَن أَن يُقِيمَ، فَأَقِم مَعَ نِسَائِكَ

“Salah seorang dari kita harus ada yang tinggal. Maka tinggallah engkau bersama para wanitamu (untuk menjaga  mereka).”

Maka Sa’ad menjawab:

لَو كَانَ غَيرَ الجَنَّةِ لَآثَرتُكَ بِهِ، إِنِّي أَرجُو الشَّهَادَةَ فِي وَجهِي هَذَا

“Kalau bukan karena surga niscaya akan mendahulukanmu wahai ayah, sungguh aku mengharapkan mati syahid.”

Lantas mereka pun melakukan undian dan ternyata yang keluar adalah nama Sa’ad. Maka ikutlah ia bersama Rasulullah menuju Badar. Dia pun terbunuh (syahid) di tangan ‘Amr bin Abdiwudd. (HR. al-hakim: 3/209)

Beginilah kehidupan sahabat, malu kita kadang dengan diri sendiri. Kita tidak ada apa-apanya, untuk mengisi shaf depan saja ketika shalat jamaah kita saling dorong-dorongan.

Ini ayah dan anak tidak ada yang mau mengalah, bukan masalah duit warisan, bukan juga masalah jatah sembako lebaran, tetapi siapa yang lebih berhak untuk ikut perang.

Oleh sebab itu, jika kita memang ingin menapaki jalan yang ditempuh generasi mulia itu maka marilah kita berusaha  memperbaiki diri, menyemangati jiwa dan memanas-manasinya untuk senantiasa berbuat baik. (zhr)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !