Menjaga Kebersihan Anak

Islam menganjurkan pemeluknya agar menjadi orang yang bersih badan dan bersih hatinya. Islam mewajibkan kita mencuci hati dengan meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah dan menyucikan badan dan pakaian dari najis dan kotoran yang mengenai badan.
Kebersihan badan sangat dibutuhkan oleh setiap insan. Islam mewajibkan mandi janabah bagi orang yang junub, ketika wanita selesai masa haid dan nifas. Bahkan, pada hari Jumat pun dianjurkan mandi.

Ketika kita bangun dari tidur, hendaknya tidak mencelupkan tangan ke dalam bejana yang berisi air sebelum membasuh kedua tangan. Kita diwajibkan berwudhu setiap mau menjalankan shalat, bahkan dianjurkan kita memiliki wudhu setiap saat.

Sesudah mengumpuli istri, dianjurkan minimalnya wudhu jika mau berkumpul kembali, lalu mandi. Ini semua menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kita bersih dan suci dari hadats dan najis. Subhanallah, alangkah indahnya orang yang mau menjalankan syariat Islam. Bangun dari tidur diperintah agar bersuci, bahkan mandi. Kita tidak menjumpai peraturan hidup manusia yang paling bersih melainkan dalam Islam. Allah berfirman:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

Dan pakaianmu bersihkanlah. (QS. al-Muddatstsir [74]: 4)

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ketika ditanya orang tentang ayat ini menjawab, “Jangan kau gunakan bajumu untuk maksiat, bersihkan dirimu dari dosa.” Muhammad bin Sirin berkata, “Cuci bajumu dengan air.” Ibnu Zaid berkata, “Kebiasaan orang musyrik tidak mau bersuci, maka Allah memerintah kita agar bersuci dan mencuci pakaian kita.”

Anak Perlu Dijaga Kebersihannya

Anak kecil belum sempurna segalanya, lemah badan dan akalnya, tidak tahu cara menjaga kebersihan badan dan bajunya, apalagi kebersihan jiwa. Mereka kencing dan berak di sembarang tempat, terkadang mereka bermain-main dengan kotorannya sendiri. Wahai Ibu dan Ayah, kasihanilah anakmu, sebagaimana kedua orang tuamu telah berbelas kasih kepada dirimu pada waktu kecil. Perhatikan kebersihan badan, makanan, minuman dan bajunya, seringlah mengontrol celana atau diapersnya agar mereka tetap bersih. Sebab, kebersihan badan sangat berarti bagi pertumbuhan badan dan otak anak.

Orang tua hendaknya berpikir, bila badan kita kena najis dan kotoran terasa risih dan tidak nyaman, maka bagaimana dengan anak kecil? Oleh karena itu orang tua, terutama sang Ibu hendaknya berbelas kasihan, memperhatikan dan membantu merawat kebersihan mereka. Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, “Usamah terpeleset di depan pintu hingga wajahnya terluka, kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

أَمِيطِي عَنْهُ الْأَذَى فَتَقَذَّرْتُهُ فَجَعَلَ يَمُصُّ عَنْهُ الدَّمَ وَيَمُجُّهُ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ قَالَ لَوْ كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَحَلَّيْتُهُ وَكَسَوْتُهُ حَتَّى أُنَفِّقَهُ

“Bersihkan kotoran darinya!” Maka aku merasa jijik dengan hal itu, sehingga beliau sendiri yang mengisap darahnya dan membersihkannya dari wajahnya. Beliau berkata, “Kalau Usamah seorang hamba sahaya perempuan, niscaya aku akan meriasnya, memberinya pakaian dan mendandaninya.”

Aisyah radhiyallahu anha berkisah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin menghilangkan ingus Usamah, lalu (aku) Aisyah berkata, ‘Biar aku yang membersihkannya! Biar aku yang membersihkannya! Sehingga akulah yang menghilangkannya. Lalu beliau bersabda:

يَا عَائِشَةُ أَحِبِّيهِ فَإِنِّى أُحِبُّهُ

‘Wahai Aisyah cintailah dia, sesungguhnya aku mencintai dia.’” (HR. Tirmidzi: 3818)

Subhanallah, alangkah belas kasihannya beliau kepada anak kecil. Beliau yang pemimpin dunia, berbelas kasihan kepada anak kecil. Ini semua merupakan teladan untuk pasutri, para bapak dan ibu.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak hanya menjadi suri teladan yang baik dalam masalah ibadah saja, tetapi dalam segala urusan, termasuk kebersihan anak juga. Demikian juga Aisyah radhiyallahu anha, suri teladan untuk semua kaum hawa dan para ibu rumah tangga.

Jadilah istri atau ibu yang cinta kepada kebersihan, bukan hanya memperhatikan kebersihan dirinya saja, akan tetapi anaknya pula. Begitulah rasa sayang beliau berdua saat memperhatikan anak kecil, padahal bukan anaknya sendiri, maka bagaimana dengan anaknya sendiri?

Bukankah kita pada saat masih kecil disayang oleh ibu? Diisap ingus kita lalu diludahkannya kembali, karena sayangnya kepada kita? Sudahkah kita berbuat baik kepada anak kita seperti berbuat baiknya orang tua kita kepada diri kita semasa kecil?

Bersih Itu Sehat

Berapa banyak anak kecil sakit gatal, panas dingin, masuk angin, penyebabnya karena kotoran yang menghinggapi badannya, makanan yang kurang bersih, baju yang kotor, badan yang berlumuran pasir, wajah dan hidungnya berhias ingus, badannya basah kuyup karena kehujanan? Anehnya, orang tua seakan tidak memperhatikannya.

Bahkan malah sampai hati ketika melihat anaknya di jalan raya, bermain air, pasir dan lainnya. Dengan sewot mereka menjawab, bukankah malaikat yang menjaga mereka?(!) Ini semua menjadi pelajaran bagi pasutri, hendaknya lebih memperhatikan kebersihan anak, agar mereka tetap sehat. Karena bila anak sakit akibat orang tua kurang memperhatikan kebersihan badannya, bukan hanya anak yang merasa sakit, orang tua pun akan sibuk karena akan mengurusi anaknya juga.

Imam al-Bukhari berkata, “Kutu hitam, binatang kecil yang ada di kepala dan yang merayap di badan sehingga mereka kena penyakit kudis penyebabnya adalah kotoran dan badan yang tidak bersih”, lalu (beliau) membacakan surat al-A’rāf ayat: 133.

Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami. Beliau melihat seorang lelaki yang rambutnya berantakan, maka beliau berkata:

أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ وَرَأَى رَجُلًا آخَرَ وَعَلْيِهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ فَقَالَ أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ

“Tidakkah dia mempunyai sesuatu yang dapat merapikan rambutnya’? Beliau kemudian melihat seorang lelaki yang lain yang memakai pakaian kotor, beliau pun berkata, “Tidakkah dia mendapatkan air yang bisa mencuci pakaiannya?”

Begitulah bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar kita merapikan rambut yang kusut, termasuk rambut anak, dan mencuci pakaian. Jangan sampai dibiarkan pakaian anak kotor berlumuran dengan liur dan ingusnya, apalagi dihiasi najis kencing dan kotoran beraknya, sehingga menjadi penyakit yang membahayakan pertumbuhan badannya.

Bersih Itu Menyejukkan Pandangan

Bukankah mata kita merasa nikmat bila melihat badan anak kita, muka dan bajunya bersih? Inilah fitrah yang Allah karuniakan kepada kita. Maka bagaimana kita berdandan diri agar indah, lalu membiarkan anak kita kotor berlumuran dengan kotoran dan najis?! Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Takabur adalah menentang kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Abu Hurairah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada waktu siang dan beliau tidak berbicara kepadaku, aku pun tidak berbicara kepada beliau hingga sampai di pasar bani Qainuqa’. (Setelah keluar pasar), beliau duduk di halaman rumah Fatimah lalu berkata:

أَثَمَّ لُكَعُ أَثَمَّ لُكَعُ

“Mana anak kecil itu. Mana anak kecil itu? (maksudnya Hasan bin ‘Ali) .”

Rupanya Fatimah yang menahan anak kecil itu karena suatu keperluan, seingatku Fatimah memasangkan ikat leher yang sering dipakainya atau memandikannya, lalu beliau shallallahu alaihi wasallam datang dengan tergesa hingga beliau bentangkan tangannya untuk memeluk dan menciumnya, lalu beliau shallallahu alaihi wasallam berdoa, ‘Ya Allah, cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya.’”

Begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sayang kepada cucunya juga, diperhatikan kebersihannya, bahkan diajak pula shalat di masjid, sekalipun banyak hal yang dihadapinya.

Dari Abu Samah dia berkata, “Aku biasa melayani Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka bila hendak mandi, beliau bersabda, ‘Belakangilah aku!’ Maka aku membelakangi beliau, lalu aku tutupi beliau (sewaktu mandi) dengan cara membelakangi beliau itu. Setelah itu dibawalah al-Hasan dan al-Husain, lalu mereka kencing di atas dada beliau. Maka aku datang untuk mencucinya, beliau bersabda,

يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ

“Kencing anak perempuan itu dicuci, sedangkan kencing anak laki-laki cukup diperciki.” (HR. Abu Daud: 376)

Inilah kebaikan beliau selalu memperhatikan kebersihan anak. Ketika dia kencing dan mengenai badan, beliau menunjukkan jalan yang paling mudah untuk membersihkannya.

Jagalah Kebersihan Makanan Anak Kita Agar Tetap Sehat

Makanan yang halal dan bersih berpengaruh pada pertumbuhan dan kesehatan badan. Sering kita jumpai ketika anak kecil sedang makan, makanan itu bercampur dengan debu, kotoran, bahkan terkadang campur dengan najis juga. Beliau menganjurkan kita agar makan makanan yang halal dan bersih. Bila kena kotoran, hendaknya dibersihkan sebelum dimakan. Dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَسَقَطَتْ لُقْمَةٌ فَلْيُمِطْ مَا رَابَهُ مِنْهَا ثُمَّ لِيَطْعَمْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ

“Bila salah seorang dari kalian makan makanan, kemudian jatuh satu suapan, hendaknya ia menghilangkan hal-hal yang meragukannya (kotoran) dari suapan itu, kemudian hendaklah ia memakannya dan tidak membiarkannya untuk setan.” (HR. Muslim: 2034, Tirmidzi: 1802)

Demikianlah nasihat buat pasutri, bapak dan ibu agar senantiasa menyiapkan anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Caranya, mengawali masa kecilnya dengan tekun memperhatikan kesehatan dan kebersihan badannya. Semoga Allah meridhai amal usaha kita semua.

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !