Mari Bersama Mengembalikan Fungsi Masjid

Kita tidak sangsi lagi dengan kebenaran ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seiring bergulirnya waktu semakin terlihat kebenaran itu. Salah satunya berkaitan dengan masjid.

Masjid, yang dahulu adalah poros utama kekuatan umat, dimana shalat lima waktu dilakukan, pengajaran agama, bahkan sampai urusan perperangan, namun kelak akan berubah fungsi menjadi ajang untuk sekadar berlomba-lomba dalam fisik bangunannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِى الْمَسَاجِدِ

“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid.” (HR. Abu Dawud: 449, Shahih al-Jami’: 7421)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

 مَا أُمِرْتُ بِتَشْيِيدِ الْمَسَاجِد

“Aku tidak diperintahkan untuk meninggikan (menghiasi) bangunan masjid.” Lalu Ibnu Abbas radhiyallahu anhu setelah itu mengatakan:

لَتُزَخْرِفُنَّهَا كَمَا زَخْرَفَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

“Sungguh kalian akan menghiasi masjid-masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani menghiasai tempat ibadah mereka.” (HR. Abu Dawud: 448, Misykah al-Mashabih: 30)

Imam al Khattabi rahimahullah menjelaskan:

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani mulai memperindah gereja dan biaranya tatkala mereka telah mengubah dan mengganti kitab mereka. Maka mereka menyia-nyiakan agama dan berhenti hanya sebatas memperindah dan menghiasi tempat ibadah.” (Dinukil oleh al Aini dalam Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari VII/41).

Kualitas iman dan Islam masyarakat di sekitar masjid jauh lebih penting untuk diberi perhatian ketimbang bangunan masjid. Jika dilupakan, yang akan terjadi adalah fenomena akhir zaman yang tercela.

Masjid megah tapi kosong karena muslim di sekitarnya pada enggan shalat jamaah. Tiang dan menaranya menjulang angkuh, tapi satu shaf paling depan saja tidak penuh. Padahal aktivitas utama sebuah masjid adalah shalat jamaah.

Jika shalat wajib sepi, masjid hanya difungsikan sepekan sekali, maka akan persis seperti gereja orang Nasrani. Benar lagi sabda Rasulullah yang lain:

 لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sampai pun nanti mereka masuk kedalam lubang dhab kalian akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya: “Apakah mereka adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi” (HR. Bukhari: 7320)

Oleh sebab itu, sebagai umat Islam terlebih bagi kita di Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) mari bersama-sama kita bersinergi untuk mengembalikan masjid pada fungsinya semula.

Mari ke masjid untuk shalat berjamaah lima waktu. Mari hidupkan masjid dengan taklim-taklim yang sesungguhnya bukan sekadar buat kumpul makan-makan. Mari ramaikan masjid dengan al-Qur’an bukan hanya buat yasinan. Jangan hanya sibuk membangun fisiknya hingga melalaikan fungsi utama. Ingat, bahwa kita bertanggung jawab atas semua.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !