UMAR – Sedekahkan Kebun Kerena Luput Shalat Ashar Berjama’ah

Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, sosok yang tidak asing lagi bagi kita semua. Hampir lima belas abad jasadnya terkubur dalam tanah, namun kemuliaannya masih tetap hidup sampai hari ini. Namanya senantiasa semerbak mewangi, disebut-sebut dan dikenang dari generasi ke generasi.

Mengapa Umar begitu mulia dihati manusia, sosoknya agung sepanjang masa? Jawabnya, karena ia sangat memuliakan dan mengagungkan hak Allah subhanahu wata’ala. Sehingga, Allah memberikan kemulian pula kepadanya di dunia sebelum akhirat.

Di antaranya, Umar sangat memuliakan shalat berjama’ah, ia tidak mau ketinggalan sekali pun. Dikisahkan oleh putranya sendiri yaitu Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu: “Suatu hari, Umar keluar menuju ke kebunnya kemudian ia pulang sedang orang-orang telah selesai menunaikan shalat Ashar, maka ia pun mengatakan:

إِنَّا لله وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ فَاتَتْنِي صَلَاةُ الْعَصْرِ فِي الْجَمَاعَةِ أُشْهِدُكُمْ أََنَّ حَائِطِي عَلَى الْمَسَاكِيْنَ صَدَقَةً ليَكُوْنَ كَفَّارَةً لِمَا صَنَعَ عُمَرُ

‘Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, aku telah luput dari shalat Ashar berjama’ah. Aku persaksikan kepada kalian bahwa kebunku aku sedekahkan kepada orang-orang miskin sebagai penebus dari apa yang telah diperbuat oleh Umar.'” (al-Kabair Imam Adz-Dzahabi: 31)

Demikianlah salah satu potret pengagungan Umar terhadap shalat berjama’ah, lebih-lebih itu adalah shalat Ashar. Umar paham bahwa shalat ini merupakan shalat yang sangat ditekankan oleh Allah agar dijaga dan diperhatikan. Allah berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِين

Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wusthaa (ashar). Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah: 238)

Oleh sebab itu, camkanlah baik-baik tentang hal ini. Jika kita mau dimuliakan maka muliakanlah hak-hak Allah, agungkan semua ibadah di mata kita. Sebaliknya, jika kita tidak memuliakan hak-hak Allah, kita tak acuh dan tak peduli dengan ibadah, selalu menunda-nunda dan tidak mengagungkannya, maka bersiaplah untuk dihinakan, tidak diacuhkan, dan ditunda dari banyak kebaikan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !