Keutamaan Mendidik Anak Perempuan

Hendaknya ridha dengan kelahiran anak perempuan

Anak merupakan bagian dari rahmat Allah, lantaran manusia lebih senang bila memiliki anak. Tetapi kadang, dijumpai sebagian orang tua hanya merasa gembira dengan hadirnya anak laki-laki. Sebaliknya, mereka merasa sedih dengan adanya bayi perempuan. Sebagaimana Allah telah mengabarkan sifat buruk orang jahiliah,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِالْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Dan bila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (QS. an-Nahl [16]: 58)

Inilah peradaban dan etika jahiliah yang harus kita jauhi. Hendaknya kita tetap bersyukur tatkala dikaruniai anak, sekalipun perempuan. Sebab kebaikan manusia tergantung keimanan dan ketakwaannya, bukan kepada jenis kelaminnya. Bukankah Fatimah putri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan wanita terbaik penghuni surga? Demikian juga Maryam, ibunda Isa sang rasul utusan. Dengan ini hendaknya orang tua merasa bahagia dengan putra maupun putrinya, bukan menyesal. Allah berfirman:

يَهَبُ لِمَن يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ

Dia (Allah) memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. (QS. asy-Syūrā [42]: 49)

Lagipula, kita dilarang membenci dengan datangnya anak perempuan, karena boleh jadi sesuatu yang kita benci justru sebaliknya membahagiakan diri kita. Allah berfirman:

فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. an-Nisā` [4]: 19)

Begitulah orang Islam hendaknya selalu mensyukuri nikmat Allah dan ridha dengan pemberian Allah. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Demikian juga anak perempuan, kadang kala menjadi baiknya seorang hamba di dunia dan di akhiratnya. Adapun orang yang membenci anak perempuan, maka dia membenci apa yang diridhai oleh Allah. Shalih bin Ahmad berkata, ‘Ayahku bila lahir anak perempuan berkata, ‘Para Nabi adalah bapak anak perempuan.’” (Tuhfatul Maudūd 1/26)

Keutamaan mendidik anak perempuan

Mendidik anak perempuan banyak keutamaannya, di antaranya:

1. Menjauhkan orang tuanya dari api neraka.

Dari Aisyah radhiyallahu anha dia berkata, “Saya pernah dikunjungi oleh seorang wanita yang mempunyai dua anak perempuan. Kemudian wanita tersebut meminta makanan kepadaku. Sayangnya, saat itu saya sedang tidak mempunyai makanan, kecuali sebiji kurma yang langsung saya berikan padanya. Kemudian wanita itu menerimanya dengan gembira dan membagikannya kepada kedua putrinya tanpa sedikit pun ia makan. Setelah itu, wanita tersebut bersama dua anak perempuannya pergi. Tak lama kemudian, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk rumah. Lalu saya menceritakan kepada beliau tentang wanita dan kedua anak perempuannya itu. Mendengar cerita saya ini, beliau bersabda:

مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ

‘Barangsiapa diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.’” (HR. Muslim: 1768)

Begitulah keuntungan orang tua yang bersabar mendidik anak perempuannya. Bersabar sebentar untuk berbahagia selamanya.

2. Kelak menjadi teman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di surga.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

‘Barangsiapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.’” (HR. Muslim: 1769)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Barangsiapa mengurusi anak perempuan dengan membantu, mendidik dan urusan lainnya, niscaya menjadi teman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (Syarh Muslim 8/472)

3. Allah belas kasihan kepadanya, karena dia belas kasih kepada anak perempuan

Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang perempuan yang biasa menyusui anak kecil. Bila dia mendapati anak kecil dalam tawanan tersebut, dirinya akan mengambil dan menyusuinya. Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada kami:

أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ قُلْنَا لَا وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ فَقَالَ لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

‘Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?’ Kami jawab, ‘Sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.’ Lalu beliau bersabda, ‘Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.’” (HR. al-Bukhari: 5540)

Begitulah sang ibu seharusnya berjiwa pendidik dan penyayang terhadap anak, terutama kepada anak perempuan. Bagaimana tidak? Bukankah ibu juga perempuan, jika tak sayang pada putrinya, maka ia telah menyelisihi fitrahnya. Jika para tawanan zaman sahabat mencintai anak perempuan yang ada ditawanan dan mendidiknya, maka bagaimana dengan anak kandungnya? Inilah ibu rumah tangga yang bahagia. Demikian juga suami dan keluarga.

4. Mendapat perlindungan dari dahsyatnya siksaan pada hari kiamat.

Dari Uqbah bin Amir berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقَاهُنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

‘Barangsiapa mempunyai tiga orang putri, lalu ia dapat bersabar dalam mengurusi mereka, memberi makan, minum dan pakaian kepada mereka dari hasil usaha kerasnya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka pada hari kiamat.’” (HR. Ibnu Majah, Shahih. Sebagaimana dalam ash-Shahīhah: 294)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya sedangkan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargku.” (HR. at-Tirmidzi, dan dishahihkan dalam ash-Shahīhah 1/575)

Mengapa lebih memfokuskan pendidikan anak perempuan

Anak perempuan berbeda dengan anak lelaki, secara umum anak perempuan memiliki sifat kurang. Misalnya: fisiknya kurang kuat dari pada anak lelaki, demikian pula akalnya. Bahkan bila dewasa, ibadahnya kurang juga. Maka layak bila sejak kecil anak perempuan mendapat perhatian penuh dari orang tuanya, demi pendidikan dan akhlaknya ketika ia telah dewasa agar terbiasa menjalankan ibadah dengan baik dan menjadi anak yang shalihah.

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari raya Idul Adh-ha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ ، فَإِنِّى أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ ، مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا ، أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا

“Wahai para wanita, bersedekahlah! Sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka.” Kami bertanya, “Apa sebabnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari yang kurang akalnya dan lemah agamanya selain kalian.” Kami bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?” Beliau menjawab, “Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?” Kami jawab, “Benar.” Beliau berkata lagi: “Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah ketika sedang haid dia tidak shalat dan puasa?” Kami jawab, “Benar.” Beliau berkata: “Itulah kekurangan agamanya.” (HR. al-Bukhari: 293)

Inilah sifat wanita yang harus kita maklumi, tidak cukup demikian keberadaan mereka, bahkan umumnya fitnah anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku menyisakan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki melainkan wanita.” (HR. al-Bukhari 5/1959)

Ini semua harus diperhatikan oleh orang tua sebelum anak kita baligh. Supaya mereka semua menjadi anak yang shalihah. Semoga Allah memberkahi kita dengan kesabaran mendidik anak agar menjadi simpanan berharga yang kelak dapat kita petik dan nikmati saat kita menjumpai hari pembalasan.

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc adalah mudir Ma'had Al-Furqon Al-Islami Srowo, Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Beliau juga merupakan penasihat sekaligus penulis di Majalah Al-Furqon dan Al-Mawaddah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !