Naik Haji Ke Tanah Suci

Naik Haji, adalah satu diantara sekian banyak harapan kita. Sebuah perjalanan ibadah menuju tempat termulia di jagad raya. Pautan hati tempat bersimpuh khusyuk di hadapan ilahi rabbi. Rindu sangat sanubari tatkala mata menatap ka’bah dari sini. Lebih dari itu, balasan dari ibadah ini pun satu hal yang sangat kita dambakan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari: 1773, Muslim: 1349)

Allah telah mewajibkan hambanya yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah yang satu ini. Allah berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran: 97)

Bahkan ia merupakan tonggak agama Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ

Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari: 8, Muslim: 16)

Maka bagi siapa yang telah mampu tapi tidak mau, masih saja menunda-nunda maka keislamannya dipertanyakan. Jika ia mati dalam keadaan demikian maka ia berdosa besar. Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu pernah mengatakan:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ مُوْسِرٌ لَمْ يَحُجَّ، فَلْيَمُتْ عَلَى حَالٍ شَاءَ، يَهُوْدِيًّا أَوْ نَصْرَنِيًّا

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan kaya tapi belum menunaikan haji, maka matilah dalam keadaan yang ia mau; Yahudi atau Nasrani.” (Al-Mushannaf Abi Syaibah: 14670, Ta’liqah ala Syarhis Sunnah Al-Imam al-Muzani: 134)

Oleh sebab itu, bagi Anda yang memiliki kelapangan rezeki dan kemampuan segeralah untuk menunaikan ibadah ini. Tahukah Anda?! Di sana banyak orang yang sangat rindu tapi tak mampu. Ingin rasanya memeluk gunung, tapi apalah daya tangan tak sampai. Sekarang Anda memiliki kesempatan itu maka jangan disia-siakan. Ingat haji yang mabrur balasannya adalah surga. Tidakkah Anda ingin ke sana?!

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !