Mau Ini Itu Dishalawatin Aja?!

Entah apa lagi yang telah merasuki kita, sehingga dunia menjadi lebih besar di mata kita. Betapa banyak saat ini orang yang beramal akhirat tapi untuk mencari dunia. Mau iPhone 11 tinggal dishalawatin, mau segera dapat duit biar cepat umrah baca shalawat 3333 setiap hari. Mau masuk kuliah, mau dapat pekerjaan mapan, rumah baru, gaji menawan, dishalawatin sekian kali. Mau ini itu dishalawatin aja. Sampai ada yang bilang “Pak ustadz, aku sudah baca shalawat 1000 kali setiap hari selama dua pekan.” Yang lain bilang “Saya sudah sebulan lebih pak Ustadz, tapi kok belum dapat juga ya?!”

Padahal shalawat itu adalah ibadah, Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan, Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

  مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim: 408)

Dalam agama kita, ibadah itu hendaknya untuk Allah saja, bukan malah hanya mengaharapkan keuntungan dunia semata. Para ulama telah menyebutkan bahwa seorang jika beramal akhirat namun yang dia inginkan hanya keuntungan dunia maka sesungguhnya dia telah jatuh pada kesyirikan. Sampai-sampai Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah membuat bab khusus dalam hal ini dalam Kitabut Tauhdi, yang beliau beri judul:

باب من الشرك إرادة الإنسان بعمله الدنيا

Bab termasuk syirik yaitu beramal shalih untuk dunia”

Baca artikelnya:

KITABUT TAUHID BAB 37 – Termasuk Syirik Beramal Shaleh Untuk Dunia

Dalam shahih Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْلَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ، وَإِذَا شِيْكَ فَلاَ انْتَقَشَ

Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khamishah, celaka hamba khamilah, jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri semoga tidak bisa mencabutnya.” (HR. Bukhari: 2/328)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah terkait dua syarat diterimanya ibadah, dan sesuatu yang merusak keikhlasan berupa amalan akhirat hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia, beliau berkata:

Diantara yang sudah diketahui bahwasanya setiap ibadah tidak akan sah kecuali dengan dua syarat pokok. Semua ibadah tidak akan sah dan tidak akan diterima oleh Allah kecuali dengan dua syarat pokok dari syarat-syarat ibadah yaitu:

Syarat pertama, ikhlas kepada Allah. Dimana seorang dengan ibadahnya bermaksud mencari keridhaan Allah dan sampai ke negeri kemuliaan (surga). Tidak menginginkan apapun dari dunia, karena barang siapa yang menginginkan dengan amal ibadahnya sesuatu dari perkara dunia saja maka akan terhapus pahala amal ibadahnya tersebut. Allah berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Hud: 15-16)

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. Asy-Syura: 20) Lihat : Syartha al-Ibadah ash-Shahihah

Ingatlah bahwa perumpamaan akhirat dan dunia itu seperti padi dan rumput. Orang yang bertanam padi pasti rumputnya juga akan tumbuh baik di sekitar pematang maupun disela-sela padi, akan tetapi orang menanam rumput mustahil padi yang tumbuh. Demikian pula dengan orang yang beramal ibadah ikhlas hanya untuk Allah dan hanya mengharapkan ganjaran akhirat maka balasan dunia akan datang kepadanya tanpa ia cari dan harapkan, namun jika hanya mengharapkan dunia maka ia tidak akan mendapatkan ganjaran akhirat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

 مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan menjadikan kekayaan berada di dalam hatinya, akan dilancarkan urusannya serta dunia akan datang dengan sendirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan selalu berada di depan kedua matanya, urusannya akan berantakan dan dunia tidak akan datang padanya kecuali sebatas apa yang telah ditentukan untuknya.” (HR. Tirmidzi: 2465)

Oleh sebab itu, jangan sampai kita beribadah hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia. Tokoh-tokoh agama yang hanya menganjurkan jama’ahnya untuk berorientasi dunia saja, ada yang salah pada mereka, ada baiknya ditimbang kembali karena bertentangan dengan ajakan Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan kita untuk berorientasi akhirat. Semoga Allah melindungi kita semua dari fitnah dunia, dan menjadikan akhirat tetap besar dihati dan di mata kita. Amin.

Baca juga:

Betulkah Jika Pengen Umrah Banyakin Shalawat? 

Empat Kiat Agar Ikhlas Beramal Hanya Untuk Akhirat

#muhasabah, selesai ditulis di rumah mertua tercinta, Jatimurni Bekasi, Kamis, 10 Rabiul Awal 1441/ 7 Nov 2019

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !