Agar Anak Kita Jadi Orang Sukses
Setiap orang tua tentu punya cita-cita agar anaknya sukses dalam segala-galanya. Bahkan terkadang orang tua mendahulukan kepentingan anaknya daripada kepentingan dirinya sendiri. Inilah cita-cita yang harus didukung dengan semangat menuntut ilmu, kesungguhan, pengorbanan harta, dan kesabaran. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Sedangkan pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. (HR. Muslim: 1894)
Agar Anak Sukses Pendidikannya
Inilah di antara tujuan orang tua menyekolahkan anaknya, bagaimana agar anak lulus ujian. Tetapi terkadang orang tua melampaui batas untuk menyukseskan cita-cita anaknya, sehingga harus mengejar kesuksesan anak dengan cara yang haram. Padahal cara yang haram sangat membahayakan masa depan anak, serta mengganggu ibadahnya.
Dan bilapun sukses di dalam ilmu dunia, belum tentu membahagiakan anak, jika ilmu dunia itu tidak dilandasi dengan ilmu syari’at, iman dan takwa. Karena halal dan haram hanya bisa diketahui dengan ilmu agama. Inilah yang banyak dilupakan oleh banyak orang tua.
Seyogyanya, orang tua muslim tidak hanya berpikir bagaimana yang penting sukses, karena hasil yang halal sangat berperan dalam masalah diterimanya ibadah, dan sangat berpengaruh bagi ketenangan hidup di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan umatnya akan bahaya perkara syubhat, yang tidak jelas keharaman dan kehalalannya. Karena barangsiapa yang sukses menyelamatkan dirinya dari perkara syubhat, berarti dia telah aman agama dan kehormatannya. (Lihat HR. Muslim: 50-51)
Orang tua boleh turut berbahagia jika anak sukses di dalam menuntut ilmu dunia, jika ilmu yang diperoleh tidak melanggar syari’at, atau bahkan bila dapat pula menunjang berkembangnya dakwah.
Agar Anak Sukses Mendapatkan Pekerjaan
Tentu orang tua senang jika anak sukses mendapatkan pekerjaan yang mapan dan besar gajinya. Tetapi terkadang orang tua tak berpikir, pekerjaan apa yang diperoleh oleh anaknya; apakah dengan jalan yang halal ataukah haram? Dengan kejujuran, suap ataukah penipuan? Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah mengingatkan, bahwa di akhir zaman manusia tak peduli lagi dengan cara mencari rezeki. Yang penting berhasil. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ ، لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
“Akan datang bagi manusia suatu zaman, di mana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram.” (HR. Bukhari: 1954)
Maka orang tua hendaknya tidak cukup mengarahkan anaknya sukses mencari pekerjaan, tetapi hendaknya juga dijauhkan dari pekerjaan yang membahayakan dirinya besok pada hari pembalasan. Karena setiap detik yang dilalui manusia, ilmu yang dimilikinya, rezeki yang dia dapat dan dia nafkahkan, semua akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari kiamat. (Hadits Shahih, sebagaimana dalam ash-Shahihah: 946, at-Ta’liq ar-Raghib 1/76)
Pekerjaan yang diperoleh dengan cara suap akan sangat berbahaya karena akan dijauhkan dari berkahnya rezeki. Bahkan Allah Azza wajalla melaknat pelaku suap dan yang disuap. (Lihat HR. Ahmad: 9260, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami: 5093)
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam juga mengabarkan kepada umatnya, agar menjauhi pencarian nafkah dengan cara haram, karena akan berakibat ditolaknya doa. Padahal doa merupakan kebutuhan setiap manusia dan puncaknya ibadah. Beliau pernah mengisahkan tentang seorang musafir yang berpakaian lusuh tengah mengangkat tangannya, berdoa kepada Allah, namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram. Dia pun dibesarkan dari sesuatu yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan? (Lihat HR. Muslim: 543)
Pekerjaan yang haram penghasilannya menjadi sebab tidak diterimanya amal. Sukses bekerja di tempat membungakan uang juga sangat berbahaya. Sukses bekerja di perusahaan yang bercampur pekerja pria dan wanitanya juga membahayakan kehormatan diri, sehingga jatuh kepada perbuatan semi zina atau perbuatan zina itu sendiri. Tentu hal ini akan merusak ibadah, kehormatan, harta, dan keluarga.
Kesimpulannya, orang tua boleh merasa gembira jika anaknya memperoleh pekerjaan yang halal, walaupun penghasilannya sedikit, karena harta yang diperoleh dari jalan halal akan menjadi sebab diterimanya amal ibadah seorang hamba. Dengan itu kita pun berhak mendapatkan tiket untuk masuk ke dalam surga-Nya.
Sukses Yang Terlupakan
Banyak orang tua tidak tahu atau lupa tentang hakikat sukses untuk dirinya dan anak keturunannya. Hakikat sukses adalah sukses dunia dan akhirat dari murka dan adzab Allah Azza wajalla, mendapatkan ridha-Nya di dunia dan akhirat. Dan mereka adalah orang yang berilmu agama, berpegang kepada sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, menghindari perbuatan syirik dan bid’ah, selamat dari perbuatan yang menyeret diri dan keluarganya ke jurang api neraka. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. at-Tahrim: 6)
Ibnu Katsir berkata, “Perintahkan keluargamu agar mengerjakan yang baik, dan cegahlah dari perkara mungkar, jangan dibiarkan mereka terlantar sehingga dimakan oleh api neraka pada hari kiamat. (Tafsir Ibnu Katsir 5/240)
Anak yang sukses adalah anak yang memahami agama Islam secara menyeluruh, dan mengamalkan apa yang menjadi perintahnya serta meninggalkan larangannya, di dalam bidang apa pun dia bekerja, “yang penting halal menurut Islam”. Karena itu, anak sukses tidak harus menjadi direktur, memiliki titel tinggi, tidak harus kaya, tidak harus jadi pegawai, sebab kaum buruh pun bisa sukses dan bahkan tukang sapu masjid pun bisa sukses. Karena sukses yang sebenarnya ialah orang yang pekerjaannya selamat dari api neraka, selamat dari adzab Allah Azza wajalla.
Seperti para Nabi, mereka sukses, walaupun pekerjaan mereka sehari-hari mengembala kambing, berdagang, tukang kayu, dan pekerjaan lainnya. Demikian juga para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, ada yang jadi tukang bersih-bersih masjid, petani, buruh, jasa, ada yang kaya, dan banyak pula yang miskin.
Cita-cita Para Nabi Untuk Kesuksesan Anaknya
Semua para Nabi berharap kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk kesuksesan anaknya, berharap agar mereka menjadi anak yang shalih, yang meng-ilmui agama dan ahli ibadah, serta menjadi anak yang berguna untuk umat dengan mendakwakan tauhid kepada mereka. Lihatlah, Nabi Zakaria Alaihissalam tatkala berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk keturunannya:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa. (QS. Ali ‘Imran: 38)
Nabi Ibrahim Alaihissalam pun berdoa kepada Allah Ta’ala supaya dikaruniai anak yang shalih dan taat:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Wahai Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. (QS. ash-Shaffat: 100)
Nabi Ibrahim juga berdoa kepada Allah, agar anaknya menjadi orang yang sukses dan terhindar dari perbuatan syirik yang menyekutukan Allah Tabaaraka wata’ala. Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim: 35)
Di tempat lain, di dalam al-Quran Nabi Ibrahim Alaihissalam berdoa agar diri beliau dan anak keturunannya sukses menjadi orang yang ahli ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40)
Allah Subhanahu wata’ala menyifati hamba yang dikasihi-Nya, bahwa mereka senantiasa berdoa untuk kesuksesan diri dan anaknya supaya menjadi orang yang ahli ibadah hanya kepada Allah Azza wajalla. Para hamba yang disayangi oleh Allah itu berdoa:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Furqan: 74)
Akhirnya, semoga diri-diri dan anak kita sukses sesuai dengan kriteria kesuksesan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala. Yaitu menjadi orang yang taat dan bertakwa kepada Allah setiap waktu dan tempat. Aamiin.