Dua Keutamaan Penting Bulan Ramadhan – Khutbah Jum’at

KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَيُّها المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فقد فاز المتقون قال الله: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah

Pada tahun 80-an seorang pedagang loak di Inggris menjual sebuah cincin dengan harga sangat murah kurang dari Rp. 200rb. Si pembeli pun juga menganggap cincin itu hanyalah cincin imitasi yang tidak ada nilainya. Barulah pada tahun 2017, diketahui bahwa ternyata cincin itu adalah cincin berlian asli dengan kadar 26 karat yang berasal dari abad 19 yang akhirnya terjual dengan harga 12 miliar.

Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu sangat menentukan sikap seorang terhadap sesuatu tersebut. Sekaligus salah satu sebab terbesar mendapat keuntungan. Jika seandainya penjual loak itu mengetahui betapa besarnya nilai cincin itu maka niscaya dia tidak akan menyia-nyiakannya dengan menjual dengan harga yang sangat murah.

Hari ini kita berada di tanggal 8 Sya’ban. Beberapa saat lagi kita akan memasuki sebuah bulan yang sangat istimewa yaitu bulan Ramadhan. Sebuah kesempatan berharga yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk berlomba-lomba meraup laba akhirat dengan nilai yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Akan tetapi, sama halnya dengan batu permata tadi, yang akan berjuang keras untuk tidak melewati setiap detik dari Bulan Ramadhan tanpa ibadah dan kebaikan hanyalah seorang yang tahu akan keutamaan dan berharganya bulan Ramadhan tersebut. Ada pun yang tidak tahu, maka pasti ia akan melewatinya begitu saja, sama seperti bulan-bulan yang lainnya.

Para salaf shalih dahulu dikarenakan mereka memahami betapa berharganya bulan Ramadhan mereka sampai-sampai berdo’a kepada Allah berbulan-bulan jauhnya sebelum kedatangan Ramadhan. Ma’la bin al-Fadhl mengatakan:

كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ تَعَالَى سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ رَمَضَانَ يَدْعُوْنَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْهُمْ

“Mereka (salafus shalih) berdo’a kepada Allah selama enam bulan semoga Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan, lalu mereka berdo’a selama enam bulan berikutnya semoga amalan mereka di bulan itu diterima.” (Lathaif al-Ma’arif: 1/148, cet. Dar Ibnu Hazm)

Oleh sebab itu, sebagai langkah agar kita bisa masuk pada bulan Ramadhan dalam keadaan menyadari betapa berharaganya bulan tersebut, khatib ingin menyampaikan dua keutamaan yang sangat  penting dari bulan Ramadhan.

Pertama, Ramadhan adalah bulan diampuni dosa dan dibebaskan para hamba dari neraka

Nabi pernah bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang puasa Ramadhan dengan pe-nuh keimanan dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.”  HR. Bukhari: 38 Muslim: 760

Rasulullah shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi di setiap malam.” (HR. Tirmidzi 682, Shahihul Jami’: 759)

Siapa pula diantara kita yang tidak berdosa dan siapa pula diantara kita yang tidak ingin dihindarkan dari neraka?! Maka jangan pernah menyia-nyiakan Ramadhan

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

Kedua, di Ramadhan ada Lailatul qadar

Allah telah menakdirkan bahwa umat Nabi Muhammad adalah umat dengan umur yang paling singkat dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu. Rasulullah bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit sekali yang lebih dari itu.” (HR. Ibnu Majah: 4236, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 757)

Kita tidak seperti umat-umat terdahulu yang diberikan jatah umur ratusan bahkan hingga ribuan tahun. Sebagai contoh, Nabi Nuh. Di dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan lamanya waktu dakwah beliau yaitu selama 950 tahun. Allah berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di bersama mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Lalu mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Ankabut: 14)

Yang disebutkan dalam ayat ini adalah lama waktu dakwah. Adapun umur beliau lebih dari itu.  Imam Ibnu Katsir menguatkan pendapat yang berasal dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu yang menyebutkan bahwa umur Nabi Nuh adalah 1050 tahun.

Bandingkan dengan umur umat Nabi Muhammad, 70 tahun dengan 1000 tahun lebih. Selisih yang sangat jauh sekali. Dengan dipanjangkan umur, menjadi kelebihan bagi umat-umat terdahulu, sehingga mereka memiliki waktu yang panjang untuk beribadah kepada Allah.

Namun Allah Maha Adil. Memang Allah menakdirkan kita – umat Nabi Muhammad – singkat umurnya, akan tetapi Allah juga telah menjadikan banyak amalan dan kesempatan dengan ganjaran yang berlipat ganda untuk menambal kekurangan umur kita tersebut. Diantaranya adalah Laitul Qadr. Allah berfirman:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. Al-Qadr: 3)

Seribu bulan itu jika dijadikan tahun maka sebanding dengan 83 tahun 4 bulan. Inilah keutamaan yang sangat luar biasa, ibadah yang dilakukan di malam itu setara nilainya dengan ibadah yang dilakukan selama 83 tahun 4 bulan. Padahal, umur umat Nabi Muhammad jarang yang mencapai demikian. Jika seorang muslim berusaha keras, dan dia mendapatkan 20 kali lailatul qadar, maka itu artinya setara dengan 1600 tahun lebih.

Oleh sebab itu, menyambut datangnya bulan Ramadhan marilah kita kembali mengingat betapa pentingnya bulan ini untuk diri kita yang ditakdirkan berumur singkat. Keutamaan dari Allah yang sangat besar. Ramadhan dan semua keutamaan yang ada didalamnya merupakan kesempatan bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah yang banyak sekalipun  dengan usia yang singkat. Marilah kita persiapkan diri kita, agar kita bisa memanfaatkan momen Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah.

نَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن


Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !