Salafus Shalih di Ramadhan – Bersama Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, karena pada bulan inilah Allah menurunkannya, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengarungi kehidupan dunia. Allah berfirman:

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang bathil. (QS. al-Baqarah: 185)

Ditambah lagi, disebutkan dalam hadits bah-wa orang yang berpuasa yang paling besar pa-halanya adalah yang paling banyak berdzikir. Mu’adz bin Jabal a menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَهُ فَقَالَ: أَيُّ الْجِهَادِ أَعْظَمُ أَجْرًا ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ذِكْرًا. قَالَ: فَأَيُّ الصَّائِمِينَ أَعْظَمُ أَجْرًا ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ذِكْرًا

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya: “Jihad apakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenjawab: “Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah.” Kemudian orang itu bertanya kembali: “Siapakah orang yang berpuasa yang paling banyak pahalanya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenjawab: “Mereka yang paling banyak dzikirnya kepada Allah.”’[1]

Para ulama telah menjelaskan bahwa dzikir yang paling utama adalah membaca al-Quran. Karenanya, pada bulan yang mulia ini kita dianjurkan banyak berinteraksi dengan al-Qur’an, meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat serta orang shalih terdahulu.  Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia menuturkan:

وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

“Jibril menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada setiap malam bulan Ramadhan, untuk saling mempelajari Al-Qur’an bersamanya.”[2]

Imam Ibnu Rajab berkata mengomentari hadits di atas: “Hadits ini menunjukkan anjuran untuk banyak membaca Al-Qur’an pada malam bulan Ramadhan.”[3]

Oleh karena itulah, kisah-kisah Salafus Shalih terkait interaksi mereka dengan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sangat menakjubkan. Berikut beberapa riwayat mereka:

Fokus Membaca Al-Qur’an

Disebutkan dari Ibnu Abdil Hakam bahwa:

كَانَ مَالِكٌ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانَ يَفِرُّ مِنْ قِرَاءَةِ الحَدِيْثِ وَمُجَالَسَةِ أَهْلِ العِلْمِ، وَأَقْبَلَ عَلَى تِلَاوَةِ القُرْآنِ مِنَ المُصْحَفِ

Imam Malik bin Anas apabila memasuki bulan Ramadhan berpaling dari membaca hadits dan bermajelis dengan ahlul ilmi untuk fokus membaca Al-Qur’an dari mushaf. [4]

Dan diriwayatkan dari Abdurrazaq:

كَانَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانَ تَرَكَ جَمِيْعَ العِبَادَةِ وَأَقْبَلَ عَلَى قِرَاءَةِ القُرْآنِ

Sufyan Ats-Tsauri apabila memasuki bulan Ramadhan meninggalkan semua ibadah (ibadah sunnah)dan fokus membaca Al-Qur’an.[5]

Semangat Mengkhatamkan Al-Qur’an[6]

Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata:

كَانَ الأَسْوَدُ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي رَمَضَانَ فِي كُلِّ لَيْلَتَيْنِ

Al-Aswad mengkatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam sekali.[7]

Disebutkan dalam biografi Imam Qatadah (seorang Tabi’in):

وَكَانَ قَتَادَةُ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي سَبْعٍ ، فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ خَتَمَ فِي كُلِّ ثَلَاثٍ ، فَإِذَا جَاءَ العَشْرُ خَتَمَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ

Qatadah biasa mengkatamkan Al-Qur’an tujuh hari sekali. Apabila datang bulan Ramadhan maka ia mengkatamkan dalam setiap tiga hari. Dan apabila telah datang sepuluh akhir bulan Ramadhan ia mengkatamkannya pada setiap malam.[8]

Mengkatamkan Al-Qur’an setiap hari pada bulan Ramadhan memang tidak asing lagi di kalangan orang-orang shalih terdahulu. Imam Mujahid,[9] Ali Al-Azdi[10] dan Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir[11] merupakan di antara contohnya. Termasuk juga Imam Al-Bukhari, disebutkan dari Musabbih bin Said, ia berkata:

كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ يَخْتِمُ فِي رَمَضَانَ فِي النَّهَارِ كُلَّ يَوْمٍ خَتْمَةً ، وَيَقُوْمُ بَعْدَ التَّرَاوِيْحِ كُلَّ ثَلاَثِ لَيَالٍ بِخَتْمَةٍ

Muhammad bin Isma’il (Imam Bukhari) mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan pada siang hari setiap hari dengan satu kali khatam. Dan beliau shalat malam setelah Tarawih dan mengkatamkan Al-Qur’an (dengan membaca dalam shalat) setiap tiga malam sekali.[12]

Bahkan kisah yang lebih menakjubkan datang dari imam yang sudah sangat kita kenal yaitu Imam As-Syafi’i bahwa beliau mengkatamkan Al-Qura’an 60 kali di bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh salah seorang murid dekat beliau yaitu Rabi’ bin Sulaiman, ia bekata:

كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً

Asy-Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.[13]

Anggaplah bulan Ramadhan 30 hari maka itu artinya Imam Syafi’i mengkatamkan Al-Qur’an dua kali setiap hari. Allahu Akbar. Semoga kita di-anugerahkan nikmat seperti ini pula oleh Allah, merasa nyaman, tenang, nikmat, bahagia, betah berlama-lama bersama Al-Qur’an.

Baca juga Artikel

Ramadhan Mubarak

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

__________________________________

[1]     HR. Ahmad: 15061

[2]     HR. Bukhari: 6

[3]     Lathaif Al-Ma’arif: 219

[4]        Lathaif Al-Ma’arif: 222

[5]     Lathaif Al-Ma’arif: 222

[6]     Banyak menukil dari artikel di Islamqa.info dengan judul: Yustahabbu Khatmu Al-Qur’an Fi Ramadhan

[7]     Siyar A’lam An-Nubala’: 4/51

[8]     Siyar A’lamin Nubala’: 5/276

[9]     At-Tibyan karya An-Nawawi: 74

[10]    Tahdzib Al-Kamal: 2/983

[11]    Siyar A’lam An-Nubala’: 20/562

[12]    Disadur dari saaid.net dengan judul: Halu As-Salaf Ma’a Al-Qur’an Fi Ramadhan

[13]    Siyar A’lam An-Nubala’: 10/36

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !