Mencintai dan Membenci Karena Allah
Khutbah kali ini membahas tentang wajibnya mencintai dan membenci karena Allah. Dalam istilah syari’at dikenal dengan Wala’ dan Bara’
KHUTBAH PERTAMA
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله قال الله : ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.
Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah
Keimanan seorang mukmin dapat bertambah dan berkurang. Bertambah dengan keta’atan dan berkurang karena kemaksiatan. Salah satu hal yang dapat mengantarkan seorang mukmin ke puncak kesempurnaan iman adalah wala’ dan bara’ karena Allah. Wala’ artinya mencintai sesuatu karena Allah dan Bara’ artinya membenci sesuatu karena Allah. Ketika seorang mampu menerapkan hal ini dalam dirinya maka ia akan sampai pada puncak kesempurnaan iman, sebagaimana sabda Rasulullah:
مَنْ أَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ وَأَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَنْكَحَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ
“Barangsiapa memberi karena Allah, mencegah karena Allah, marah karena Allah dan menikah karena Allah berarti sempurnalah keimanannya.” (HR. Tirmidzi: 2521)
Maksudnya adalah kita mencintai seseorang karena ia taat kepada Allah dan kita membenci seseorang karena ia tidak taat kepada aturan Allah. Kita mencitai orang-orang mukmin dan orang-orang shalih karena Allah mencintai mereka. Dan kita membenci orang-orang kafir, para pelaku kesyirikan dan maksiat dikarenakan Allah membenci mereka.
Begitulah karakteristik mukmin sejati, para waliyullah. Adapun mereka yang mencintai dan berkasih sayang dengan orang-orang yang dibenci oleh Allah, atau membenci orang-orang yang mencintai Allah, sungguh mereka teramat jauh dari derajat mukmin hakiki.
Orang-orang yang mencintai dan membenci karena Allah, mereka dijanjikan ganjaran istimewa di dunia dan akhirat.
Di dunia, antara lain mereka akan merasakan manisnya iman dan kenikmatannya. Mereka akan menemukan kedamaian batin, ketentraman jiwa dan ketenangan hati yang luar biasa. Sebuah hal yang diinginkan oleh semua manusia tetapi hanya sedikit sekali yang dapat mengapainya. Rasulullah bersabda:
لَا يَجِدُ أَحَدٌ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ حَتَّى يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ
“Seorang tidak akan mendapatkan manisnya iman hingga ia mencintai orang lain semata-mata karena Allah.” (HR. Bukhari: 6041)
Mencintai seseorang karena ia taat beribadah, patuh menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Bukan mencintainya karena kekayaan yang dimilikinya, atau jabatan yang didudukinya, atau sekadar adanya kekerabatan antara kita dengannya.
Adapun di akhirat balasan terhadap orang yang mencintai dan membenci karena Allah jauh lebih besar. Di saat manusia merasakan panas yang menyengat luas biasa karena matahari didekatkan sedekat-dekatnya di atas kepala mereka, orang-orang yang mencintai dan membenci karena Allah akan mendapatkan naungan istimewa dari Allah. Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak: “Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini akan Aku naungi mereka dengan naungan-Ku, hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim: 2566)
Kesejukkan, kedamaian, rasa dingin dan kenyamanan itulah yang akan mereka rasakan. Sementara itu, di kanan dan kiri serta di sekelilingnya, manusia menderita kepanasan yang tak terperikan.
Selain itu mereka juga akan diberikan tempat nan tinggi dan berkilauan cahaya. Sebagaimana yang disabadakan Rasulullah:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلَالِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
“Allah ‘azza wajalla berfirman: Orang-orang yang saling mencintai karena keluhuranKu, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat para nabi dan syuhada` iri.” (HR. Tirmidzi: 2390)
Mudah-mudahan kita termasuk dari golongan mereka. Amiin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد
Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….
Cinta dan benci adalah sesuatu yang ada di dalam hati. Sesuatu yang tersembunyi itu bisa ditampakkan di lahiriyah kita dan bisa pula tidak. Sehingga bisa jadi hati kita membenci seseorang, namun muka kita tersenyum kepadanya .Atau sebaliknya, terkadang hati kita mencintai seseorang, namun muka kita masam kepadanya. Layaknya seorang ibu yang amat mencintai anaknya, namun karena ia melakukan kesalahan, maka sang ibu pun bermuka masam kepadanya.
Dari sini kita bisa memahami, mengapa Islam memerintahkan kita untuk berlaku adil dan berbuat baik kepada seluruh manusia, sekali pun dia itu orang kafir. Padahal di sisi lain kita diperintah untuk membenci mereka karena kekafirannya.
Dua hal tersebut tidaklah bertolak belakang. Sebab cinta dan benci berada dalam hati dan keduanya bisa ditampakkan secara lahiriyah maupun tidak. Sehingga bisa saja kita tersenyum kepada orang yang sebenarnya hati kita membencinya. Apalagi jika kita memiliki tujuan baik, yang salah satunya untuk menarik mereka masuk ke dalam agama Islam. Allah berfirman:
لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. al-Mumtahanah: 8)
Karena itu pulalah, Allah memerintahkan kita untuk berlaku adil dan jangan menzalimi siapa pun sekalipun hati kita membencinnya. Allah berfirman:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. (QS. Al-Maidah: 8)
Karenanya, sekalipun kita benci kepada orang kafir dan wajib hukumnya namun tidak boleh bagi kita untuk menzalimi mereka; apakah dengan menumpahkan darah mereka padahal mereka bukan kafir harbi sehingga darah mereka terjaga dan haram untuk ditumpahkan, atau merusak bangunan ibadah mereka, atau bahkan mengambil hak mereka dengan zalim semisal membajak hak cipta software komputer, aplikasi, dst.
Jadi, dari sinilah kita bisa menerapkan konsep kerukunan umat beragama, tanpa harus mengorbankan salah satu prinsip agama kita yaitu cinta dan benci karena Allah.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِينَ فِي فِلِسْطِينَ وَفِي سُوْرِيَا وَفِي يَمَن وَصِّيْن وَفِي كُلِّ مَكَانٍ
اللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن
Lihat:
Arsip Khutbah Maribaraja.Com
Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi, 1 Dzulqa’dah 1442 H/ 11 Junu 2021M Banyak mengambil faidah dari tulisan Ustadz Abdullah Zaen, MA dalam majalah Al-Furqon 153 hlm. 77-80
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom