RAMADHAN: MENDIDIK ROHANI DAN JASMANI ANAK

Di antara sekian banyak rahmat dan nikmat Allah ﷻ yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman, Dia ﷻ memilihkan bulan khusus untuk beribadah bagi mereka. Ramadhan. Bulan ini dipenuhi oleh amalan shalih saat siang dan malamnya. Diawali dengan kebaikan dan diakhiri dengan kebaikan.

Bulan tersebut merupakan momentum dan kesempatan yang baik pula bagi yang mempunyai anak kecil. Yaitu agar bagaimana orang tua mampu mendidik anaknya untuk meraih kenikmatan pada bulan yang mulia ini sebelum mereka baligh.

❀•◎•❀

Ramadhan Bulan Al-qur’an

Salah satu nama bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, karena di dalamnya al-Qur’an diturunkan dan siapa yang membacanya akan mendapatkan pahala berlipat. Karenanya orang tua hendaknya berusaha menemani anak-anak agar membaca al-Qur’an, terutama pagi dan malam hari.

Kenapa al-Qur’an yang menjadi prioritas utama bagi anak-anak kita, bukan yang lain? Karena al-Qur’an adalah Kalamullah, perkataan terbaik, petunjuk jiwa, penenang hati dan paling banyak pahalanya ketika ada orang yang mau membaca, memahami serta mengamalkannya. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan akan memintakan syafaat pada hari kiamat untuk para pembacanya.

Sedangkan keutamaan membaca al-Qur’an banyak sekali, salah satunya adalah sabda Rasulullah ﷺ berikut:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرف وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Siapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan yang semisal. Dan aku tidak mengatakan “Alif Lam Mim” satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan di dalam Shahih al-Jami’: 6469)

Hadits ini menganjurkan kepada orang tua agar melatih anaknya membaca al-Qur’an ketika anak sudah mulai bisa bicara, walaupun belum terampil, dan walaupun hanya bisa satu kalimat. Jika ini dilakukan, tentu amat besar pahalanya, karena bila anak-anak bisa membaca satu huruf saja, ia sudah mendapat sepuluh pahala, bagaimana dengan satu ayat, atau satu surat? Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam, akan dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. ad-Darimi, dishahihkan di dalam Shahih al-Jami’: 6468)

Hadits ini juga mendorong orang tua agar mendampingi anaknya yang sudah lancar membaca al-Qur’an, dengan cara memotivasinya menggunakan pahala yang akan diperolehnya jika ia bertilawah.

❀•◎•❀

Bulan Ramadhan Bulan Shiyam (Puasa)

Allah ﷻ menyifati bulan Ramadhan sebagai bulan puasa. Berarti, menahan diri dari nafsu makan dan minum serta nafsu syahwat, membendung dari macam-macam perbuatan maksiat. Selain itu, Ramadhan adalah bulan ibadah yang banyak pahalanya, penghapus dosa, bahkan menghapus dosa di antara Ramadhan berikutnya, tentu jika didasari dengan ikhlas dan mencari ridha Allah dengan mengikuti sunnah Rasulullah.

Bulan puasa ini bukan hanya memberi peluang kepada orang yang sudah baligh saja, tetapi anak kecil hendaknya juga diharapkan mampu merasakan nikmatnya, paling tidak agar menjadi terbiasa sebelum masa balighnya.

Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz رضي الله عنها berkata, “Rasulullah ﷺ mengutus seseorang untuk mengumumkan pada pagi hari ‘Asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah,

مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ

‘Barangsiapa yang pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barangsiapa yang tidak berpuasa, hendaknya menahan (makan dan minum) sampai malam.’ Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberi mereka mainan dari kulit (wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami sodorkan mainan sampai waktu berbuka puasa tiba.” (HR. Bukhari: 2725)

Di antara pelajaran yang bisa diambil dari riwayat di atas adalah:

• Para sahabat sangat perhatian untuk mengajak dan mendidik anak-anak mereka melaksanakan puasa. Ini jelas terlihat pada strategi mereka dengan membuat mainan dan mengalihkan perhatian anak-anak dari keinginan untuk makan, sehingga puasa mereka tuntas dan sempurna.

• Anak-anak yang diperintah berpuasa oleh para sahabat adalah anak-anak yang masih dalam usia kanak-kanak.

• Bersikap hikmah dan cerdas saat beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap anak-anak.

❀•◎•❀

Lihatlah, bagaimana perhatian mereka (para sahabat) terhadap puasa Ramadhan setelah diperintahkan. Untuk lebih mengetahuinya, mari kita cermati ucapan Khalifah Umar رضي الله عنه terhadap peminum khamer yang dihadapkan kepadanya pada bulan Ramadhan, “Celaka kamu! Anak-anak kami yang masih kecil saja berpuasa!” Kemudian beliau menderanya. (Shahih Bukhari, no. 1690)

Para ulama memandang bahwa usia anak mampu berpuasa adalah bervariasi. Ada yang berpendapat bahwa mulai 7 dan 10 tahun lantaran disamakan dengan shalat. Ada pula yang memandang usia anak cakap puasa sejak usia 12 tahun, sebagaimana pendapat Imam Ishaq bin Rahuyah. Berbeda lagi dengan Imam Ahmad yang memandang usia layak dilatih puasa adalah sejak anak usia 10 tahun. (Fathul Bari 5/103)

Imam al-Bukhari memandang, bahwa belajar puasa bagi anak yang belum baligh sudah menjadi tradisi di kalangan penduduk Madinah. Dan ini merupakan dalil syara’ tersendiri. Karenanya dengan sengaja beliau meletakkan judul pada pasal puasa “Bab puasa bagi anak-anak.” Dalam khazanah fikih Islam, kita dapatkan bahwa mayoritas ulama memandang pentingnya pemberlakuan puasa bagi anak yang belum baligh meski tidak berstatus wajib.

Bahkan sebagian mereka seperti Ibnu Sirin, az-Zuhri, as-Syafi’i memandang sunnah dalam pembelajaran tersebut, dengan catatan hal itu mampu dilakukannya secara normal. Ibnu Majisyun al-Maliki bahkan memandang agak berbeda dari para ulama Maliki yang lain, yaitu anak yang telah mampu berpuasa maka puasa baginya adalah keharusan, dan jika meninggalkannya tanpa udzur maka harus membayarnya (qadha’). (Fathul Bari 5/103)

❀•◎•❀

Ajaklah anak-anak kita berbuka dan sahur bersama keluarga. Hal ini untuk membiasakan diri agar mereka dapat memahami waktu berbuka dan sahur. Pastikan anak untuk selalu melakukan sahur agar mendapatkan sumber energi untuk puasa pada esok harinya.

❀•◎•❀

Bulan Meningkatkan Ibadah Shalat Tarawih

Qiyamul Lail adalah shalat yang paling utama di antara shalat sunnah lainnya karena ia senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah ﷺ. Shalat ini tidak dianjurkan pelaksanaannya dengan berjamaah melainkan hanya pada bulan Ramadhan. Ini menunjukkan keutamaan dan keberkahan malam bulan Ramadhan, karena diliputi dengan ibadah membaca al-Qur’an dan shalat Tarawih.

Maka anak yang belum baligh hendaknya juga dilatih supaya senang shalat di masjid, sebagaimana para sahabat mengajak anaknya yang berpuasa pergi ke masjid, juga sebagaimana keterangan hadits di atas.

Di samping itu, untuk membuka pikiran anak, hendaknya ia diberi penjelasan tentang keutamaan Shalat Tarawih, agar tertarik untuk melaksanakannya, dan di antara keutamaannya:

Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu. Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari: 37 dan Muslim: 759).

Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih, sebagaimana yang dituturkan oleh an-Nawawi رحمه الله. (Syarh Muslim, 3/101)

Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dikerjakan lantaran iman, yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari-Nya, bukan karena riya’ atau alasan lainnya. (Fathul Bari, 6/290)

Kedua, beritahukan kepada anak, bahwa mengerjakan shalat tarawih bersama imam keutamaannya seperti shalat semalam penuh. Nabi ﷺ pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya, lalu beliau bersabda,

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ قِيَامَ لَيْلَةٍ

“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. Syaikh al-Albani dalam al-Irwa’: 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar seluruh kaum muslimin mengerjakan shalat Tarawih secara berjamaah dan mengikuti imam hingga selesai.

Ketiga, shalat Tarawih termasuk shalat yang paling utama. Ulama-ulama madzhab Hanbali mengatakan, bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjamaah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu.

Kemudian shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu, sebelum atau sesudahnya). Shalat yang paling ditekankan dilakukan secara berjamaah adalah shalat Kusuf (shalat gerhana) kemudian shalat Tarawih. (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 2/9633)

❀•◎•❀

Jika anak dianjurkan puasa walaupun belum baligh, maka orang tua hendaknya melatih anaknya juga menjalankan shalat tarawih dengan berjamaah. Bahkan alangkah baiknya bila orang tua bisa mendampinginya, tentu ini juga menjadi kebahagiaan bagi anak dan orang tua, karena memungkinkan dirinya menjadi anak yang shalih lantaran pendidikan dan bimbingan yang ia terima dari orang tua.

Hal penting yang perlu diingat juga, hendaknya anak dijauhkan dari permainan yang mengganggu puasanya, atau menjadi malas shalat berjamaah dan tarawih, karena kecapekan bermain di siang harinya, dan sebab-sebab yang lainnya.

Semoga keluarga kita semua mendapatkan berkah bulan Ramadhan.
Allaahul muwaffiq…

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !