Sifat Merasa Lebih Adalah Penghalang Hidayah
Nama besar dan merasa memiliki kelebihan dari orang lain adalah salah satu sebab seorang itu terhalangi dari hidayah. Ia memiliki kedudukan, harta, kecerdasan sedangkan orang lain berada di bawahnya. Inilah yang kerap kali membuat manusia tidak mau menerima kebenaran. Padahal menolak kebenaran dan meremehkan orang lain inilah hakikat dari kesombongan. Allah berfirman tentang kaum Nabi Nuh:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan sebagai seorang manusia biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”. (QS. Hud: 27)
Allah juga berfirman:
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”. (QS. Az-Zukhruf: 23)
Oleh sebab itu, jangan sampai kita tertimpa penyakit “merasa lebih” ini. Jangan pernah merasa lebih hebat, lebih berjasa, lebih berpengalaman, dan lebih-lebih yang lainnya. Karena sifat inilah yang akan menghalangi hidayah dari kita. Penyakit inilah yang akan mencelakakan kita.
Catatan ringan, Sabtu, 13 Shafar 1441H/12 Oktober 2019M, 08:20 WIB
Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom
One Comment