Ramadhan Mengajarkan Hakikat Kebahagiaan Sejati dan Cara Menggapainya – Khutbah Idul Fitri 1445 H

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.

ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ صَلَّى ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ.

Jama’ah kaum muslimin wal muslimat, sidang ‘id rahimakumullah…..

Hari ini adalah hari Raya umat Islam. Hari kebahagian yang disyariatkan. Menampakkan kebahagiaan pada hari ini adalah bagian dari yang diperintahkan. Imam Ibnu Haja mengatakan:

إِظْهَارُ السُّرُوْرِ فِي الأَعْيَادِ مِنْ شَعَائِرِ الدِّيْنِ

“Menampakkan kegembiraan pada saat hari raya termasuk syiar agama”. (Fathul Bari 2/443)

Ramadhan memang telah berlalu, namun ia meninggalkan banyak pelajaran dan pendidikan buat kita semua. Diantaranya, bagaimana Ramadhan mendidik dan mengajari kita tentang hakikat kebahagiaan yang sebenarnya dan cara menggapainya. 

Jama’ah kaum muslimin wal muslimat, sidang ‘id rahimakumullah…..

Semua manusia menginginkan kebahagiaan. Mereka berjalan dan hidup untuk menggapainya, dengan menyusuri jalan yang mereka yakini dapat mengantarkan kepadanya. Yang memandang kekayaan adalah kunci kebahagiaan mereka akan berjalan mencapainya. Yang memandang kekuasaan adalah kunci kebahagiaan mereka akan berjalan untuk mencapainya, dst. 

Sebagai seorang muslim, kita wajib meyakini bahwa kebahagiaan itu ditangan Allah, maka tempuhlah jalan Allah untuk menggapainya. Semua kebahagian di luar jalan Allah hanyalah kebahagiaan semu, terlihat indah dari mata orang yang memandang dari jauh saja, tidak sebenarnya. Kekayaan akan menjadi kebahagiaan jika didapatkan dengan cara yang benar dan dipergunakan sesuai dengan yang diridhai Allah, jika tidak maka ia hanyalah sumber musibah dan kesedihan. 

Melalui syariat pada bulan Ramadhan, Allah telah menunjukkan kepada siapa saja yang mau merenungi bagaimanakah kebahagiaan yang sejati itu dan cara mendapatkannya. 

Ramadhan mengajarkan kepada kita bahwa kebahagiaan itu didapat dengan:

1. Beribadah kepada Allah dengan Iman, Tauhid dan amal shalih. 

Rasulullah mengatakan bahwa orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, satu kebahagiaan di dunia dan satu kebahagiaan akhirat, beliau bersabda:

 لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ 

“Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan yaitu, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya kelak.” (HR.Tirmidzi: 766)

Hanya seorang yang berpuasa dengan dasar keimanan dan kejujuran hati sebagai refleksi dari Tauhidnya kepada Allah yang dapat merasakannya. Adapun orang yang tidak puasa tidak akan pernah merasakan kebahagiaan berbuka sekalipun ia pura-pura menampakkannya. 

Orang yang jujur dalam puasanya akan bahagia ketika berbuka sekalipun hanya dengan air putih saja sedangkan orang yang tidak puasa atau berpuasa tapi tidak di atas keimanan tidak akan merasakannya sekalipun berbuka dengan makanan segala ragam dan paling lezat. 

Di akhirat, kebahagiaannya jauh lebih besar. Dia berjumpa dengan Allah dalam keadaan Allah ridha kepadanya dan memasukkan ke dalam surga. Negeri kebahagiaan dan penuh kenikmatan. Rasulullah bersabda: “Allah berfirman:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ 

“Aku telah menyediakan buat hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan) yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbetik dari lubuk hati manusia.” (HR. Bukhari: 3244) 

Dan ibadah paling utama sekaligus kunci dari kebahagiaan adalah Tauhid tidak mempersekutukan Allah dengan apapun. Rasulullah bersabda:

مَن لَقِيَ اللَّهَ لا يُشْرِكُ به شيئًا دَخَلَ الجَنَّةَ، ومَن لَقِيَهُ يُشْرِكُ به دَخَلَ النَّارَ

Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun maka pasti akan masuk surga. Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya maka pasti masuk neraka. (HR. Muslim: 93)

Maka Ramadhan menyadarkan kita bahwa kebahagiaan sejati ada pada ibadah dan menjadi hamba Allah.  Setiap orang yang mempersekutukan Allah dan tidak beriman kepada-Nya tidak akan pernah merasakan kebahagiaan hakiki. 

2. Melihat kebawah dan peduli terhadap orang lain. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih baik membuat kalian tidak mengkufuri nikmat Allah.” (HR. Muslim: 2963)

Sebab seringkali kita merasa sebagai manusia paling susah dan tidak merasakan kebahagiaan tidak lain karena kita selalu melihat ke atas. Cobalah berhenti sejenak, tundukkan kepala dan lihat orang-orang di luar sana yang berada di bawah kita maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia. Kita yang punya motor tidak akan pernah bahagia kalau selalu melihat orang lain yang memiliki mobil. Kita yang masih mengontrak tidak akan pernah bahagia jika selalu melihat yang sudah punya rumah, dst. 

Melalui Ramadhan Allah ingin mengajarkan kita akan hal itu. Karenanya banyak amalan di bulan Ramadhan yang bertujuan untuk mendidik kita agar lebih peduli terhadap sesama, terlebih kepada orang-orang yang miskin dan lemah.

Dengan berpuasa, kita turut merasakan penderitaan mereka. Kita mungkin hanya satu bulan merasakan lapar dan dahaga, akan tetapi orang-orang miskin dan lemah itu merasakannya sepanjang tahun. Kita hanya merasakan lapar dan dahaga dari pagi hingga petang saja, akan tetapi mereka merasakannya siang dan malam dan mungkin saja mereka tidur masih dalam keadaan lapar. Sehingga menjadikan kita pribadi yang senantiasa bersyukur dan orang yang selalu bersyukur pasti hidupnya bahagia. 

Kita juga dianjurkan memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barang siapa yang memberi makan orang yang berbuka, maka baginya pahala semisal pahala orang itu tanpa dikurangi dari pahalanya sedikit pun.” [HR. Tirmidzi: 807]

Demikian pula syariat Zakat fitrah, Rasulullah secara tegas menyebutkan hikmahnya. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia menuturkan:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ

“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang-orang miskin.” (HR. Abu Dawud: 1609, Ibnu Majah: 1827)

Siapa saja yang merenungi dan melakukan amalan ini di bulan Ramadhan pastilah merasakan kebahagiaan yang tidak bisa ia gambarkan. Karena memang, dahulu orang-orang bijak mengatakan: Orang yang paling bahagia adalah orang yang bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain. 

Lihatlah ke bawah, berbagi kebahagiaan kepada orang lain maka kita akan menjadi manusia paling bahagia. 

3. Perjuangan yang penuh kesungguhan yang dibarengi kesabaran

Seorang yang berpuasa dan shalat malam (tarawih) dengan perjuangan yang penuh kesungguhan yang dibarengi kesabaran merekalah yang merasakan kebahagiaan yang sejati baik hari ini, terlebih di akhirat nanti. Karenanya puasa menjadi ibadah dengan balasan langsung dari Allah. Rasulullah bersabda:

قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Allah berfirman: Setiap amalan anak Adam untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, Akulah yang akan membalasinya. (HR. Bukhari: 1761, Muslim: 1946)

Ramadhan menyadarkan kita, bahwa tidak ada kebahagiaan hakiki yang didapat dengan cara instan tanpa perjuangan. Kebahagiaan sejati didapat setelah mampu sabar menghadapikesulitan. 

Sebab itulah, manusia yang nanti paling tinggi derajatnya di surga dan paling bahagia adalah orang-orang yang hidupnya penuh dengan cobaan dan kesulitan kemudian mampu melewatinya dengan sabar, mereka adalah para Nabi dan Rasul. Sa’ad bin Abi Waqqash menuturkan:

قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ , أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاءً ؟ قَالَ : الأَنْبِيَاءُ , ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَل 

“Aku pernah berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: ‘Para nabi, kemudian yang semisal, kemudian yang semisal.” (HR. Tirmidzi: 2398)

Karenanya, di akhirat nanti Allah mengabarkan bagaimana ucapan para malaikat kepada penduduk surga. Allah berfirman:

وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra’d: 22-24)

Seorang yang tidak sabar tidak akan pernah merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. 

Demikianlah yang dapat kita sampaikan, moga-moga bermanfaat buat kita semua. Kita berdoa semoga amal ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah. Allah jadikan kita hamba-hamba-Nya yang selamat bahagia di dunia dan akhirat. Amiin ya Rabbal Alamin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَصَلَاتَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَاوَتَنَا اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا يُقَرِّبُنَا إِلَيْكَ

اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في فلسطين وثبت أقدامهم وانصرهم على القوم الكافرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

 

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !