Ramadhan; Momentum Untuk Memperbaiki Diri – Khutbah Jum’at

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.

أَيُّهَا المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَإِنَّ التَّقْوَى خَيْرُ الزَّادِ فِي السَّيْرِ إِلَى الله تعَالى ، قال الله : وَتَزَوَّدُواْ  فَإِنَّ خَيرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقوَىٰ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلأَلبَٰبِ ، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at….

Ramadhan adalah madrasah untuk kita semua. Madrasah adalah bahasa Arab yang kemudian menjadi bahasa Indonesia artinya adalah tempat belajar. Sebagaimana fungsi dari sekolah, menjadi sarana untuk mendidik seseorang agar menjadi pribadi yang baik; baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan yang terpenting kepada Tuhannya, maka demikian pula dengan Ramadhan, ia merupakan bulan yang mendidik manusia agar bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik; dari sisi akidah, ibadah maupun akhlak. Karenanya Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai sekalian orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183)

Tampak jelas, bahwa syariat puasa menghendaki kita bisa menjadi pribadi yang bertakwa. Orang yang bertakwa adalah pribadi yang benar akidahnya, ibadahnya dan baik akhlaknya dari segala sisi;  kepada diri sendiri, orang lain dan kepada Tuhan. Orang yang bertakwa adalah orang baik hubungannya kepada Allah dan baik pula kepada Makhluk.

Ada 2  pelajaran penting dari Ramadhan:

  1. Peduli
  • Hak Allah dengan diibadahi
  • Hak diri sendiri terlebih rohani dengan ibadah. Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)

Karenanya Rasulullah selalu di sepuluh akhir Ramadhan melakukan I’tikaf, agar lebih fokus beribadah kepada Allah, untuk memenuhi hak Allah dan jiwa sendiri.

  • Hak keluarga. Aisyah radhiyallahu anha:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dengan ber’ibadah dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari: 2024)

  • Hak Orang lain. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia menuturkan:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ

“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang-orang miskin.” (HR. Abu Dawud: 1609, Ibnu Majah: 1827)

Banyak orang yang peduli dengan hak Allah tapi lalai dari hak keluarganya. Banyak orang yang peduli membantu orang lain tapi meninggalkan serta menelantarkan hak Allah atau hak keluarganya. Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menunaikan hak dari semua pihak. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

إِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

“Sesungguhnya dirimu memiliki hak atasmu, Tuhanmu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu. Maka berikanlah setiap yang memiliki hak akan haknya.”

  1. Sabar
  • Bijak mengendalikan emosi. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا كَانَ يَوْمُ صِيَامِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

Jika sedang berpuasa, maka janganlah salah seorang dari kalian berkata keji, membuat kegaduhan, dan jangan pula berbuat bodoh. Jika ada seseorang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan; ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ (HR. Bukhari: 1904, Muslim: 1151)

  • Sabar meninggalkan hal yang haram. Ketika berpuasa kita meninggalkan sesuatu yang asalnya halal. Maka kalau kita bisa melakukannya maka kita pasti bisa meninggalkan sesuatu yang asalnya sudah haram seperti judi, rokok, dll.
  • Qana’ah dan tidak tamak terhadap dunia. Ketika kita berbuka kita sadar ternyata sesuatu yang sedikit sudah cukup buat kita. Ambisi untuk memakan semua makanan yang kita lihat dan idamkan selama siang hari, sirna saat air putih, kurma dan cemilan ringan masuk ke perut. Dunia ini tidak akan ada habisnya, maka belajarlah untuk mencukupkan diri dengan yang halal dan jangan tamak terhadap dunia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya seorang anak Adam memiliki selembah emas, niscaya ia akan menginginkan lembah kedua. Tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah dan Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari: 6436, Muslim: 1034)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at….

Sekitar tahun 140 an H, di daerah Abiward (dekat perbatasan Turkmenistan), seorang penyamun (begal, perampok) terkenal dan sangat ditakuti sedang menaiki sebuah tembok rumah untuk melakukan aksinya. Tiba-tiba dan tanpa sengaja ia mendengar seorang membaca firman Allah:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid: 16)

Ia pun terdiam. Ayat itu bagaikan gunung besar yang dijatuhkan kepadanya. Ia turun dari tembok itu, lalu berjalan dengan perasaan remuk redam menuju sebuah rumah kosong yang sudah runtuh.  Ternyata disana ada para pelintas (musafir) yang sedang singgah. Sebagian mereka berkata: “Ayo kita berangkat!” Namun sebagian yang lain berkata: “Jangan, kita tunggu dulu hingga pagi menjelang. Karena sifulan berada pada jalan ini, khawatir nanti dia akan membegal kita.”

Ia semakin terkejut karena namanya disebut, maka ia pun berkata pada dirinya sendiri: “Aku hidup dalam kemaksiatan. Beberapa banyak muslim disini takut terhadap diriku. Aku yakin tidaklah Allah membawaku ke tempat mereka ini melainkan agar aku berhenti dari perbuatanku. Ya Allah sungguh aku bertaubat kepada-Mu.” (Siyar A’lam An-Nubala’: 8/423 Cet. Muassasah Ar-Risalah dengan sedikit penyesuaian)

Penyamun itu pun bertaubat lalu ia hijrah mencari tempat yang baik untuk mengubah sisa hidupnya. Ia pindah ke Mekah lalu menetap dan meninggal disana sebagai hamba yang shalih, ahli ibadah dan ulama. Ia adalah Fuhail bin Iyadh.

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at….

Bukankah Allah juga telah mengirimkan banyak tanda kepada kita? Untuk mengingatkan kita agar kembali kepada-Nya. Lihat dan renungkanlah. Ramadhan demi Ramadhan, Umur yang semakin bertambah, rambut yang mulai memutih karena uban, kulit yang mulai keriput, orang-orang sekitar yang silih berganti meninggal dunia, ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca, kegelisahan, kekosongan jiwa, kesulitan-kesulitan hidup, dst. Sudah cukup, mari kita segera bertaubat dan memperbaiki sisa umur kita. Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita akan berubah?! Kematian tidak menunggu, ia tidak peduli apakah kita sudah bertaubat atau belum. Jika telah tiba waktunya, ia tidak bisa ditunda lagi.

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at….

Ramadhan ini harus menjadi mementum untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi hamba Allah yang bertauhid, mendirikan shalat, menjadi pribadi yang sabar, pemaaf, tidak berkata kecuali yang baik, meninggalkan maksiat dan perkara yang sia-sia.

Apa yang kita kumpulkan dan seringkali kita bangga-banggakan hari ini berupa perkara dunia, tidak berguna lagi pada hari itu. Hari dimana kita berjumpa dengan Allah untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan. Yang akan berbahagia hanyalah orang yang datang dengan hati yang salim (selamat). Allah berfirman:

‏يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ • إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيم ٍ

Di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim. (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)

Semoga ketika malaikat maut mendatangi kita, kita dalam keadaan yang baik. Kita pulang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Lalu Allah meridhai kita, memaafkan serta mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke surga-Nya. Amin

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَصَلَاتَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَاوَتَنَا اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا يُقَرِّبُنَا إِلَيْكَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

 

 

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !