Tiga Cara Manusia Masuk Surga

Syarat kunci masuk surga adalah beriman dan tidak berbuat syirik (menyekutukan Allah). Jika seorang telah beriman dan tidak berbuat syirik maka dia pasti masuk surga sekalipun ia mungkin harus masuk ke dalam neraka terlebih dahulu untuk menerima balasan atas dosa-dosa yang ia perbuat. Sebaliknya, jika seorang tidak beriman dan jatuh pada kesyirikan maka ia pasti masuk neraka dan kekal disana. Karena dosa syirik adalah dosa yang tidak akan pernah Allah ampuni jika seorang meninggal dalam keadaan belum bertaubat dari dosa tersebut, Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa’: 48)

Sekali pun seorang itu banyak kebaikannya semasa hidupnya, jika ia tidak beriman atau jatuh dalam kesyirikan, maka kebaikannya itu tidak akan dapat menyelamatkannya dari neraka. Aisyah radhiyallahu anha berkata, aku pernah bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ قَالَ لَا يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

Wahai Rasulullah, Ibnu Jud’an pada masa jahiliyyah selalu bersilaturrahim dan memberi makan orang miskin. Apakah itu memberikan manfaat untuknya?’ Beliau menjawab: ‘Tidak, sebab dia belum mengucapkan, ‘Rabbku ampunilah kesalahanku pada hari pembalasan’.” (HR. Muslim: 214)

Bagi mereka yang telah beriman dan tidak berbuat syirik maka mereka akan masuk surga dengan salah satu dari tiga cara, yaitu:

  1. Tanpa hisab dan tanpa adzab

Ini adalah tingkatan yang paling tinggi. Dimana seorang lansung dapat masuk surga tanpa melalui hisab dan tanpa diazab. Golongan ini adalah orang-orang terpilih sebagaimana disebutkan dalam hadits. Dan hal ini hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang sempurna tauhidnya. Dari Ibnu Abbas, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ مَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيَّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ، وَالنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، إِذْ رُفِعَ لِيْ سَوَادٌ عَظِيْمٌ، فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِيْ، فَقِيْلَ لِيْ: هَذَا مُوْسَى وَقَوْمُهُ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيْمٌ، فَقِيْلَ لِيْ: هَذِهِ أُمَّتُكَ، وَمَعَهُمْ سَبْعُوْنَ أَلْفًا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ، ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ، فَخَاضَ النَّاسُ فِيْ أُوْلَئِكَ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِيْ صَحِبُوْا رَسُوْلَ اللهِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمْ الَّذِيْنَ وُلِدُوْا فِيْ الإِسْلاَمِ فَلَمْ يُشْرِكُوْا بِاللهِ شَيْئًا، وَذَكَرُوْا أَشْيَاءَ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ فَأَخْبَرُوْهُ، فَقَالَ: هُمُ الَّذِيْنَ لاَ يَسْتَرْقُوْنَ وَلاَ يَتَطَيَّرُوْنَ وَلاَ يَكْتَوُوْنَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ فَقَامَ عُكَاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِىْ مِنْهُمْ، فَقَالَ: أَنْتَ مِنْهُمْ ، ثُمَّ قَالَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِيْ مِنْهُمْ، فَقَالَ : سَبَقَكَ بِهَا عُكَاشَةُ

“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada seorangpun yang menyertainya, tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku: bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya, tiba-tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain yang jumlahnya sangat besar, maka dikatakan kepadaku: mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu.” Kemudian beliau bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orang- orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu? Ada di antara mereka yang berkata: “Barangkali mereka itu orang-orang yang telah menyertai Nabi dalam hidupnya, dan ada lagi yang berkata: “Barangkali mereka itu orang-orang yang dilakhirkan dalam lingkungan Islam hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain pula. Kemudian Rasulullah keluar dan merekapun memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathayyur dan tidak berobat dengan cara kay, dan mereka hanya bertawakkal kepada tuhan mereka.” Kemudian Ukasyah bin Muhshan berdiri dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka, kemudian Rasul bersabda: “Ya, engkau termasuk golongan mereka.” Kemudian seseorang yang lain berdiri juga dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka. Rasul menjawab: “Kamu sudah kedahuluan Ukasyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Dengan hisab tapi tanpa adzab

Hal ini berlaku kepada seorang yang beriman dan bertauhid namun dosanya (selain syirik) lebih banyak dari kebaikannya namun Allah berkehendak mengampuni semua dosa tersebut. Sehingga setelah dihisab dia selamat dari neraka dan langsung masuk surga. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam banyak dalil, diantaranya yaitu dalam hadits Bithaqah (kartu kecil). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا ، كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلَ مَدِّ الْبَصَرِ ، ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا ؟ أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ ؟ فَيَقُولُ : لَا يَا رَبِّ ! فَيَقُولُ : أَفَلَكَ عُذْرٌ ؟ قَالَ : لَا يَا رَبِّ ! فَيَقُولُ : بَلَى ؛ إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً ، وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ ، فَتُخْرَجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا : أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، فَيَقُولُ : احْضُرْ وَزْنَكَ ، فَيَقُولُ : يَا رَبِّ ! مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ ؟ فَيَقُولُ : إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ ، قَالَ : فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ ، وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ ، فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ ؛ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ

Sesungguhnya Allah akan memilih seorang dari ummatku dihadapan sekian banyak makhluk nanti di hari kiamat. Kemudian dibukakan kepadanya sembilan puluh sembilan catatan dosa. Setiap catatan sejauh mata memandang. Kembali Allah berkata:“Apakah ada yang engkau ingkari dari semua ini? Apakah para malaikat pencatat-Ku menzalimimu?” Orang itu mengatakan: “Tidah wahai Rabbku.” Allah bertanya: “Apakah engkau mempunyai udzur?” Ia menjawab:“Tidak ada wahai Rabbku.” Kemudian Allah berkata: “Ya, sungguh engkau memiliki kebaikan disisi kami, dan engkau tidak akan dizalimi pada hari ini.” Kemudian dikeluarkan sebuah kartu kecil yang bertuliskan : Asyhadu an la ilaha illah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah. Kemudian Allah berkata: “Hadirkanlah timbanganmu.” Maka orang itu pun berkata: “Wahai Rabbku apalah artinya satu kartu ini dengan sekian banyak catatan dosa ini.” Allah berkata: “Sungguh engkau tidak akan dizalimi.” Kemudian catatan-catatan dosa diletakkan di daun timbangan dan kartu diletakkan di daun timbangan yang lain. Ternyata cacatan dosa itu ringan sedangkan kartu berat. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan nama Allah. (HR. Tirmidzi: 2639, Ibnu Majah: 4300, Ash-Shahihah: 135)

  1. Dengan Hisab dan adzab

Hal ini berlaku kepada orang yang bertauhid yang dosanya lebih banyak dari kebaikannya dan Allah berkehendak mengadzabnya terlebih dahulu di nereka, namun kemudian dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ

Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kebaikan. (HR. Bukhari: 44, Muslim: 193)

Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَهَنَّمِيِّينَ

“Ada sekelompok kaum yang wajahnya terlihat kehitam-hitaman keluar dari neraka setelah di lahap api, kemudian mereka masuk surga, penghuni surga menjuluki mereka jahannamiyun (mantan penghuni jahannam).” (HR. Bukhari: 6559)

Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يُدْخِلُ الله أَهْلَ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ بِرَحْمَتِهِ وَيُدْخِلُ أَهْلَ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ انْظُرُوا مَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا حُمَمًا قَدْ امْتَحَشُوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَاةِ أَوْ الْحَيَا فَيَنْبُتُونَ فِيهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ إِلَى جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَوْهَا كَيْفَ تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً

“Allah memasukkan penduduk surga ke surga, Dia memasukkan siapa pun yang Dia kehendaki dengan rahmatNya, dan memasukkan penduduk neraka ke neraka. Kemudian Allah berfirman: ‘Lihatlah oleh kalian, siapa yang kalian dapati dari mereka terdapat sebiji sawi keimanan dalam hatinya maka keluarkanlah.’ Lalu mereka dikeluarkan dari neraka dalam keadaan hangus terbakar. Mereka telah terbakar, lalu dilemparkan ke sungai kehidupan, atau hidup. Lalu mereka tumbuh sebagaimana benih tumbuh di sisi buih. Tidakkah kalian melihat bagaimana dia keluar kuning bengkok.” (HR. Muslim: 184)

___________________________________________

Lihat:

Arsip Pembahasan Kitabut Tauhid

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !