TANJAKAN EMEN (Art.Salayok73)

Sabtu, 10 Februari 2018 adalah hari yang kelabu bagi sebagian orang. Terutama bagi mereka yang terlibat langsung.

Sebuah bus pariwisata terbalik di turunan Cicenang Kab. Subang (atau yang lebih dikenal dengan “Tanjakan Emen”) menabrak sepeda motor, menyebabkan korban jiwa, 27 orang dilaporkan meninggal dunia.

Melihat berita itu, banyak orang yang mulai takut naik bis. Khawatir dan masih saja dihantui. Lalu bagaimana, mau jalan kaki? Tapi, orang yang jalan kaki banyak juga yang jadi korban tabrak lari…

Sebagai seorang mukmin tentu kita menyadari bahwa urusan kematian itu adalah sebuah misteri ilahi. Kita tahu bahwa kita akan mati, namun kita tidak tahu dimana itu akan terjadi.

Allah berfirman:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)

Buya Hamka pernah mengatakan:

“Ketika terjadi kecelakaan kereta api yang amat dahsyat dua kali di Padang Panjang di zaman Jepang, pada banyak orang timbul rasa takut naik kereta api. Lalu mereka membiasakan naik bis dan kecelakaan bis pun kerap kali pula terjadi.

Dan setelah kapal terbang Dakota jatuh dua kali berturut-turut di tanah jawa pada awal tahun 1981 banyak pula orang takut naik kapal terbang.

Tetapi herannya, tidak ada orang yang takut tidur diatas kasur tebal, padahal lebih banyak orang yang mati di atas kasur tebal itu.” (Lembaga Budi, cet. Republika hlm.154)

Kematian pasti datang, kemana pun kita lari. Allah  berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An-Nisa: 78)

Yang terjadi biarlah, menjadi pelajaran buat kita yang masih hidup. Sekarang tinggal kita untuk menyiapkan bekal menyambut kedatangan tamu itu, meskipun kita tak tahu dimana kita akan bertemu.(zhr)

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !