HIDUP UNTUK ILMU DAN AMAL
Hidup di dunia ini hanya sekali, sangat cepat seperti seorang yang berlari, hanya sehari atau setengah hari saja. Allah berfirman di dalam kitab-Nya menceritakan soal jawab yang akan terjadi nanti di hari kiamat:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ، قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” (QS. Al-Mu’minun: 112-113)
Makanya hidup harus senantiasa diisi dengan ketaatan dan kebaikan. Ilmu yang bermanfaat, amal yang baik, pekerjaan yang halal, dst. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan agar senantiasa setiap pagi mengucapkan do’a:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.“ (HR. Ibnu Majah: 925)
Ilmu dan amal berangkat dari semangat yang tinggi bukan menuruti sifat malas yang akhirnya mengekang pada kebodohan. Jika sudah bodoh maka tidak tahu cara beramal, kalau pun beramal maka pasti akan salah dan menyelisihi tuntunan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
العِلْمُ وَالعَمَلُ تَوْأَمَانِ أمُّهُمَا عُلُوُّ الهِمَّةِ، وَالجَهْلُ وَالبِطَالَةُ تَوْأَمَانِ أمُّهُمَا إِيْثَارُ الكَسْل
Ilmu dan amal adalah dua anak kembar, ibunya adalah semangat yang tinggi. Kebodohan dan pengangguran adalah dua anak kembar pula, ibunya adalah menuruti kemalasan. (Bada’iul Fawaid: 3/747)
Oleh sebab itu, mari bersemangat untuk menuntut ilmu dan beramal, beramal untuk kehidupan akhirat, bekerja untuk kemaslahatan hidup dunia. Jangan menuruti sifat malas, karena dia adalah awal mula kecelakaan dan penyesalan. Hidup hanya sebentar maka jangan disia-siakan.