Jangan Malu Jadi Anak Buah Orang

Sekarang banyak orang yang lebih memilih untuk menjadi pengangguran daripada bekerja dengan orang lain menjadi “anak buah.” Lantaran ia tidak mau diatur-atur dan disuruh-suruh. Akhirnya karena tinggi hati dan egonya tadi ia biarkan anak istrinya terlunta-lunta, berhutang kesana kemari, kemudian dengan ringan ia berdalih “belum bertemu pekerjaan yang cocok.”

Padahal, tidak ada salahnya menjadi anak buah orang. Lihat para Nabi, mereka tidak malu bekerja pada orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun juga demikian, beliau pernah diupah untuk menggembalakan kambing orang-orang Makkah. Beliau bersabda:

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ

“Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa qirat (keping dinar) penduduk Makkah.” (HR. Bukhari: 2262)

Begitu juga dengan para sahabat, di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu; sahabat, sepupu sekaligus menantu Rasulullah ﷺ. Ia pernah bekerja pada orang lain menjadi anak buah bahkan dari seorang Yahudi. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia menuturkan:

أَصَابَ نَبِيَّ اللَّهِ ﷺ خَصَاصَةٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا فَخَرَجَ يَلْتَمِسُ عَمَلًا يُصِيبُ فِيهِ شَيْئًا لِيُقِيتَ بِهِ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَأَتَى بُسْتَانًا لِرَجُلٍ مِنْ الْيَهُودِ فَاسْتَقَى لَهُ سَبْعَةَ عَشَرَ دَلْوًا كُلُّ دَلْوٍ بِتَمْرَةٍ فَخَيَّرَهُ الْيَهُودِيُّ مِنْ تَمْرِهِ سَبْعَ عَشَرَةَ عَجْوَةً فَجَاءَ بِهَا إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ ﷺ

“Rasulullah ﷺ tertimpa kekurangan, dan sampailah berita itu kepada Ali. Kemudian Ali keluar mencari kerja yang menghasilkan sesuatu hingga ia dapat memberi makanan kepada Rasulullah ﷺ. Lalu ia datang ke sebuah kebun milik yahudi, dia menyiram tanamannya sebanyak tujuh belas ember dengan perhitungan setiap ember satu kurma. Orang yahudi itu kemudian memilihkan tujuh belas kurma Ajwah untuknya, setelah itu dia membawa kurma tersebut kepada Nabi ﷺ.” (HR. Ibnu Majah: 2446)

Oleh sebab itu, jangan malu menjadi anak buah orang, karyawan, pengawai, buruh, dst, selama itu adalah pekerjaan yang halal. Sebab kita punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menafkahi orang-orang yang diamanahi Allah; istri, anak dan keluarga, maka jangan biarkan mereka terlunta-lunta hanya karena tinggi hati dan ego kita.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !