KEMBALIKAN LAGI (Art.Salayok55)

Di negeri kita, banyak sekali masjid. Bahkan di suatu daerah ada masjid yang saling berhadap-hadapan, hanya dipisahkan oleh jalan saja. Suara adzan bersahut-sahutan. Masyarakat berlomba-lomba membangun dan mempercantik masjid. Rata-rata masjidnya besar, megah, nyaman.

Tapi, ada satu yang kurang, yang membuat hati kita tidak nyaman. Saat adzan berkumandang dan shalat berjamaah didirikan, “Sepi, satu atau dua shaf saja. Kemana yang lain?! Kalau kita katakan sedikit muslimnya, tidak juga. Itu buktinya setiap jum’at membludak, idul fitri-idul adha apalagi, sampai meluber ke jalan-jalan.”

Tampaknya memang kiamat semakin dekat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ

“Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid.” (HR. Abu Dawud: 449, Shahih al-Jami’: 7421)

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 مَا أُمِرْتُ بِتَشْيِيدِ الْمَسَاجِدِ . قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَتُزَخْرِفُنَّهَا كَمَا زَخْرَفَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

“Aku tidak diperintahkan untuk meninggikan bangunan masjid.” 

Ibnu Abbas berkata, “Sungguh kalian akan menghiasi masjid-masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani menghiasi tempat ibadah mereka.” (HR. Abu Dawud: 448, Misykah al-Mashabih: 30)

Mari kita lihat para sahabat Nabi. Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّى هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِى بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِى الصَّفِّ

“Barang siapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim maka jagalah selalu shalat lima waktu (berjamaah di masjid) ketika adzan dikumandangkan. Karena sesungguhnya Allah mensyariatkan jalan hidayah kepada Nabi kalian. Dan shalat lima waktu di masjid itu adalah jalan hidayah. Kalau seandainya kalian shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana yang diperbuat oleh orang-orang yang meninggalkan shalat jama’ah niscaya kalian telah meninggalkan jalan Nabi kalian. Dan apabila kalian telah meninggalkan jalan Nabi kalian, maka kalian akan tersesat. Aku melihat para sahabat, tidak ada yang mengerjakan shalat di rumah kecuali mereka yang sudah jelas-jelas munafik. Dahulu ada seorang sahabat yang harus dipapah oleh dua orang untuk bisa berdiri di shaf shalat berjamaah.” (HR. Muslim: 654, Abu Dawud: 550)

Maka dari itu, mari kita kembalikan fungsi masjid yaitu untuk shalat berjamaah. Sebagaimana kita berlomba-lomba berinfak untuk pembangunan masjid, maka berlomba-lomba memenuhi masjid dengan shalat berjamaah jauh lebih penting.

Zahir al-Minangkabawi

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !