KITABUT TAUHID BAB 17 – Syafa’at

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan bab tentang syafa’at. Firman Allah:

وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dan berilah peringatan dengan apa yang telah diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat), sedang mereka tidaklah mempunyai seorang pelindung dan pemberi syafa’atpun selain Allah, agar mereka bertakwa.” (QS. Al an’am: 51).

قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا

“Katakanlah (hai Muhammad): “hanya milik Allah lah syafa’at itu semuanya.” (QS. Az zumar: 44).

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Tiada seorang pun yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya.” (QS. Al baqarah: 225).

 وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ

“Dan berapa banyak malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengiizinkan (untuk diberi syafa’at) bagi siapa saja yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An Najm: 26)

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ ۞ وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ

“Katakanlah: “serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak memiliki kekuasaan seberat dzarrahpun di langit maupun di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu.” (QS. Saba’: 22)

Abu Abbas (Ibnu Taimiyah) mengatakan: “Allah telah menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, selain diri-Nya sendiri, dengan menyatakan bahwa tidak ada seorangpun selain-Nya yang memiliki kekuasaan, atau bagiannya, atau menjadi pembantu Allah.

Adapun tentang syafa’at, maka telah ditegaskan oleh Allah bahwa syafa’at ini tidak berguna kecuali bagi orang yang telah diizinkan untuk memperolehnya, sebagaimana firman-Nya:

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

“Dan mereka tidak dapat memberi syafa’at, kecuali kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. Al Anbiya’: 28).

Syafa’at yang diperkirakan oleh orang-orang musyrik itu tidak akan ada pada hari kiamat, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Al qur’an.

Dan diberitakan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Bahwa beliau pada hari kiamat akan bersujud kepada Allah dan menghaturkan segala pepujian kepada-Nya, beliau tidak langsung memberi syafa’at lebih dahulu, setelah itu baru dikatakan kepada beliau: “Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan berilah syafa’at niscaya syafa’atmu akan diterima”.  (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah bertanya kepada beliau: “Siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atmu? Beliau menjawab: “Yaitu orang yang mengucapkan la Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya”. (HR. Bukhari dan Ahmad)

Syafa’at yang ditetapkan ini adalah syafa’at untuk Ahlul Ikhlas Wattauhid (orang-orang yang mentauhidkan Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin Allah; bukan untuk orang yang menyekutukan Allah dengan yang lain-Nya.

Dan pada hakikatnya, bahwa hanya Allah lah yang melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas tersebut, dengan memberikan ampunan kepada mereka, dengan sebab doanya orang yang telah diizinkan oleh Allah untuk memperoleh syafa’at, untuk memuliakan orang tersebut dan menempatkannya di tempat yang terpuji.

Jadi, syafa’at yang ditiadakan oleh Al qur’an adalah yang di dalamnya terdapat kemusyrikan. Untuk itu, Al Qur’an telah menetapkan dalam beberapa ayatnya bahwa syafa’at itu hanya ada dengan izin Allah; Dan Nabi pun sudah menjelaskan bahwa syafa’at itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Allah semata”.

Kandungan bab ini:
1. Penjelasan tentang ayat-ayat di atas
2. Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kemusyrikan.
3. Syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at untuk orang-orang yang bertauhid dengan ikhlas, dan dengan izin Allah.
4. Penjelasan tentang adanya syafa’at kubra, yaitu: Al Maqam Al Mahmud (kedudukan yang terpuji).
5. Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ketika hendak mendapatkan syafa’at, beliau tidak langsung memberi syafa’at lebih dahulu, tapi dengan bersujud kepada Allah, menghaturkan segala pujian kepada-Nya. Kemudian setelah diizinkan oleh Allah barulah beliau memberi syafa’at.
6. Adanya pertanyaan: “siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’at beliau?
7. Syafa’at itu tidak diberikan kepada orang yang menyekutukan Allah.
8. Penjelasan tentang hakikat syafa’at yang sebenarnya.

=================================

Syafa’at telah dijadikan dalil oleh kaum musyrikin dalam memohon kepada malaikat, nabi dan wali. Sebagaimana firman-Nya:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS. Az-Zumar: 3)

Dan sebagaimana firman-Nya:

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18)

Kata mereka: Kami tidak memohon kepada mereka kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan syafa’at kepada kami di sisi-Nya, maka dalam bab ini diuraikan bahwa syafa’at yang mereka harapkan itu adalah percuma, bahkan syirik; dan syafa’at hanyalah hak Allah semata, tiada yang dapat memberi syafa’at kecuali dengan seizin-Nya bagi siapa yang mendapat ridha-Nya.

Makna Syafa’at

Secara bahasa syafa’at berasal dari syafa’a-yasyfa’u yang artinya menjadikan sesuatu menjadi dua, Asy-Syaf’u adalah lawan dari witir, sebagaimana firman-Nya:

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

dan demi yang genap dan yang ganjil. (QS. Al-Fajr: 3)

Secara istilah syafa’at adalah menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak madharat. (Al-Qaulul Mufid: 1/330)

Macam-macam manusia dalam masalah Syafa’at

Manusia dalam keyakinan terhadap syafa’at di hari kiamat menjadi tiga kelompok:

Pertama, ghuluw dalam menetapkannya sehingga mereka mencarinya dari orang-orang mati, kuburan, berhala-berhala, pepohonan dan bebatuan, sebagaimana firman-Nya:

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus: 18)

Kedua, ghuluw dalam menafikan syafa’at seperti kaum Mu’tazilah dan Khawarij, mereka menafikan syafa’at bagi pelaku dosa besar dan menyelisihi dalil-dalil yang mutawatir dari al-Qur’an dan Sunnah dalam penetapan syafa’at.

Ketiga, pertengahan inilah aqidah Ahlussunnah waljamaah, mereka menetapkan syafa’at sesuai dengan yang disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya, mereka beriman dengannya tidak ghuluw dan tidak pula meremehkan. (At-Taudhihat Al-Jaliyyah: 2/540)

Syafa’at di hari kiamat

Syafa’at di hari kiamat terbagi menjadi dua:

Pertama, syafa’at yang khusus bagi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Di antaranya yaitu:
1. Syafa’at Al-Uzhma

Baca artikel

SELAMATKAN DIRI DENGAN TAUHID

2. Syafa’at terhadap penghuni surga untuk masuk surga

Anas bin Malik dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

“Saya mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu saya meminta dibukakan. Lalu seorang penjaga (Malaikat) bertanya, ‘Siapa kamu? ‘ Maka aku menjawab, ‘Muhammad’. Lalu ia berkata, “Khusus untukmu, aku diperintahkan untuk tidak membukakan pintu untuk siapapun, sebelum kamu masuk.” (HR. Muslim: 197)

3. Syafa’at terhadap paman beliau yaitu Abu Thalib agar diringankan adzabnya.

Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَذُكِرَ عِنْدَهُ عَمُّهُ أَبُو طَالِبٍ، فَقَالَ: «لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحٍ مِنَ النَّارِ يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ، يَغْلِي مِنْهُ أُمُّ دِمَاغِهِ»

Suatu ketika ada orang yang menyebut tentang paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Thalib di samping beliau. Lalu beliau bersabda,

“Semoga dia mendapat syafa’atku pada hari kiamat, sehingga beliau diletakkan di permukaan neraka yang membakar mata kakinya, namun otaknya mendidih.” (HR. Bukhari 6564, Muslim 210, dan yang lainnya).

Hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبِي طَالِبٍ هَلْ تَنْفَعُهُ نُبُوَّتُكَ؟ قال: نَعَمْ، أَخْرَجْتُهُ مِنْ غَمْرَةِ جَهَنَّمَ إِلَى ضَحْضَاحٍ مِنْهَا

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang Abu Thalib, apakah status kenabian anda bisa bermanfaat baginya?Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Bisa bermanfaat, aku keluarkan dia dari kerak jahanam ke permukaan neraka” (HR. Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 2047).

Read more:

 https://konsultasisyariah.com/21687-apakah-abu-thalib-paman-nabi-mati-kafir.html

Kedua, syafa’at yang umum, bagi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan siapa saja yang dikehendaki oleh Allah.

1. Syafa’at al-Qur’an

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]

Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.” [HR. Muslim 1910]

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/39291-puasa-dan-al-quran-memberikan-syafaat-dengan-izin-allah.html

2. Syafa’at orang-orang shalih (teman yang baik)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ

maka demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang begitu gigih memohon kepada Allah didalam menuntut al haq pada hari kiamat untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka, mereka berseru; wahai rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, salat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka; “keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah di makan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata; “ wahai rabb kami tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami.” (HR. Muslim: 183)

Syarat-syarat syafa’at

Syafa’at memiliki dua syarat, yaitu:
1. Izin dari Allah sebagaimana firman-Nya:

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Tiada seorang pun yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya.” (QS. Al baqarah: 225).

 وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ

“Dan berapa banyak malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengiizinkan (untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An Najm: 26)

2. Ridha Allah kepada pemberi dan penerima syafa’at, sebagaimana firman-Nya:

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

“Dan mereka tidak dapat memberi syafaat, kecuali kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. Al Anbiya’: 28).

Orang yang diridhai Allah untuk dapat memberi atau menerima syafa’at ahli tauhid

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia mengatakan:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ

Saya bertanya; ‘wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling beruntung dengan syafaatmu pada hari kiamat? ‘ Nabi menjawab: “Hai Abu Hurairah, saya sudah beranggapan bahwa tak seorangpun lebih dahulu menanyakan masalah ini kepadaku daripada dirimu, dikarenakan kulihat semangatmu mencari hadits, Manusia yang paling beruntung dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan laa-ilaaha-illa-llaah, dengan tulus dari lubuk hatinya.” (HR. Bukhari: 6570)

Oleh karena itu, barang siapa yang menginginkan syafa’at maka dia harus menauhidkan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.

Referensi
1. Al-Qaulul Mufid ala Kitabit Tauhid,Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Darul ‘Ashimah
2. At-Taudhihat Al-Jaliyyah, Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumais, Dar Ibn Al-Jauzi

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom

 

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !