KAROMAH WALI

Berbicara tentang wali dan karomah maka di Indonesia ada banyak cerita. Karena memang masyarakatnya dikenal mudah menyematkan gelar wali kepada seorang yang mempunyai sesuatu luar biasa. Sampai-sampai kepada mereka yang sangat jauh dari agama. Tidak shalat, tidak puasa, bahkan orang gila yang tidak pakai baju pun ada yang dianggap wali.

Jika Anda mampu berjalan di atas bara api yang menyala, terbang di udara, menyeberangi sungai dengan berjalan di atasnya, maka Anda punya kesempatan masuk jajaran “wali Indonesia”, karena Anda punya ilmu yang luar biasa, “karomah” kata mereka.  Akan tetapi, jika kita berbicara dalam prespektif Islam yang sesungguhnya, tentu urusannya jadi berbeda.

Mempercayai karomah wali-wali Allah adalah salah satu diantara pokok keyakinan ahlussunnah wal jamaah. Yang dimaksud dengan karomah, sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, di antaranya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, beliau mengatakan:

وَالكَرَامَةُ هِيَ أَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ ، يُجْرِيْهِ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى يَدِ وَلِيٍّ ؛ تَأْيِيْدًا لَهُ، أَوْ إِعَانَةً، أَوْ تَثْبِيْتًا، أَوْ نَصْرًا لِلدِّيْنِ

“Karomah adalah suatu yang menyalahi adat kebiasaan, yang diberikan oleh Allah kepada seorang wali, untuk menguatkan, membantu dan memberikan keteguhan kepadanya atau pertolongan bagi agama.” (Majmu Fatawa wa Rasail Syaikh Ibnu Utsaimin: 8/626)

Itulah karomah yaitu sesuatu yang diluar kebiasaan. Akan tetapi yang perlu diingat, bahwa tidak semua sesuatu diluar kebiasaan lantas disebut karomah. Karomah hanya diberikan kepada wali Allah. Siapa wali Allah? Mereka adalah yang disebutkan oleh Allah mempunyai dua sifat. Allah berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ، الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka juga tidak bersedih hati. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa. (QS. Yunus: 62-63)

Maka jika ada seorang yang jauh dari agama, meninggalkan ajaran-ajaran agama, lalu mampu melakukan sesuatu diluar kebiasaan maka itu bukan karomah. Itu adalah tipuan setan, mereka bukan wali Allah tetapi walinya setan, meski mereka berjubah dan bersorban.

Jangan gampang tertipu dan mudah terpedaya dengan sesuatu yang terlihat luar biasa. Ingat pesan Imam Syafi’i rahimahullah:

إِِذَا رَأَيْتُمْ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى المَاءِ وَيَطِيْرُ فِي الهَوَاء؛ فَلَا تَغْتَرُّوْا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوْا أَمْرَهُ عَلَى الكِتَابِ وَالسُنَّةِ.

“Apabila kalian melihat ada seorang yang dapat berjalan di atas air atau terbang di udara maka jangan terpedaya dengannya  sampai kalian timbang ahwalnya dengan kitab al-Qur’an dan Sunnah.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/233, tafsir surat al-Baqarah ayat 34)

Oleh sebab itu, kesesuaian amalan dengan al-Qur’an dan Sunnah merupakan salah satu timbangan penentunya. Ingat, karomah hanya milik wali Allah yaitu orang yang beriman dan bertakwa saja.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !