LISAN DAN BINATANG BUAS

Lisan itu berbahaya apabila tidak dijaga. Oleh sebab itu, dahulu ada ulama salaf yang mengumpamakan lisannya ibarat binatang buas. Thawus bin Kaisan rahimahullah (seorang tabi’in) pernah mengatakan:

لِسَانِي سَبُعٌ إِنْ أَرْسَلْتُهُ أَكَلَنِي

“Lisanku adalah binatang buas. Jika aku lepaskan maka ia akan memangsaku.” (Nadhratu an-Na’im 7/2642)

Karena besarnya bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh lisan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu mengatakan:

وَاللِه الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ مَا شَيْءَ أَحْوَجُ إِلَى طُوْلِ سِجْنٍ مِنْ اللِّسَانِ

“Demi Allah, Dzat yang tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia. Tidak ada satu pun yang lebih butuh untuk dipenjarakan dalam waktu yang panjang selain lisan.” (Nadhratu an-Na’im 7/2641)

Oleh sebab itu, pahamilah baik-baik bahaya lisan itu. Ia bisa melukai dengan cepat, awalnya biasa-biasa saja, tapi setelah terjadi baru perih terasa. Maka ingat selalu petuah orang tua dahulu ; Kalau berjalan pelihara kaki, kalau bicara peliharah lisan agar nanti tidak menyesal di kemudian hari.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !