Syarhus Sunnah – #10 Penghuni Surga Dan Neraka

Pada bagian ini Imam Al-Muzani memaparkan tentang akidah seputar penghuni surga dan neraka

Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan:

ثُمَّ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ أَهْلًا ، فَهُمْ بِأَعْمَالِهَا بِمَشِيْئَتِهِ عَامِلُوْنَ وَبِقُدْرَتِهِ وَبِإِرَادَتِهِ يَنْفُذُوْنَ ، وَخَلَقَ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ لِلنَّارِ أَهْلًا فَخَلَقَ لَهُمْ أَعْيُنًا لَا يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَآذَانًا لَا يَسْمَعُونَ بِهَا وَقُلُوبًا لَا يَفْقَهُونَ بِهَا ، فَهُمْ بِذَلِكَ عَنِ الْهُدَى مَحْجُوبُوْنَ ، وَبِأَعْمَالِ أَهْلِ النَّارِ بِسَابِقِ قَدَرِهِ يَعْمَلُوْنَ

Kemudian Allah menciptakan penduduk surga dari keturunan Adam. Mereka adalah pelaku langsung amalan-amalan surga itu sesuai dengan kehendak Allah. Dan mereka melaksanakannya sesuai dengan kekuasaan dan kehendak-Nya. Allah  juga menciptakan penduduk neraka dari ketu-runan Adam. Allah  menciptakan mata untuk mereka tetapi tidak digunakan untuk melihat, memberikan teliga tetapi tidak digunakan untuk mendengar, mem-berikan hati tapi tidak digunakan untuk memahami (firman Allah). Karena hal itulah mereka terhalang dari hidayah Allah. Mareka mengamalkan perbuatan-perbuatan penduduk neraka sesuai dengan takdir-Nya yang telah mendahului.

❀•◎•❀

Pelajaran Berharga dan Penjelasan

Dari ucapan Imam Al-Muzani ini ada beberapa faidah dan pelajaran berharga yang dapat kita petik, yaitu:

Pelajaran Pertama: Surga dan neraka telah tercipta

Menurut Ahlussunnah surga dan neraka telah tercipta. Hal ini berdasarkan banyak dalil, baik dari al-Qur’an maupun hadits Nabi. Di antaranya firman Allah ketika mengabari peristiwa Mi’rajnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَىٰ عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (QS. An-Najm: 13-15)

Kata para ulama, ayat ini jelas menunjukkan surga itu telah ada. Sebab, jika surga belum tercipta maka tentu Allah tidak akan menggunakan redaksi seperti ini.

Keyakinan Ahlussunnah ini menyelisihi keyakinan kelompok-kelompok ahli bid’ah yang menyimpang seperti Mu’tazilah dan Qadariyyah dimana mereka berkeyakinan bahwa surga dan neraka belum diciptakan Allah, baru nanti diciptakan ketika hari kiamat.

Pelajaran Kedua: Penghuni surga dan neraka telah ditakdirkan.

Penghuni surga dan neraka telah ditetapkan, hal ini sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan tentang takdir. Sebab sebelum diciptakan manusia, jin, surga, neraka, dan semua makhluk, Allah telah lebih dahulu menetapkan takdir berdasarkan ilmu Allah yang terdahulu sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah mencatat seluruh taqdir semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim: 2653)

 Pejaran Ketiga: Amal sebagai sebab masuk surga atau neraka

Allah dalam banyak ayat telah menyebutkan bahwa surga itu diberikan kepada orang-orang yang beramal kebajikan di dunia. Allah berfirman:

وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا خَيْرًا ۗ لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۚ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,  (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl: 30-32)

Allah juga berfirman:

أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَىٰ نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. As-Sajadah: 19)

Akan tetapi, seorang hamba masuk surga sebenarnya adalah karena kebaikan dan rahmat dari Allah, sedangkan amal ibadah adalah sebagai sebabnya saja, bukan sebagai ganti untuk masuk surga. Karena sesungghuhnya tidak ada seorang pun yang mampu mengganti kenikmatan surga dengan amal ibadah yang ia lakukan. Surga teramat mahal, tidak sepadan dengan sedikitnya amal yang dilakukan oleh manusia, sampai pun Rasulullah n. Seorang hamba masuk surga karena karunia dan kebaikan Allah. Inilah yang dikatakan oleh Nabi n dalam sebuah hadits, beliau n bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ ، قَالُوْا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: وَلَا أَنَا ، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ

“Tidaklah seorang pun dari kalian yang diselamatkan oleh amalnya.” Seseorang bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat padaku.”

Demikian pula seorang yang dimasukkan ke dalam neraka adalah karena keadilan Allah kepada seorang hamba sebagai balasan atas dosa yang ia perbuat. Kesimpulannya, amal shalih memudahkan seorang menuju surga sedangkan maksiat akan menyebabkan seorang masuk neraka. Allah berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (QS. Al-Lail: 5-10)

Pelajaran Keempat: Menggunakan nikmat Allah w untuk maksiat merupakan sebab terhalang dari hidayah.

Sifat penghuni neraka sebagaimana firman-Nya:

 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf: 179)

Ini menunjukkan bahwa mereka tidak menggunakan nikmat Allah sebagaimana mestinya. Sehingga mereka terhalang dari hidayah. Ketika mereka berpaling dari hidayah maka Allah palingkan mereka. Allah berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (QS. Ash-Shaf: 5)

Lihat arsip pembahasan kitab Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani disini:

Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani

Selesai disusun di Jatimurni Bekasi, Ahad 2 Rajab 1442 H/ 14 Februari 2021M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !