ATS-TSARTSARUN (Art.Salayok70)

Mendengar anak kecil yang baru belajar bicara dengan gaya dan kelucuannya adalah sebuah kesenangan.  Semakin banyak ia bicara kita semakin senang.

Namun berbeda halnya jika yang banyak bicara itu bukan anak kecil lagi. Kita jadi malas sendiri, dia lagi dia lagi.

Banyak orang yang senang bicara, persis seperti anak kecil yang baru belajar tadi. Seolah lidahnya adalah jam tangan automatic yang harus senantiasa digerakkan supaya tidak mati. Ada saja ceritanya yang terkadang dibumbui dengan irisan kesombongan.

“Maaf saja, bukannya sombong, saya dulu begini begitu, berpatner dengan si anu. Sedikit demi sedikit akhirnya saya merangkak naik, punya banyak karyawan, kemana-mana diantar jemputkan. Kesana sini naik pesawat, bahkan pernah ke luar negeri hanya untuk cari angin.”

Di setiap perkumpulan, dia saja yang menjadi pembicara utama. Menguasai majelis dengan cerita-cerita dirinya.

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian, dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah, orang yang terbaik akhlaqnya. 

Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah ats-Tsartsarun, al-Mutasyaddiqun dan al-Mutafaihiqun.

Sahabat berkata: “Ya Rasulallah, kami sudah tahu arti ats-tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, lalu apa arti al-mutafaihiqun?” Beliau menjawab: “Orang yang sombong.”(HR. Tirmidzi, ash-Shahihah: 791)

Ats-Tsartsarun adalah orang yang banyak bicara, suka mendominasi pembicaraan dan menyerobot pembicaraan orang lain, seolah-olah tidak boleh ada yang berbicara selain dirinya. Ini merupakan bentuk kesombongan, meskipun orang tersebut mungkin tidak menganggapnya sebagai kesombongan.

Oleh karenanya, jagalah lisan agar tidak melampaui batas kegunaannya. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan dan melampaui batas adalah tercela.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !