JANGAN! MESKI HANYA SEEKOR LALAT

Dalam hal kontruksi bagunan, Indonesia punya cerita tersendiri. Untuk mendapatkan bangunan yang kokoh, ada satu material bahan bangunan yang mungkin tidak ada di tempat lain. Bukan semen, batu atau besi tapi “kepala kerbau.”

Sudah lumrah, menanam kepala kerbau pada prosesi peletakan batu pertama saat pembangunan gedung atau jembatan. Dengan tujuan agar gedung dan jembatan itu jadi kokoh dan tahan lama. Pertanyaannya, untuk siapakah kepala kerbau itu?

Menyembelih binatang adalah ibadah yang harus ditujukan hanya untuk Allah. Jika ditujukan kepada selain-Nya jadilah ia sebuah kesyirikan. Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).

Ali bin Abi Thalib berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadaku tentang empat perkara:

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا، لَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ

“Allah melaknat orang-orang yang menyembelih binatang bukan karena Allah, Allah melaknat orang-orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang-orang yang melindungi orang yang berbuat bid’ah, dan Allah melaknat orang-orang yang merubah tanda batas tanah.” (HR. Muslim: 1978)

Maka masuk ke dalamnya: orang yang menyembelih untuk berhala, pohon atau batu keramat, jin, para wali atau orang-orang shalih, dst. Dan masuk juga di dalamnya segala macam bentuk sembelihan. Entah itu, kerbau, sapi, kambing, ayam, atau bahkan lalat sekali pun, jika ditujukan untuk persembahan (tumbal) kepada selain Allah maka itu adalah syirik.

Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ, وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ، قَالُوْا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَرَّ رَجُلاَنِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لاَ يَجُوْزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئًا، فَقَالُوْا لأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ، قَالَ: لَيْسَ عِنْدِيْ شَيْءٌ أُقَرِّبُ، قَالُوْا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا، فَقَرَّبَ ذُبَابًا فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُ فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوْا لِلآخَرِ: قَرِّبْ، فَقَالَ: مَا كُنْتُ لأُقَرِّبَ ِلأحَدٍ شَيْئًا دُوْنَ اللهِ، فَضَرَبُوْا عُنُقَهُ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ

“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada lagi yang masuk neraka karena seekor lalat pula.” Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang (suku) yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorang pun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sembelihan binatang untuknya terlebih dahulu.

Maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: ‘Persembahkanlah sesuatu untuknya!’ Ia menjawab: ‘Aku tidak mempunyai apapun yang akan aku persembahkan untuknya.’ Mereka berkata lagi: ‘Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!’ Maka ia pun mempersembahkan untuknya seekor lalat. Mereka pun melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya, dan ia pun masuk ke dalam neraka karena hal itu.

Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: ‘Persembahkalah untuknya sesuatu!’ Ia menjawab: ‘Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah.’ Maka mereka pun memenggal lehernya, dan ia pun masuk ke dalam surga.’” (HR. Ahmad dalam az Zuhd: 84, Ibnu Abi Syaibah:33028)

Itu yang dipersembahkan dan dijadikan tumbal hanya seekor lalat. Lantas bagaimana jika yang dipersembahkan itu adalah kepala kerbau?!

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !