MENGHIDUPKAN BULAN RAMADHAN

Oleh: Zahir al-Minangkabawi hafizhahullah 

Bulan Ramadhan adalah bulan kebahagiaan, dikarenakan banyaknya pintu kebaikan yang ada di dalamnya. Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada para sahabat dengan sabdanya:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian. Pada bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan ini juga, ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa terhalangi dari kebaikannya maka sungguh ia terhalangi untuk mendapatkannya.” (HR. Ahmad 12/59)

Oleh sebab itu, bulan Ramadhan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menghidupkan siang dan malamnya dengan amal-amal kebajikan.

DI ANTARA AMALAN UNTUK MENGHIDUPKAN BULAN RAMADHAN

Pertama, makan sahur. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari: 1923)

Meski hukumnya tidak wajib, namun hendaknya kita berusaha untuk tidak meninggalkannya walaupun hanya dengan seteguk air. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

Makan sahur itu penuh berkah. Maka janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya seteguk air. Sesungguhnya Allah dan Malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad: 11086)

Kedua, tidak melakukan perbuatan sia-sia dan meninggalkan perkataan kotor. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

Betapa banyak orang berpuasa yang tidak ada bagian dari puasanya kecuali hanya lapar semata.” (HR. Ibnu Majah: 1690)

Apa sebabnya? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumannya.” (HB. Bukhari: 1903)

Ketiga, memperbanyak sedekah. Ibnu Abbas menuturkan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Rasulullah adalah manusia yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Bulan dimana Jibril menemuinya pada setiap malam Ramadhan untuk mengajari al-Qur’an. Rasulullah lebih dermawan dalam kebaikan dari pada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari: 6)

Keempat, menyegerakan berbuka dan memberi makan orang yang berbuka. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari: 1957)

Dan jika mampu, jangan lupa untuk memberi makan orang lain yang berbuka karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barang siapa yang memberi makan orang yang berbuka, maka baginya pahala semisal pahala orang itu tanpa dikurangi dari pahalanya sedikit pun.” (HR. Tirmidzi: 807)

Kelima, shalat tarawih. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari: 37)

Dan hendaknya mengerjakan shalat tarawih bersama imam, jangan pulang sebelum imam selesai. Berapa pun jumlah rakaatnya. Sebab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Barang siapa yang shalat bersama imam sampai selesai, akan ditulis baginya shalat sepanjang malam.” (HR. Tirmidzi: 806)

Keenam, berinteraksi dengan al-Qur’an. Allah berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang bathil. (QS. al-Baqarah: 185)

CARA INTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN

1. Banyak membacanya. Mu’adz bin Jabal radliyallaahu anhu menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَهُ فَقَالَ: أَيُّ الْجِهَادِ أَعْظَمُ أَجْرًا ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ذِكْرًا. قَالَ: فَأَيُّ الصَّائِمِينَ أَعْظَمُ أَجْرًا ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ذِكْرًا

“Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah kemudian bertanya: “Jihad apakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah menjawab: “Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah.” Kemudian orang itu bertanya lagi: “Siapakah orang yang berpuasa yang paling banyak pahalanya?” Rasulullah menjawab: “Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah.”’

Para ulama telah menjelaskan bahwa dzikir yang paling utama adalah membaca al-Quran. Kenapa? Karena membaca al-Qur’an mengandung obat bagi hati serta penyembuh segala penyakit. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus: 57)

Oleh sebab itu, memperbanyak membaca al-Quran dan mempelajari al-Qur’an dibulan ini termasuk amalan yang sangat dianjurkan. Bahkan, Malaikat Jibril selalu datang setiap malam Ramadhan untuk mengecek dan membacakan al-Qur’an kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam.

2. Mengamalkan dan merenungi kandungannya.

Tujuan utama diturunkannya al-Qur’an adalah sebagai pentunjuk bagi umat manusia. Bagaimana seorang akan mendapat pentunjuk jika ia tidak mau merenungi dan mengamalkan kandungan al-Qu’an.

Abu Abdirrahman as-Sulami menceritakan: “Dahulu para sahabat Nabi mengajarkan kami al-Qur’an, semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud dan yang lainnya, mereka jika belajar sepuluh ayat, tidak pindah hingga mengamalkannya. Mereka belajar dan mengamalkan al-Qur’an bersamaan.” (Syarh Muqaddimah Tafsir hal. 22)

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shad: 29)

Bahkan Allah mencela orang-orang yang tidak mau merenungi dan mempelajari al-Qur’an:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad: 24)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan:

“Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang yang tidak mentadaburi al-Qur’an dan mengisyaratkan bahwa hal itu termasuk tanda terkuncinya hati dan terhalanginya kebaikan dari mereka.” (Ushul fi Tafsir hal. 25)

Demikianlah beberapa amalan untuk menghidupkan bulan suci ini. Semoga bermanfaat.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !