KITABUT TAUHID BAB 16 – Malaikat Makhluk Yang Perkasa Takut Ketika Turun Wahyu

Pada bab ke 16 ini, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah akan membawakan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa para malaikat makhluk yang perkasa takut sehingga bersujud dan pingsan ketika turun wahyu dari Allah. Apabila demikian keadaan mereka dan rasa takut mereka kepada Allah tatkala Allah berfirman, lalu bagaimana patut mereka dijadikan sesembahan selain Allah. Firman Allah:

حَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka (malaikat), mereka berkata: “apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: “perkataan yang benar, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Saba’: 23)

Diriwayatkan dalam kitab shahih Imam Bukhari, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا قَضَى اللهُ الأَمْرَ فِيْ السَّمَاءِ ضَرَبَتْ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ يَنْفُذُهُمْ ذَلِكَ، حَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ، فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ – وَصَفَهُ سُفْيَانٌ بِكَفِّهِ، فَحَرَّفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ – فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ فَيُلْقِيْهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيْهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيْهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوْ الكَاهِنِ، فَرُبَمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذِبَةٍ، فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا؟ فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِيْ سُمِعَتْ مِنَ السَّمَاءِ

“Apabila Allah menetapkan suatu perintah di atas langit, para malaikat mengibas-ngibaskan sayapnya, karena patuh akan firman-Nya, seolah-olah firman yang didengarnya itu bagaikan gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal ini memekakkan mereka (sehingga jatuh pingsan karena ketakutan), “sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati-hati mereka, mereka berkata: “apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: “ (perkataan) yang benar, dan Dialah yang maha tinggi lagi maha besar”, ketika itulah (syetan-syetan) pencuri berita mendengarnya, pencuri berita itu sebagian diatas sebagian yang lain – Sufyan bin Uyainah menggambarkan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari jemarinya – ketika mereka (penyadap berita) mendengar berita itu, disampaikanlah kepada yang ada di bawahnya, dan seterusnya, sampai ke tukang sihir dan tukang ramal, tapi kadang-kadang syetan pencuri berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan berita itu, dan kadang-kadang sudah sempat menyampaikan berita sebelum terkena syihab, kemudian dengan satu kalimat yang didengarnya itulah tukang sihir dan tukang ramal itu melakukan seratus macam kebohongan, mereka mendatangi tukang sihir dan tukang ramal seraya berkata: bukankah ia telah memberi tahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar), sehingga ia dipercayai dengan sebab kalimat yang didengarnya dari langit.”

An-Nawwas bin Sam’an menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يُوْحِيَ بِالأَمْرِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ أَخَذَتِ السَّمَوَاتُ مِنْهُ رَجْفَةً، أَوْ قَالَ: رَعْدَةً شَدِيْدَةً خَوْفًا مِنَ اللهِ ، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمَوَاتِ صُعِقُوْا وَخَرُّوْا سُجَّدًا، فَيَكُوْنُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيْلُ، فَيُكَلِّمُهُ اللهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ، ثُمَّ يَمُرُّ جَبْرِيْلُ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ، كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلاَئِكَتُهَا: مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيْلُ؟ فَيَقُوْلُ جِبْرِيْلُ: قَالَ الْحَقَّ وَهُوَ العَلِيُّ الْكَبِيْرُ، فَيَقُوْلُوْنَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِبْرِيْلُ، فَيَنْتَهِي جِبْرِيْلُ بِالْوَحْيِ إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللهُ

“Apabila Allah hendak mewahyukan perintah-Nya, maka Dia firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut kepada Allah, dan ketika para malaikat mendengar firman tersebut mereka pingsan dan bersujud, dan di antara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril, maka Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendaki kepada Jibril, kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia melewati langit maka para penghuninya bertanya kepadanya: “apa yang telah Allah firmankan kepadamu? Jibril menjawab: “Dia firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama, demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya.”

Kandungan bab ini:
1. Penjelasan tentang ayat yang telah disebutkan di atas.
2. Ayat tersebut mengandung argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shaleh, dan ayat itu juga memutuskan akar-akar pohon syirik yang ada dalam hati seseorang.
3. Penjelasan tentang firman Allah: “mereka menjawab: “(perkataan) yang benar” dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
4. Menerangkan tentang sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.
5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan perkataan: “Dia firmankan yang benar …”
6. Menyebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril.
7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya.
8. Para malaikat penghuni langit jatuh pingsan ketika mendengar firman Allah.
9. Langitpun bergetar keras ketika mendengar firman Allah itu.
10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
11. Hadits di atas menyebutkan tentang adanya syetan-syetan yang mencuri berita wahyu.
12. Cara mereka mencuri berita, sebagian mereka naik di atas sebagian yang lain.
13. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh syetan-syetan pencuri berita.
14. Adakalanya syetan pencuri berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan berita yang didengarnya, dan adakalanya sudah sempat menyampaikan berita ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
15. Adakalanya ramalan tukang ramal itu benar.
16. Dengan berita yang diterimanya ia melakukan seratus macam kebohongan.
17. Kebohongannya tidak akan dipercaya kecuali karena adanya berita dari langit (melalui syetan penyadap berita).
18. Kecenderungan manusia untuk menerima suatu kebatilan, bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan oleh tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya.
19. Satu kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan oleh tukang ramal itu benar.
20. Menetapkan sifat sifat Allah (seperti yang terkandung dalam hadits di atas), berbeda dengan faham Asy’ariyah yang mengingkarinya.
21. Penjelasan bahwa bergetarnya langit dan pingsannya para malaikat itu disebabkan karena rasa takut mereka kepada Allah.
22. Para malaikat pun bersujud kepada Allah.

================================

I. Wujud Malaikat

– Penjaga neraka

Allah berfirman tentang malaikat penjaga neraka:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini menunjukkan bahwa para malaikat penjaga neraka itu memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, dimana api yang dapat melelahkan besi dan batu, tidak membahayakan mereka.

– Malaikat Jibril

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia mengatakan:

رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلَ فِي صُورَتِهِ وَلَهُ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ كُلُّ جَنَاحٍ مِنْهَا قَدْ سَدَّ الْأُفُقَ يَسْقُطُ مِنْ جَنَاحِهِ مِنْ التَّهَاوِيلِ وَالدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ مَا اللَّهُ بِهِ عَلِيمٌ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Jibril dalam bentuk aslinya, ia memiliki enam ratus sayap, setiap sayap dapat menutupi antara langit dan bumi, dari sayapnya berjatuhan aneka warna warni, mutiara dan yaqut. Allah Maha Mengetahui itu semua. (HR. Ahmad: 3561)

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنْ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Aku melihatnya (Jibril) turun dari langit, besarnya wujudnya menutupi (jarak) antara langit dan bumi. (HR. Tirmidzi: 3068)

– Malaikat pemikul ‘Arsy

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Abu Dawud, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِ مِائَةِ عَامٍ

“Aku telah diberi izin untuk menceritakan tentang sesosok malaikat dari malaikat Allah yang bertugas membawa Arsy. Sesungguhnya, jarak antara ujung telinga dengan bahunya adalah perjalanan tujuh ratus tahun.” (HR. Abu Dawud: 4727)

Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim dengan lafazh: “..Sejauh jarak perjalanan burung terbang selama 700 tahun.”

II. Jumlah Malaikat

Jumlah malaikat keseluruhannya hanya Allah yang tahu, hal ini berdasarkan Firman Allah:

وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS. Al-Mudatstsir: 31)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda mengambarkan Baitul Ma’mur yang berada di langit ke tujuh:

يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ

Setiap hari dimasuki tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). (HR. Muslim: 162)

Tentang para malaikat yang bertugas menarik Neraka Jahanam, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

“Pada hari itu neraka jahannam didatangkan, ia mempunyai tujuh puluh ribu tali kekang, setiap tali kekang terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang akan menyeretnya.” (HR. Muslim: 2842)

Itu artinya, jumlah malaikat yang menarik neraka jahanam adalah 4.900.000.000

Dalil lain yang menunjukkan betapa banyaknya jumlah malaikat adalah sebuah hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ أَطَّتْ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

“Sesungguhnya aku melihat yang tidak kalian lihat, mendengar yang tidak kalian dengar, langit merintih dan laik baginya merintih, tidaklah disana ada tempat untuk empat jari melainkan ada malaikat yang meletakkan dahinya seraya bersujud kepada Allah, andai kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian jarang tertawa dan sering menangis. (HR. Tirmidzi: 2312)

III. Wujud Langit

– Jumlah langit

Langit berjumlah tujuh lapis, Allah berfirman:

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. (QS. Al-Mulk: 3)

– Jarak antara langit

Diriwayatkan dari al-’Abbas bin ’Abdil-Muththalib Radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata:

كُنَّا جُلُوسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَطْحَاءِ فَمَرَّتْ سَحَابَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ مَا هَذَا قَالَ قُلْنَا السَّحَابُ قَالَ وَالْمُزْنُ قُلْنَا وَالْمُزْنُ قَالَ وَالْعَنَانُ قَالَ فَسَكَتْنَا فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ بَيْنَهُمَا مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَمِنْ كُلِّ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَكِثَفُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِ مِائَةِ سَنَةٍ وَفَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أَوْعَالٍ بَيْنَ رُكَبِهِنَّ وَأَظْلَافِهِنَّ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ وَلَيْسَ يَخْفَى عَلَيْهِ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ شَيْءٌ

“Suatu ketika kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di al-Bath-ha. Maka lewatlah segumpal awan, dan beliau bertanya, ‘Tahukah kalian apa ini?’ Kami menjawab, ‘Awan.’ Beliau berkata, ‘(Awan) disebut juga dengan muzn dan ‘anan.’ Kamipun diam. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ?’ Kami menjawab, ‘Allah Azza wa Jalla dan RasulNya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Jarak antara langit dan bumi seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Jarak antara satu langit ke langit lainnya seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Ketebalan masing-masing langit seperti jarak perjalanan lima ratus tahun tahun. Di atas langit yang ketujuh ada samudera, dan antara dasar samudera itu dengan permukaannya seperti jarak antara langit dan bumi. Kemudian di atasnya ada delapan kambing liar yang jarak antara lutut dan telapak kakinya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan di atasnya ada ‘Arsy (singgasana) yangjarak antara dasar dan puncaknya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan Allah Azza wa Jalla Yang Maha Suci dan Tinggi di atasnya, tidak tersembunyi dari-Nya sesuatupun dari perbuatan anak Adam”. (Ahmad: 1770, Abu Dawud: 4725, Tirmidzi: 3320)

Namun hadits ini diperselisihkan oleh para ulama perihal kesahihannya. Lihat penjelasannya di : https://almanhaj.or.id/5391-apa-yang-di-maksud-dengan-8-kambing-liar.html

– Langit dunia

Langit dunia adalah langit yang masih terdapat bintang gemintangnya, Allah berfirman:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (QS. Al-Mulk: 5)

Langit pertama saja tidak ada yang tahu dimana batasnya, dan betapa luasnya ia.

IV. Kaitan bab dengan Kitabut Tauhid

Malaikat makhluk Allah yang sangat besar dan perkasa, demikian pula dengan langit yang sangat luas dan kokoh, keduanya tidak kuat ketika mendengar wahyu Allah, malaikat semuanya pingsan langit bergetar, ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang patut untuk disembah.

Jika dua makhluk Allah ini saja tidak layak untuk disembah, padahal keduanya adalah makhluk Allah yang sangat besar, maka selain dari keduanya lebih tidak layak lagi untuk disembah.

Selesai disusun:
Di rumah kontrakan, Kranggan, Bekasi
Sabtu, 28 Muharram 1441H/ 28 September 2019

 

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut klik

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !