LARI KENCANG DARI SYUBHAT

Penyakit ada dua jenis yaitu penyakit yang menyerang badan dan penyakit yang menyerang hati dan akal. Jenis kedua inilah yang lebih dikenal dengan “syubhat.” Menyerang agama seseorang sehingga ia tak dapat lagi mengenali mana yang hak dan batil.

Penyakit syubhat ini jauh lebih berbahaya daripada penyakit yang menyerang badan. Maka dari itu, harus ekstra hati-hati. Terlebih di zaman ini, di saat semua orang bebas bicara dalam agama, tanpa batas, tanpa takut dan bahkan terkadang tanpa “rasa malu.”

Hati-hatilah mengambil agama, karena sekarang banyak da’i penebar syubhat. Orang-orang yang lihai memoles hingga haram kelihatan halal, hak jadi batil dan sebaliknya. Tak perlu heran, karena memang sudah zamannya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tatkala mengabari tentang kabut kerusakan di akhir zaman di antaranya beliau mengatakan:

دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا

“Para da’i (penyeru) yang mengajak ke pintu Jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya.” (HR. Bukhari: 7084, Muslim: 1847)

Sekarang tugas kita yaitu berhati-hati, menghindari sumber-sumber penyebar syubhat. Menjauh dan lari sekencang-kencangnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ

Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa.” (HR. Bukhari: 5707)

Jika seandainya itu dalam hal kusta, penyakit yang menyerang badan, lantas bagaimana dengan “syubhat“, penyakit yang menyerang pikiran dan agama?!

Tak usah “coba-coba”, ingat bahwa hati kita ini lemah, maka jangan sembarangan mengambil ilmu agama nanti bisa terkena syubhat. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan:

يَرَوْنَ أَنَّ القُلُوْبَ ضَعِيْفَةٌ والشُبَهَ خَطَّافَةٌ

“Mereka (mayoritas ulama salaf) memandang bahwa hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar.” (Siyar A’lamin Nubala‘: 7/261).

Oleh sebab itu, jangan gadaikan diri pada kebinasaan. Ektra hati-hatilah memilih rujukan ilmu agama. Jangan mentang-mentang ia hebat bicara, mahir beretorika, terkenal, lantas dijadikan rujukan. Berusaha keras dan berdo’a agar kita selamat dari para penyebar syubhat

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !