KITABUT TAUHID BAB 28 – Tathayyur

Firman Allah :

أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131)

قَالُوا طَائِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ

“Mereka (para Rasul) berkata: “kesialan kalian itu adalah karena kalian sendiri, apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib sial)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Yasin: 19)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ عَدْوَ وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

“Tidak ada ‘Adwa, Thiyarah, Hamah, Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim), dan dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan:

وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غَوْلَ

“dan tidak ada Nau’, serta ghaul.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:

لاَ عَدْوَ وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ ، قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: الكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ

“Tidak ada ‘Adwa dan tidak ada Thiyarah, tetapi Fa’l menyenangkan diriku”, para sahabat bertanya: “apakah Fa’l itu? Beliau menjawab: “yaitu kalimah thayyibah (kata-kata yang baik)”

Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Uqbah bin Amir, ia berkata: “Thiyarah disebut-sebut dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliaupun bersabda:

أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ، وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

“Yang paling baik adalah Fa’l, dan Thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya, apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia berdo’a: “Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tiada yang dapat menolak kejahatan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali atas pertolongan-Mu”.

Abu Daud meriwayatkan hadits yang marfu’ dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah bisa menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR.Abu Daud).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh At Tirmidzi dan dinyatakan shahih, dan kalimat terakhir ia jadikan sebagai ucapannya Ibnu Mas’ud.

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ ، قَالُوْا: فَمَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ تَقُوْلَ: اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلا خَيْرُكَ، وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ غَيْرُكَ

“Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena thiyarah ini, maka ia telah berbuat kemusyrikan”, para sahabat bertanya: “lalu apa yang bisa menebusnya? Rasulullah menjawab:”hendaknya ia berdoa: “ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan tiada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tiada sesembahan kecuali Engkau”.

Dan dalam riwayat yang lain dari Fadhl bin Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الطِّيَرَةُ مَا أَمْضَاكَ أَوْ رَدَّكَ

“Sesugguhnya Thiyarah itu adalah yang bisa menjadikan kamu terus melangkah, atau yang bisa mengurungkan niat (dari tujuan kamu)”.

Kandungan bab ini:
1. Penjelasan tentang kedua ayat tersebut di atas; surat Al A’raf 131, dan Yasin 19.
2. Pernyataan bahwa tidak ada ‘Adwa.
3. Pernyataan bahwa tidak ada thiyarah.
4. Pernyataan bahwa tidak ada hamah.
5. Pernyataan bahwa tidak ada Shafar.
6. Al Fa’l tidak termasuk yang dilarang oleh Rasulullah, bahkan dianjurkan.
7. Penjelasan tentang makna Al Fa’l.
8. Apabila terjadi tathayyur dalam hati seseorang, tetapi dia tidak menginginkannya, maka hal itu tidak apa-apa baginya, bahkan Allah akan menghilangkannya dengan bertawakkal kepada-Nya.
9. Penjelasan tentang doa yang dibacanya, saat seseorang menjumpai hal tersebut.
10. Ditegaskan bahwa thiyarah itu termasuk syirik.
11. Penjelasan tentang thiyarah yang tercela dan terlarang.

==================================

Pengertian Tathayyur

Secara bahasa tathayyur diambil dari kata thair yang berarti burung. Karena dahulu orang-orang arab beranggapan sial dan untung melalui burung-burung dengan cara yang sudah dikenal di kalangan mereka yaitu dengan melepaskan seekor burung kemudian dilihat apakah terbangnya ke arah kanan ataukah kiri. Apabila terbangnya ke arah kanan maka mereka akan maju (melanjutkan keinginannya) dan jika terbangnya ke arah yang mereka anggap sial (seperti arah kiri atau ke belakang) maka mereka akan mengurungkan rencananya.

Adapun secara istilah tathayyur adalah menganggap sial dengan sesuatu baik dengan yang dilihat, atau didengar atau sesuatu yang ma’lum (sudah diketahui). [Lihat: Al-Qaulul Mufid: 1/559]

Contoh-contoh keyakinan Tathayyur

Dari yang dilihat, diantara contohnya:

– Melihat burung terbang
– Melihat ular
– Kupu-kupu hitam masuk rumah, akan anggota keluarga yang akan meninggal
– Kucing hitam, akan ada kesialan
– Kejatuhan cicak, tanda orang tuanya akan meninggal
– Menabrak kucing tanda sial, kalau tidak dikuburkan dengan kain putih akan mendapat kesialan.
– Hujan dalam kondisi panas (matahari ada), siapa yang meninggal
– Nasi basah, sebagian orang langsung meyakini siapa yang sakit di kampung.
– Kalau melihat pelangi tidak boleh ditunjuk nanti jarinya bengkok

Dari yang didengar, diantara contohnya:

– Mendengar derikan dari kuburan tanda akan datang gempa
– Mendengar suara elang, tanda akan ada orang yang meninggal dunia
– Mendengar suara cicak tanda ada Kuntilanak, kalau suara cicaknya dekat maka hantunya itu jauh, kalau suaranya jauh maka hantunya itu dekat

Dari yang dikenal (diketahui), diantara contohnya:

– Menganggap sial bulan Suro (Muharram)
– Bulan Shafar, Rebo Wekasan yaitu rabu terakhir di bulan Shafar, turun 320,000 penyakit
– Menganggap sial angka 4,6,13,14, dst
– Kalau ketinggalan barang tidak boleh balik lagi, kalau balik akan mendapatkan kesialan
– Ketika anak jatuh atau terluka, maka dikatakan, “Itu tandanya kamu begini dan begitu. Tidak usah diteruskan, dll.”

Tathayyur adalah kebiasan buruk manusia dari zaman ke zaman

Tathayyur tidak hanya merupakan keyakinan dan kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah saja, namun ia merupakan keyakinan dan kebiasaan manusia dari zaman ke zaman. Di dalam Al-Qur’an Allah telah menyebutkan akan hal ini, diantaranya Allah berfirman tentang kaum Nabi Shalih:

قَالُوا۟ ٱطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَن مَّعَكَ ۚ قَالَ طَٰٓئِرُكُمْ عِندَ ٱللَّهِ ۖ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ

Mereka menjawab, “Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu.” Dia (Salih) berkata, “Nasibmu ada pada Allah (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji.” (QS. An-Naml: 47)

Begitu juga tathayyurnya Fir’aun dan kaumnya, Allah berfirman:

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَٰذِهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُ ۗ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-A’raf: 131)

Begitu pula tathayyurnya Ashabul Qaryah kepada para utusan, Allah berfirman:

قَالُوٓا۟ إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا۟ لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.” (QS. Yasin: 18)

Bahaya tathayyur

1. Merusak tauhid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah bisa menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR.Abu Daud)

2. Selalu dirundung perasaan takut
3. Mendatangkan sifat pesimis, padahal sifat ini sangat bertentangan sekali dengan konsep Islam yang sangat menganjurkan untuk bersikap Optimis. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:

لاَ عَدْوَ وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ ، قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: الكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ

“Tidak ada ‘Adwa dan tidak ada Thiyarah, tetapi Fa’l menyenangkan diriku”, para sahabat bertanya: “apakah Fa’l itu? Beliau menjawab: “yaitu kalimah thayyibah (kata-kata yang baik)” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Termasuk mencela masa. Keyakinan bahwa waktu tertentu adalah waktu sial, hari naas, bulan petaka dan seterusnya adalah salah satu bentuk dari sabbud dahr; mencela masa. Sedangkan mencela masa adalah satu hal yang sangat diharamkan. Karena mencela masa berarti mencela Allah, karena Allah-lah yang menciptakan masa.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Allah berfirman: ’Anak Adam telah menyakiti-Ku. Ia mencela masa padahal Akulah (yang menciptakan) masa. di tangan-Ku segala urusan, Akulah yang membolak-balikan malam dan siang.’” (HR. Bukhari 4826, Muslim 2246)

5. Tasyabbuh dengan orang-orang kafir disetiap zaman; kaumnya Nabi Shalih, Fir’aun, Ashabul Qaryah, orang-orang musyrik jahiliyyah.

Tathayyur merusak tauhid

Tathayyur merusak tauhid, dari dua sisi:
1. Orang yang ber-tathayyur telah memutus tawakkalnya kepada kepada dan bersandar kepada selain Allah
2. Ia telah bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya, bahkan hal itu merupakan sebuah praduga dan khayalan saja. Tidak ada hubungannya sama sekali antara hal itu dengan apa yang terjadi pada dirinya, dan hal ini jelas merusak tauhid karena tauhid adalah ibadah dan isti’anah. Allah berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. Al-Fatihah: 7)

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ

maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. (Hud: 123) [Al-Qaulul Mufid: 1/560]

Cara menolak tathayyur (anggapan sial dengan sesuatu)

1. Menguatkan akidah keyakinan bahwa hanya Allah yang dapat memberi manfaat dan menolak mudharat. Allah berfirman :

 وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. (HR. Hud: 107)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah berwasiat kepada Ibnu Abbas:

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ

Ketahuilah sesungguhnya seandainya ummat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (HR. Tirmidzi: 2516)

2. Tawakkal kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

“Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah bisa menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR.Abu Daud).

3. Berdoa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ، وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

“Yang paling baik adalah Fa’l, dan Thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya, apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia berdo’a: “Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tiada yang dapat menolak kejahatan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali atas pertolongan-Mu.” (HR. Abu Dawud)

Semoga Allah melindungi kita dari dosa tathayyur. Amin

Wallahu a’lam, #materi kajian

Selesai ditulis di rumah, Kranggan Bekasi, Rabu 24 Shafar 1441/ 23 Okt 2019

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !