Menyingkap Rahasia Do’a Lailatul Qadar

Di antara do’a yang dianjurkan untuk diperbanyak membacanya di malam-malam yang diharapkan terjadi Lailatul Qadar adalah do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Aisyah, ketika ia bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ بِمَ أَدْعُو قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Wahai Rasulullah! Apabila saya menjumpai malam lailatul qadar, dengan apa saya harus berdo’a?” beliau bersabda: “Katakanlah Allahumma innaka affuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Engkau mencintai seorang pemaaf, maka ampunilah aku).” (HR. Ahmad: 24322)

❀•◎•❀

Meminta maaf kepada Allah adalah sebuah hal yang sangat ditekankan di setiap keadaan. Anas bin Malik dia berkata;

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ قَالَ سَلْ رَبَّكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّانِي فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ قَالَ سَلْ رَبَّكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ قَالَ سَلْ رَبَّكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَإِذَا أُعْطِيتَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَقَدْ أَفْلَحْتَ

“Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya; “Wahai Rasulullah, doa apa yang paling utama?.” Beliau menjawab: “Mintalah pemaafan dan kesehatan kepada Rabbmu di dunia dan akhirat.” Kemudian datang lagi di hari yang kedua, dan bertanya; “Wahai Rasulullah, doa apa yang paling utama?.” Beliau menjawab: “Mintalah pemaafan dan kesehatan kepada Rabbmu di dunia dan akhirat.” Kemudian datang lagi di hari yang ketiga, dan bertanya; “Wahai Nabi Allah, do`a apa yang paling utama?.” Beliau menjnawab: “Mintalah pemaafan dan kesehatan kepada Rabbmu di dunia dan akhirat, dan jika kamu telah di beri ma’af dan kesehatan di dunia dan akhirat, maka kamu telah beruntung.” (HR. Ibnu Majah: 3848)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan manusia yang telah diampuini semua dosanya yang berlalu ataupun yang akan datang saja tetap memohon pemafaan Allah setiap hari setiap pagi dan petang. Ibnu Umar dia berkata;

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan do’a-do’a tersebut ketika menjelang pagi dan sore, yaitu; “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dalam menjalankan dienku, duniaku, keluargaku dan hartaku. (HR. Ibnu Majah: 3871)

Lantas bagaimana dengan kita manusia biasa yang memiliki banyak dosa ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak Adam berdosa dan sebaik-baik mereka yang berdosa adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. Tirmidzi: 2499)

Adapun pengkhususan Lailatul Qadar dengan do’a ini karena hikmah dan rahasia yang besar. Imam Ibnu Rajab menjelaskan:

وإنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر -بعد الإجتهاد في الأعمال فيها وفي ليالي العشر -لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا ولا حالا ولا مقالا ، فيرجعون إلى سؤال العفو ، كحال المذنب المقصر

Rasulullah memerintahkan untuk meminta pemaafan dari Allah di Lailatul Qadar -setelah bersungguh-sungguh beramal shalih di malam itu dan sepuluh malam akhir Ramadhan- karena orang-orang yang ‘arif (berilmu tentang agama) akan bersungguh-sungguh dalam beramal ibadah kemudian mereka tidak melihat diri mereka memiliki amal shallih tidak secara secara tindak tanduk tidak pula secara ucapan. Mereka justru kembali meminta pemaafan Allah seperti orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan. (Lathaifu Al-Ma’arif: 266)

Merasa khawatir tidak diterimanya amal ibadah adalah ciri dari orang-orang yang bertakwa. Sedangkan takwa adalah tujuan dari syariat puasa. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha, ia mengatakan: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tentang ayat ini: Dan orang-orang yang memberikan apa yang Rabb mereka berikan, dengan hati yang takut, (Al-Mu’minun: 60) Aisyah bertanya: Apakah mereka orang-orang yang meminum khamar dan mencuri?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

“Bukan, wahai putri Ash Shiddiq, tapi mereka adalah orang-orang yang puasa, shalat dan bersedekah, mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan.” (HR. Tirmidzi: 3175)

Surga tidak sebanding dengan sedikitnya amal kita

Seorang hamba masuk surga sebenarnya adalah karena kebaikan dan rahmat dari Allah, sedangkan amal ibadah adalah sebagai sebabnya saja, bukan sebagai ganti untuk masuk surga. Karena sesungghuhnya tidak ada seorang pun yang mampu mengganti kenikmatan surga dengan amal ibadah yang ia lakukan. Surga teramat mahal, tidak sepadan dengan sedikitnya amal yang dilakukan oleh manusia, sampai pun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang hamba masuk surga karena karunia dan kebaikan Allah. Inilah yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ ، قَالُوْا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: وَلَا أَنَا ، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ

“Tidaklah seorang pun dari kalian yang diselamatkan oleh amalnya.” Seseorang bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat padaku.”

Oleh karena itulah, di Lailatul Qadar kita diperintahkan untuk meminta pemafaan dari Allah atas dosa dan kesalahan kita, kekurangan kita dalam beribadah, ketidak maksimalnya kita menjadi hamba Allah, dst. Jangan sampai kita mengira bahwa dengan mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar yang nilainya setara dengan 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan kemudian kita lantas dapat masuk surga. Tidak demikian, sesungguhnya kita dapat masuk surga karena ampunan, pemaafan dan rahmat Allah. Karena itulah diperintahkan banyak-banyak minta pemafaan Allah. Dengan itu diharapkan amal ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah dan Allah pun melimpahkan rahmat-Nya sehingga kita dapat masuk surga.

Baca juga Artikel

Ramadhan Mubarak

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

_____________________________________

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !