Tatkala Anak Kita Sudah Baligh

Selagi orang tua masih hidup, ia punya kewajiban mendidik anaknya, sekalipun anak itu sudah dewasa. Karena Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. at-Tahrim: 6)

Ibnu Katsir berkata, “Perintahkan keluargamu agar mengerjakan yang baik, dan cegahlah dari perkara mungkar, jangan biarkan mereka terlantar sehingga dimakan oleh api neraka pada hari kiamat.” (Tafsir Ibnu Katsir: 5/240)

SADARI PERBEDAAN PUBERTAS ZAMAN DAHULU DAN SEKARANG

Ketika anak sudah baligh, orang tua harus lebih perhatian. Karena umur ini merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Orang tua bisa membayangkan bagaimana dahulu pada saat dirinya mulai baligh. Hanya saja hidup kita dulu tidak sama dengan anak dan cucu kita pada zaman sekarang yang dikepung oleh bermacam-macam sarana yang dapat memudahkan berbuat maksiat, seperti ponsel, internet dan lainnya. Gaya hidup dan pergaulan bebas umumnya anak-anak sekarang juga belum pernah kita alami saat kita masih muda.

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita akan fitnah wanita yang membahayakan kaum pria, terutama sangat terasa pada zaman sekarang. Beliau ﷺ bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita.” (HR. Bukhari: 5/1959 dan Muslim: 4/2094)

Bahkan Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa fitnah yang menimpa kaum pria ini bukan hanya bagi umat beliau, tetapi juga umat sebelumnya. Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ.

“Sesungguhnya dunia ini indah dan menggiurkan yang dengannya Allah akan menguji kalian. Setelah itu, Allah pun akan melihat bagaimana perbuatan kalian. Oleh karena itu, jagalah diri kalian dari godaan dunia dan wanita, karena sesungguhnya bencana pertama yang menimpa bani Isra’il adalah wanita.” (HR. Muslim 8/89 no. 2077)

Maka bagaimana dengan fitnah wanita pada zaman sekarang? Tentu lebih berbahaya, karena ditunjang oleh kemajuan teknologi yang tidak didukung dengan perbaikan pendidikan anak.

LEBIH PERHATIAN TERHADAP ANAK GADIS

Jika anak perempuan sudah baligh, orang tua hendaknya lebih perhatian dan meningkatkan pengawasannya. Utamanya bila sudah baligh dan belum menikah. Orang tua hendaknya memperhatikan mereka agar tidak bepergian jauh tanpa mahram, dengan siapa dia bergaul walaupun sama jenisnya.

Hendaknya dilarang jika bergaul dengan lawan jenis sekalipun di bangku pendidikan, apalagi di tempat kerja. Tidak mustahil itu akan membawa petaka, karena lawan jenis yang bukan mahramnya merupakan musuh utama bagi para pemuda dan pemudi.

Wanita yang keluar dari rumah tanpa mahram itu fitnahnya lebih besar, memfitnah pria atau dia sendiri yang terfitnah. Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu aurat, apabila keluar akan disambut (dipercantik) oleh setan.” (HR. at-Tirmidzi 5/23, dishahihkan oleh al-Albani, Tuhfatul Ahwadzi 3/253)

Diriwayatkan pula dari Jabir رضي الله عنه,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- رَأَى امْرَأَةً فَأَتَى امْرَأَتَهُ زَيْنَبَ وَهْىَ تَمْعَسُ مَنِيئَةً لَهَا فَقَضَى حَاجَتَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ « إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِى نَفْسِهِ ».

“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah melihat seorang wanita, lalu beliau masuk ke rumah Zainab, sedang dia sedang menyamak kulit miliknya, lalu beliau menyelesaikan hasratnya (terhadap istrinya). Setelah itu, ia keluar mengunjungi sahabatnya, dan berkata, ‘Sesungguhnya wanita itu datang bagaikan bentuk setan dan pergi bagaikan bentuk setan. Barangsiapa yang mendapati hal demikian, maka hendaklah ia mendatangi istrinya, karena hal tersebut bisa meredam gejolak syahwat yang ada dalam dirinya. (HR. Muslim: 3473)

Imam an-Nawawi رحمه الله berkata, “Wanita bila keluar akan memfitnah dan membangkitkan syahwat kaum pria, karena Allah ﷻ menjadikan pria menyenangi wanita, kemudian setan yang berbuat menyesatkan manusia.” (Syarah Shahih Muslim 5/75)

Maka bagaimana dengan pria yang melihat keindahan wanita, sedangkan dia belum menikah? Tentu akan tersakiti hatinya dan menjadi sulit pengobatannya. Maka mari kita jaga putra putri kita dari pergaulan bebas. Rasulullah ﷺ memberi kabar gembira bagi orang tua yang bersabar mendidik anak perempuannya. Beliau bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barangsiapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari kiamat kelak.” Sambil berisyarat merapatkan kedua jarinya. (HR. Muslim: 1769)

BANTU PUTRA DAN PUTRI KITA AGAR SEGERA MENIKAH

Wanita yang sehat, tentu berkeinginan segera menikah. Maka jika sudah baligh, hendaknya segera menikah. Jika tidak, fitnahnya akan lebih besar. Karena dia akan berdandan, sering keluar untuk mencari orang yang dapat menyenangi dirinya, membuka aurat, keluar tanpa mahram, senang bergaul dengan pria, senang memakai parfum.

Belum lagi pada zaman sekarang didukung dengan kemajuan teknologi seperti perangkat ponsel pintar dan semisalnya, yang memudahkan para pemudi berhubungan dengan pria yang bukan mahramnya, dan umumnya juga berkisar pada urusan syahwat.

Oleh karena itu, solusinya orang tua hendaknya segera mencarikan jodoh untuk putrinya. Abu Hatim al-Muzani رحمه الله berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ

“Jika datang kepadamu orang yang kamu senangi agama dan akhlaknya maka nikahkan (putrimu) dengannya. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di permukaan bumi dan terjadi kerusakan.” (HR. at-Tirmidzi: 1005, dihasankan oleh al-Albani, Mukhtashar Irwa al-Ghalil 1/370)

Ibnu Baththal رحمه الله berkata, “Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya menikah agar sempurna agama dan ibadahnya, agar terjaga kehormatan dirinya, sehingga mampu menundukkan pandangan matanya serta menjaga syahwatnya agar tidak jatuh kepada perbuatan keji.” (Syarah Shahih Bukhari, Ibnu Baththal 7/29)

Jika dia belum mendapatkan jodoh, hendaknya berdiam di rumah, tidak keluar kecuali bersama mahram, tidak keluar kecuali dalam keadaan sangat mendesak dan diizinkan oleh syariat Islam, dan hendaknya sering beribadah, baik yang wajib maupun sunnah, terutama puasa sunnah.
Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Dan barangsiapa yang belum mampu (menikah), hendaklah ia berpuasa, sebab hal itu dapat meredakan nafsunya.” (HR. Bukhari: 4678)

Demikian juga orang tua hendaknya mencarikan jodoh bagi putranya, bila dia belum punya calon, dan bila dia punya keinginan kuat untuk menikah. Karena orang tua insyaaAllah lebih tepat saat memilihkan wanita untuk putranya, agar selamat dari fitnah wanita.

Sekalipun awalnya putra kita yang mau menikah ini perlu bantuan ekonomi dari orang tua, maka itu masih lebih baik daripada harus membiarkan mereka dengan pergaulan bebasnya. Sebab, membantu keluarga pahalanya sangat besar.

JANGAN MALAH DIHALANGI

Tatkala putra dan putri kita sudah punya pilihan sendiri, kewajiban orang tua hendaknya menyelidiki calon menantunya. Jika calonnya tidak sesuai dengan tuntutan agama, seperti jelek akhlaknya, bukan ahli ibadah atau bukan berilmu syar’i, maka orang tua segera menasihati anaknya dengan lembut. Lebih utama lagi bila bisa memutuskan hubungan dengan jalan syar’i agar tidak berkepanjangan berbuat maksiat.

Tetapi jika hal itu menurut agama layak, semisal karena si calon wanita shalihah, dan pria yang mau jadi menantunya shalih maka segera bantu putra dan putri kita agar cepat menikah dan supaya selamat dari malapetaka.

Jangan malah dihalangi untuk menikah, hanya lantaran karena beda umur, beda suku, beda organisasi, beda kekayaan, beda kedudukan, belum selesai kuliah, belum kerja putrinya, belum nikah kakaknya. Ketahuilah, ini semua penghalang yang tidak berdalil. Bahkan dengan berpedoman alasan itu anak-anak kita menjadi terlantar, menjadi perawan tua, atau jejaka lapuk dan kerugian lainnya.

Ingat! ukuran kebaikan seseorang ditinjau dari agama dan akhlaknya yang mulia. Waspadalah, wahai orang tua, atas terkabulnya doa Rasulullah ﷺ bagi umatnya yang mempersulit urusan. Beliau bersabda:

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ.

“Ya Allah, barangsiapa yang menjadi pemimpin umatku dalam suatu hal, lalu ia menyusahkan mereka, maka balaslah perbuatannya itu dengan kesusahan. Dan barangsiapa yang menjadi pemimpin umatku dalam suatu hal, lalu ia bersikap lembut terhadap mereka, maka berikanlah kelembutan (kasih sayang) kepadanya. (HR. Muslim 6/7)

Semoga keterangan singkat ini bermanfaat untuk kita semua, baik orang tua maupun putra dan putri kita. Ya Allah, mudahkan urusan kami semua menuju keridhaan-Mu. Aamiin…

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !